BAB 2: MELAWAN BALIK

1266 Words
Diana keluar dari sedan mewah milik Andra dengan setenang mungkin. Namun setelah berjalan beberapa langkah, sungguh kedua lututnya terasa begitu lemah. Untunglah ia benar-benar mampu menahan rasa gugupnya tadi. Jika dipikir-pikir, Diana tak pernah menyangka jika ia seberani itu. Bayangkan saja, menikah dengan seorang pria asing, dan jangan lupakan fakta jika Diana sendiri yang meminta pernikahan konyol itu pada Andra. Tapi Diana sudah melakukannya, dan pantang untuknya menyesali keputusan yang sudah ia buat. Diana masuk ke dalam MPV putih miliknya. Melakukan ritual pernapasan untuk menenangkan jantungnya yang berdetak gila. Bayu, sang asisten, enggan berkata apapun. Ia benar-benar bingung dengan situasi yang sama sekali tak disangkanya ini. “Bay....” “Are you crazy?” potong Bayu sebelum Diana mengatakan lebih banyak hal. “Bayu....” “Gue paham banget lo marah, Di. Tapi menikah dengan cowok yang ngga lo kenal sama sekali, otak lo kenapa sih?” “Dan lo jadi saksinya lho,” ujar Diana santai, mengingatkan. “Lo pikir gue bisa apa? Lo cuma bilang sama gue kalau gue harus percaya sama lo. Ya gue emang percaya sama lo! And then lo nikah sama si Andra itu. Ya Allah, Di.... Ga ngerti deh gue sama lo.” “Apa yang lo ga ngerti?” “Udah berapa kali gue bilang sama lo kalau si Astrid main belakang sama Agung? Many times, Diana! Dan lo ga pernah percaya sama gue. Berapa kali gue protes agar lo jangan mau ngikutin perintahnya si Agung. Tapi apa yang lo lakuin? Semua kemauan dia lo ikutin! Dan sekarang, di saat si Agung mangkir dari janjinya sendiri, lo justru nikah sama orang asing! Bravo! Bravo, Diana!” “Bayu....” Kali ini suara Diana terdengar penuh penyesalan. Ya, iya memang sebodoh itu. Bayu terus saja mendengus kesal. Pria itu sudah menjadi asisten Diana sejak tujuh tahun lalu. Ia hanyalah seorang tamatan SMA. Dan di masa SMAnya, ia mengambil tawaran untuk menjadi asisten dari seorang model pemula. Siapa yang sangka jika sang model karirnya akan melejit dengan cepat. Namun yang menyedihkan, Diana justru jatuh cinta dan tak menggunakan otaknya sama sekali. Menurut begitu saja saat tunangan brengseknya meminta gadis itu turun dari singgasana dan duduk santai seraya merencanakan acara pernikahan yang tak pernah terlaksana. Diana ditipu dan dimanfaatkan sedari awal oleh Agung. Dan nasib Bayu sebagai asisten Diana tentu saja ikut terseret. Tak sekali dua kali ia dicap sebagai asisten tak mumpuni yang hanya mengekori seorang mantan top model. Bayu baru saja akan menurunkan rem tangan di sisi kirinya kala ponsel Diana terdengar berbunyi dengan nada khusus. Niat untuk melajukan MPV itu pun Bayu urungkan. “Bay?” “Hmm?” “Setelah ini, gue janji akan jelasin ke lo.” Bayu memutar matanya, malas. “Diana?” sapa Agung di ujung panggilan. “Ya?” “Dimana kamu sayang?” “Aku baru mau keluar dari KUA. Mereka membatalkan karena kamu ga datang-datang.” Ada sedikit emosi yang bisa Agung rasakan dari nada suara Diana. “Soal itu, aku minta maaf,” ujar Agung, pura-pura tulus. “Kamu punya alasan bagus?” “Iya. Astrid terjatuh dari tangga. Kakinya terkilir.” “Oke. Lalu apa hubungannya dengan pernikahan kita?” Diana mencoba setenang mungkin. Tangan kanannya terkepal erat menahan geram. “Dia akan ikut kompetisi Top Model Asia tahun ini, dan dia butuh lebih banyak stage untuk meningkatkan kualitas portofolionya agar lebih berpeluang lolos di saat penilaian berkas oleh juri.” “Lalu?” “Seharusnya dia ada pemotretan sore ini. Dan ini klien yang sangat penting. Mereka akan mensponsori pemilihan Top Model Asia tahun ini. Aku benar-benar bekerja keras agar Astrid bisa mendapatkan kesempatan ini. Bisakah kamu menolongnya?” “Menolongnya?” “Iya. Jadilah model pengganti.” “Apa?” “Mereka hanya akan fokus dengan produk. Sesuai script, model menggunakan masker. Jadi, tak akan ada masalah.” “Bukan gitu, Mas. Apa mungkin pihak klien ga tau kalau Astrid cedera?” “Mereka tau Astrid jatuh, tapi aku sudah meminta Henry agar mengatakan pada mereka jika Astrid masih bisa melakukan pemotretan itu.” Sekuat tenaga Diana menahan dengusannya. Sakit sekali rasanya. “Ayolah, sayang. Kita kan akan menikah, tolong bantu aku. Karirku akan semakin bagus jika berhasil dengan proyek Astrid ini. Nantinya itu akan menguntungkan kita berdua, bukan?” Ingin sekali Diana mengutuk dirinya yang dahulu. Ia yang selalu mau dikadali seperti saat ini. Rela-rela saja menjadi model pengganti di beberapa pemotretan Astrid. Namun kali ini, Diana tak bisa menolak, ia masih harus berkamuflase sebelum berhasil menguak kebusukan Agung dan Astrid. “Oke. Kirim aja tempat dan waktunya.” “Oh, sayang. You’re the best! Pergilah sekarang, kamu pasti perlu bersiap lebih dulu. Selesai acara, datanglah ke House of Nad’s. Kita makan malam bersama. Anggaplah permintaan maafku karena tak bisa datang tadi.” “Baiklah.” “See you, sayang.” “Ya. Sampai nanti.” Agung benar-benar tak menyadari jika Diana tak lagi lugu seperti sebelumnya. Ia bahkan tak sadar jika Diana terlalu tenang untuk ukuran seorang perempuan yang tak jadi menikah. Begitu layar ponselnya kembali menggelap, Diana menolehkan pandangannya kembali pada Bayu. “Produser t***l itu minta lo gantiin model kelas rendahan itu lagi? Lo berdua tuh sama-sama bego tau ga! Si Astrid itu ga ada seujung kukunya lo, Di! Justru karena lo suka gantiin dia, dia jadi dapet panggung terus! Coba dari dulu lo ga mau, ga bakalan dia bisa bertahan di industri ini,” kesal Bayu. “Iya, Bay. Gue tau.” “Terus lo tetap bakalan pergi?” “Bay, gue bukan Diana yang dulu lagi!” Bayu mengerutkan keningnya, merasa jika kalimat Diana belum selesai. “Lo pikir, perempuan yang barusan ditipu dan ditinggal di KUA kayak gue bakalan tetap jadi orang yang sama?” lanjut Diana. “Terus lo mau apa?” “Gue akan ambil semua milik gue yang sudah dua k*****t itu rampas seenaknya.” Bayu sontak merasa bersemangat. Ia menegakkan punggung, menatap antusias pada Diana. Benarkah yang ia dengar barusan? Tekad itu terasa begitu kuat. Bayu lekat menatap iris madu milik Diana, dan tak ada keraguan di sana. Akhirnya, perempuan yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri itu mau memberontak. Ya, memang sudah saatnya. Agung dan Astrid benar-benar keterlaluan selama ini. “Oke. Rencana lo apa?” tanya Bayu. “Lo yakin mau ikut di rencana yang mungkin ga akan semulus yang gue bayangin.” “I don’t care, Diana. Mendengar lo mau balas dendam aja gue udah bersyukur. Gue ga peduli even caranya dengan nampar si Agung atau ngejambak di Astrid di depan umum!” “Bay, gue percaya banget lho sama lo. Lo satu-satunya orang yang bisa gue percaya di dunia ini. Bahkan gue belum bisa percaya sama suami gue sendiri.” “I know. But just stay with him. Bisa jadi, di ujung rencana lo, lo akan membutuhkan bantuan Andra. Dia berdarah Bhadrika, Di. Lo bisa aja ngancurin Agung dan Astrid sekarang dengan minta tolong sama Andra. Tapi itu ga akan membuat kedua orang itu mengembalikan apa yang sudah mereka rampas dari lo.” Diana menganggukkan kepalanya. Sependapat dengan pemikiran Bayu. “Jadi? Kita ke lokasi sekarang?” “Gue aja, Bay. Gue mau lo ke tempat lain.” “Kemana?” “Rumah Sakit Pangestu.” “Oh oke. Paham gue. Lo mau gue dapetin bukti kalau si nenek lampir itu cedera dan ga bisa datang ke pemotretan. Kalau yang di pemotretan bukan dia. Gitu kan maksud lo?” Diana menggelengkan kepalanya. “Terus?” “Ada yang lebih pedas dari itu.” “Apa?” “Astrid hamil! Anaknya Agung.” “What the hell, Diana? Are you kidding me?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD