13. Bloody Engagement (1): "Miss me, little thief?"

1798 Words
Little Thief's POV [Little thief's dept: $150.000 - $5.000 = $145.000] Kabar terbaik minggu ini: kamarku sudah tidak dikunci lagi. Sudah satu minggu berlalu sejak acara makan malam bersama Tuan besar Gabriel Pereira. Yang artinya, sudah satu minggu pula aku mendapatkan kebebasan untuk berkelana di Azrael's Mansion. Dan juga, sudah satu minggu sejak terakhir kali aku melihat sang iblis—aku sama sekali tidak merindukannya, justru lebih baik tidak mendengar kabar darinya! "Oh, Jack, come on!" Hariku berjalan seperti rutinitas yang memuakkan: aku memasak, memanggang roti, berbicara sepanjang hari dengan adikku lewat telpon, menikmati udara segar di waktu senja, berkeliling, dan... melamun. "Hari ini aku buat cromboloni isian selai matcha, coklat, keju, dan tiramisu. Kau yakin tidak ingin mencobanya?" Kabar buruknya, Jack masih menolak untuk berbicara denganku—lebih dari 5 kata. "Tidak, terima kasih, Miss Harlow." Sahut Jack, berdiri empat langkah di belakangku. Akan tetapi, meskipun tidak banyak bicara, lelaki itu selalu menjadi bayangan kemanapun aku pergi—well, yeah, kecuali saat sedang mandi. Di luar kebiasaanku membujuk laki-laki untuk mau berbicara denganku—hell, itu bahkan hal terakhir dari prioritas hidupku yang menyedihkan. Jika aku punya kegiatan yang lebih produktif, aku mungkin tidak akan membujuk pengawalku untuk berbicara denganku. Tapi sialnya, aku tidak punya. Menghela napas panjang, aku menarik diri untuk duduk di atas konter dapur, "Makan sendirian sangat menyedihkan, kau tau?" Jack bahkan tidak repot-repot menoleh. Lelaki itu berdiri terlalu tegak menghadapku dari seberang ruangan. Selalu dengan tatapan yang sama, kosong seperti robot. Bahkan sesekali, jika aku sedang bosan, aku akan melambai-lambai di depan wajahnya, hanya untuk mencari tahu apa laki-laki itu tidur sambil berdiri atau memang sudah diprogram seperti itu. Jack tidak sekali pun berkedip. Prajurit Azrael yang satu ini terlalu patuh pada bos iblisnya. "Apa setidaknya kau tahu ke mana iblis itu pergi?" Aku mencoba lagi, sembari menggigit roti buatanku. Sekilas, mata birunya menemukan tatapanku—sangat cepat aku hampir melewatkan, "Tidak, Miss." Jack tahu. "Jika kau memberitahu aku dimana iblis itu, aku mungkin tidak akan mengganggu dirimu lagi, Jack. Selamanya." Tentu saja itu bohong. Namun tetap gagal untuk membuat Jack mengaku. Jadi aku menambahkan, "Aku juga akan membuatkan makanan terenak yang pernah kau makanan, setiap hari." Jake menoleh, tapi tidak menjawab, "Dan, ditambah, aku akan... aku akan..." Sialan, apa lagi ya? Di luar prediksi, Jack luluh. "Apa kau merindukan Tuan Pereira?" Tapi bukan luluh yang kuharapkan! "Sama sekali tidak!" Ucapannya membuatku kesal dan senang dalam waktu bersamaan. Menyebalkan mendengarkan spekulasi konyol begitu, tapi setidaknya Jack sudah mau menjawab. "Aku menanyakan Azrael hanya karena iblis itu berjanji akan membawaku ke rumah sakit untuk bertemu adikku. Dan sekarang dia menghilang selama seminggu, tidak menepati janjinya." "Tuan Pereira sibuk, Miss Harlow." Hanya itu jawabannya setelah beberapa saat hanya diam. Semua percobaan untuk membuat Jack berbicara denganku lagi-lagi berakhir gagal. “Apa tidak bisa setidaknya memanggilku Kiera saja? Aku tidak suka dengan keformalan ini.” “Saya tidak mau mengambil resiko, Miss Harlow.” Ah, Jack benar. Terakhir kali dia bersikap lebih manusia kepadaku, membuahkan mata lebam. Kenapa pulak dia mau mengambil resiko itu lagi. Aku mendesah gusar, "Menurutmu, berapa banyak korban yang berjatuhan selama Azrael pergi?" "Mr. Pereira tidak seperti yang Anda pikirkan, Miss Harlow." Ada kesedihan di wajahnya. "Wow!" Tapi bukan itu yang mengejutkanku, "Kau berbicara lebih dari 5 kata!" Jack tersenyum tipis, "Anda menghitungnya, Miss?" Tunggu, mungkin aku tidak gagal hari ini. "Yup!" Aku melompat turun dari konter dapur untuk berdiri beberapa langkah di sebelahnya. "Sebosan itu aku terkurung di istana Tuan-mu, Jack. Bicaralah denganku. Atau aku akan benar-benar gila. Menurutku, Azrael tidak akan senang jika calon istrinya menjadi gila. Apa kau ingin menjadi penyebab aku gila, Jack? " Jack tersenyum geli, "Baiklah." katanya menurut, meskipun mengambil satu langkah menjauh. Membuat jarak kami kembali terpaut 4 langkah, "Apa yang ingin kau bicarakan, Nona?" Aku mengendus diriku sendiri, "Aku bau atau kau memang harus sejauh itu denganku?" "Tidak.” Tegasnya begitu cepat. “Maksudku tidak, Nona. Kau sama sekali tidak bau." Jack tersenyum kecil, senyum geli yang membuat mata birunya berbinar, "Tapi aku tidak boleh terlalu dekat denganmu, jika bukan karena darurat." Azrael dan semua peraturannya benar-benar memuakkan. Bahkan ketika iblis itu tidak di dekatku, dia selalu berhasil membuat darahku mendidih. Aku mengigit bagian tegah cromboloni isian matcha dengan gigitan besar, membuat selai berwarna hijau itu meleber hingga mengenai bajuku. "Oh, sial!" Jack mengawasiku dari sudut mata. Mendadak ide licik merasuki. "Oh, Jack, ini darurat." Aku memelas padanya, "Aku butuh tisu." Jake memandangiku tiga detik penuh sebelum sudut bibirnya merekah. Lelaki itu mengambil beberapa helai tisu di dekatnya, sebelum mendekat padaku. "Ini tisumu, Nona Harlow." Katanya dari jarak dua langkah. "Terima kasih, Jack." Aku menyambut uluran tisu dengan senyum penuh di bibirku, "Tapi aku serius. Berhenti memanggilku begitu, Jack. Rasanya aneh. Apa susahnya memanggilku Kiera? Namanya sangat singkat dan sangat mudah diucapkan." Jack setengah bersandar ke konter dapur, "Tidakkah lebih aneh jika pengawalmu tidak bersikap formal?" Lelaki itu mulai terlihat lebih santai. "Tidak juga. Setidaknya jika kita sedang berdua, kau bisa sedikit santai, no?" Jack tersenyum kecil, "Kiera?" "Yes, Jack." Senyumnya menular padaku. "Apa kau mau mencoba cromboloni buatanku?" Aku menyodorkan sepiring penuh roti ke depannya, "Ini hasil eksperimen, jadi aku perlu kritikan." Mencomot satu buah cromboloni, Jack menunduk padaku dari jarak satu langkah, "Ini aman, kan?" Mata birunya berbinar penuh godaan, membuat tekukku hampir jatuh ke lantai. “If you never try, you will never know.” Aku hampir memeluknya saat itu juga saking senangnya ketika Jack menggigit roti buatanku—jika saja nyawanya tidak terancam. Waktu itu, ketika Jack hanya berdiri beberapa langkah menemaniku menonton matahari terbenam saja matanya lebam dibuat Azrael. Apa jadinya jika iblis itu melihat aku memeluk Jack? Hm, sebuah gagasan yang menantang tapi terlalu berbahaya. "Sejujurnya, aku tidak terlalu suka sesuatu yang manis.” Kata Jack pelan, “Tapi roti buatanmu.... lumayan, Kie." Aku tersenyum hingga pipiku sakit, "Jika strawberry tidak dilarang di Mansion aneh ini, aku akan membuatmu cromboloni rasa strawberry paling enak." Mendadak topik ini kembali terasa janggal, "Kenapa strawberry dilarang, ngomong-ngomong?" Jack kembali tegang, wajahnya memucat. Lelaki itu terlihat ingin menjawab, tapi ucapannya terpotong. "Well, berdiri terlalu dekat seperti itu bisa membuat para pelayan curiga, tidak?" Seperti ada yang melakukan ritual pemanggilan setan, Azrael Leviathan Pereira mendekat memasuki dapur. Satu minggu tidak melihatnya, aku berharap lelaki itu akan terlihat kacau, menyedihkan, bahkan menjijikkan. Oh, tentu saja itu salah besar. Setelah jas berwarna silver membungkus tubuh besarnya dengan sempurna—terlalu sempurna malah hingga untuk beberapa saat, aku lupa cara bernafas. Bulu halus mulai tumbuh di sekitar wajahnya—tapi sialnya justru membuatnya terlihat lebih jantan. "Mr. Pereira," Jack berubah kaku di sebelahku, "Maaf, aku—" "Kau bisa kembali ke posmu, Jack." Sahut sang iblis, dengan nada dingin. Aku memberinya pelototan, membuat matanya memutar malas, "Dan terima kasih atas kerja kerasnya." Setelah menunduk hormat, Jack bergegas meninggalkan area dapur. Menyisakan aku dan makhluk yang keberadaannya mampu membuat bumi menjadi 10 derajat lebih panas. Mata hitamnya mengawasiku dari atas ke bawah. Mendadak aku merasa risih dengan pakaian nyamanku. Hari-hari, aku hanya mengenakan kaos oversize yang ujungnya jatuh hingga ke paha. Begitu juga dengan hari ini. Rambutku hanya tersanggul berantakan. Entah kenapa, aku berharap menggunakan sesuatu yang lebih layak hari ini. Apalagi ketika iblis itu berdiri di sana dengan penampilan yang begitu rapi. Aku kembali melompat untuk duduk ke konter dapur, "Dari mana saja?" Ada senyum mengejek di sudut bibirnya, “Miss me, little thief?” "Hanya khawatir pada manusia yang tidak sadar menghirup udara yang sama iblis." Dua detik penuh Azrael menahan tatapannya padaku, sebelum iblis itu mengambil satu langkah mendekat. Jantungku berubah berantakan ketika dia berhenti tepat di depanku. Tatapannya jatuh pada pahaku yang tidak tertutup apa pun. Jika aku tidak sedang memperhatikannya, aku mungkin akan melewatkan bagaimana rahangnya berubah keras. Apa dia ingin menyentuhku? Oh, dapur ini semakin panas. "Kau sudah mendapatkan ponsel, rokok, udara segar, dapur untuk dirimu sendiri." Katanya, kembali memandangiku, "Ingatkan aku lagi kenapa kau memilih untuk bertengkar denganku, little thief?" Aku butuh sesaat untuk meredakan perasaan ganjal di tenggorokanku, "Kau bilang kita akan ke rumah sakit. Kenapa kau tidak membawaku ke rumah sakit, Azrael?" "Aku sibuk." "Sibuk membunuh atau sibuk meniduri gadis malang?" "Kau ingin menjadi korbanku…" Satu tangannya menumpu di sebelah pahaku, membuat jaraknya menjadi semakin dekat. Tanpa menyentuh pun, Azrael berhasil menjalarkan sengatan listrik di sisi pahaku. "...atau kau ingin tidur denganku, little thief?" "Tidak keduanya!" Suaraku keluar lebih tinggi dari yang kuinginkan. "Kalau begitu, kau bisa berhenti ikut campur masalah itu." Katanya, dengan senyum licik sebelum menarik lengannya dari sisi tubuhku. Azrael bersandar ke konter dapur, tepat di sebelahku. "Ada hal lebih penting yang ingin kubicarakan." Baru saat itu aku bisa bernafas, "Aku mendengarkan." "Ini adalah daftar orang-orang yang perlu kau ingat." Katanya, menyerahkan tablet yang ia keluarkan dari saku jas. Aku menyambut uluran tablet, memperhatikan potret orang-orang asing terkenal beserta dengan list biodata terperinci dari setiap orang. "Dua hari lagi, aku akan mengadakan pesta pertunangan. Orang-orang di list itu adalah orang terpenting untuk kampanye. Aku tidak ingin kau terlihat bodoh ketika aku bawa berkeliling." "Daftarnya panjang sekali, Azrael!" Semakin aku menggulir tablet ke bawah, list itu tidak pernah habis, "Kau berharap aku menghafal nama semua orang ini dalam dua hari?" "Dengan bayaran yang besar juga. $20.000 jika kau berhasil terlihat seperti calon istri yang pintar tanpa membuat onar." "$ 50.000." Tegasku sengit, "Aku akan mencoba mempelajari topik-topik politik untukmu, Yang Mulia." Azrael bergeser menghadapku dengan senyum puas di bibirnya, "Kau semakin ahli, little thief. $30.000 dan aku akan memberimu sebungkus rokok." "$ 40.000 dan aku akan berbaur dengan istri-istri mereka dan membicarakan hal baik tentangmu." "Alright, deal." Sambarnya, mengulurkan tangan. "Deal." Aku menjawabnya dengan senyum licik di bibirku, "Aku padahal akan setuju dengan bayaran $20.000 jika saja kau tidak menyebalkan." Azrael tersenyum lebih licik, "Aku juga akan mengabulkan $100.000 jika kau meminta baik-baik." Anak setan! Untuk beberapa saat, kami hanya diam seperti itu. Aku menatapnya dengan kebencian yang membara. Sedangkan sang iblis terus mempertahankan senyum liciknya. Azrael yang pertama memutuskan kontak mata. Iblis itu melirik piring penuh cromboloni di konter buatanku. “Kau yang buat ini?” Aku menangguk, “Kau tidak diperbolehkan untuk mencicipi.” “Siapa bilang aku mau? Aku tidak ingin meracuni diriku sendiri.” “Well, Jack sudah makan dan dia tidak keracunan.” Mata hitamnya memicing ke arahku, “Kau membuat semua ini untuk Jack?” Aku mengangguk, “Untuk dimakan bersama, iya.” Azrael hanya menatapku dengan rahang mengatup keras. Jika aku tidak kenal Azrael, aku akan berpikir iblis itu cemburu. Tapi aku kenal Azrael. Mustahil lelaki dengan ego sebesar dirinya punya hati untuk cemburu. “Kenapa? Cemburu?” Tapi aku tetap bertanya, hanya untuk membuatnya kesal. Mata hitamnya membulat, terkejut. “Kau sudah gila jika berpikir aku memperdulikan hal sekonyol itu.” Ekspresinya dipenuhi kegelian dan rasa jijik, seolah aku kotoran yang mengganggu. Lihat, kan? Azrael bergegas meninggalkan dapur.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD