Sejak hari itu, Sherly seolah memiliki pekerjaan tambahan menjadi supir pribadi Seto. Berangkat lebih pagi hanya untuk pergi ke rumahnya, pulang lebih malam karena masih harus mengantarkan pulang. Tidak hanya sampai di sana. Sherly juga masih harus membantu Seto makan, dan tak jarang pula menyiapkannya pakaian. Sherly merasa dirinya sudah benar-benar dimanfaatkan. Namun tetap tidak bisa menolak saat pria itu mengungkit kondisi tangannya yang masih terbalut perban. "Saya tidak akan meminta bantuan jika bisa melakukannya sendiri." Kalimat yang dua minggu terakhir terus didengar oleh Sherly. Seperti yang terjadi pagi ini. Di mana Sherly kembali harus datang ke rumah pria itu dan menjadi sopir untuknya. "Berhenti, Pak." "Di sini?" "Iya." Taksi yang ditumpangi Sherly berhenti di dep