bab 2

529 Words
aku bergegas mempersiapkan diri, memoles wajah seperlunya saja. dan aku hanya memakai blouse hitam serta bawahan jeans warna biru saja, kuraih tas selempangku yang selalu aku bawa setiap aku pergi. tas itu berisi barang pribadiku. yang tak pernah ketinggalan, setiap pergi selalu kubawa aku keluar dari kamar, kulihat ibuku sedang menyiapkan sarapan dimeja. " buu. riri berangkat ya " aku pamit pada ibuku. ayah dan adikku tak tampak. entah kemana mereka saat ini. ayahku mungkin sudah pergi bekerja, sedang adikku juga mungkin sudah berangkat ke sekolah. " ri. hati hati dijalan, jangan ngebut bawa motornya" ucap ibu. " iya bu " jawabku. " assalamualaikum " aku mengucap salam sambil berjalan keluar. " waalaikum salam" jawab ibu. semalam ayahku sudah memberikan nomer ponsel alvin. dia adalah calon lelaki yang akan dijodoh dengan ku. tapi yah, sampai sekarang pun aku enggan menghubungi nya. dan bagus nya karena alvin terlebih dulu menghubungiku, dia sudah mengirimkan lokasi dimana kita berdua akan bertemu nanti. tempat itu berada disebuah cafe bagus yang lumayan terkenal dan memiliki menu makanan yang enak. drtdtrdtr ponselku bergetar, kutengok sekilas layar hp ku itu. layar ponsel ku tampak meyala dan menampilkan satu nama kontak disana. yang tak lain itu dari alvin alvin : kamu dimana, saya sudah ada dicafe. alvin : jangan sampai terlambat saya banyak schedule hari ini. alvin : terimakasih ish... apa apa apaan dia itu. belum apa apa sudah berlagak memaksa begitu. batinku. aku tidak membalas, aku hanya membacanya saja. lantas segera ku kendarai motor matic kesayangan ku. aku melaju dengan pelan saja. sebenernya aku agak bimbang juga sih. aku sekarang merasa deg degan. ku parkirkan motorku didepan cafe. kemudian kurapikan rambutku yang berantakan dengan berkaca pada spion motor ku. ku hirup nafas panjang sebelum ku langkahkan kaki ku ke pintu masuk cafe itu. aku celingukan mencari seseorang yang katanya sudah menungguku disana. drtdrt ponselku bergetar kembali. kutengok layar hp ku. alvin : dimeja nomer tujuh, aku memakai kemaja biru muda. mataku langsung mengarah ke meja yang telah disebut dipesan tadi, disana ternyata sudah menunggu seseorang yang tampak memakai kemeja warna biru. persis seperti arahan pesan diponselku tadi. pelan pelan ku langkahkan kaki ku, sialnya saat ini aku belum bisa menatap wajah nya, posisinya tepat membelakangiku posisi ku. " permisii " sapaku pelan. lelaki itu terlihat terdiam lantas menegok pelan. saat itu, deg deg deg jantung ku hampir copot rasanya. dia menoleh. aku pun terpana. ternyata betul sekali apa yang dikatakan oleh ayah semalam. aku tak memungkirinya. wajahnya itu, emmm memang sangat tampan dan mempesona. dia menatapku yang saat ini terlihat cengo. mungkin dia berpikir kenapa aku terbengong melihatnya. aku gugup. " silahkan duduk " kata Alvin. aku masih terbengong, terdiam saja di tempatku tadi. sontak tubuhku seperti menjadi kaku. " apa kamu hanya mau berdiri saja terus disana " ucapnya kemudian. aku melirik sekilas. lelaki dihadapanku itu berbicara tanpa menatapku. entah apa yang ada dikolong meja sana. tampaknya itu lebih menarik baginya. aku pun tergagap. aku segera menguasai diriku yang kini masih diam. lantas, aku segera bernajak, berjalan maju. dan mengambil posisi dihadapannya. ku geser kan kursi itu. lantas dengan pelan aku duduk kan bokongku diatasnya. aku melirik kedepan. namun ternyata dia masih menunduk kan wajahnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD