"Kak Rosi sudalah jangan cemburut terus, kalau kak Rosi malu membawa di katornya kita antar saja kerumahnya bereskan". Ucap Sonia memberi saran, Rosi melirik kearah Sonia kemudian dia berfikir ada benarnya juga saran dari adiknya itu, kali ini Rosi benar-benar harus memuji kehebatan adiknya itu.
"Kau benar juga, yasudah ayo kita berangkat kerumah tuan Fransis". ucap rosi penuh semangat
Aku teripta untukmu
Sebuah ruangan yang terlihat sangat luas dan besar, dengan cat putih menghiasi dindingnya, terlihat seorang pemuda berkulit putih s**u dan berparas tampan rupawan sedang terbaring diatas ranjang berukuran king size dengan warna biru tua sebagai spreynya, dan diampaingnya duduk seorang yang berpenampilan dokter sedang melakukan pemeriksaan terhadapnya, tidak lama kemudian sang dokter itupun menegakkan tubuhnya saat pemerisaan yang dia lakuakan terhadap pemuda itu telah selesai.
"Bagaimana?". Tanya pemuda yang berbaring itu. Sang dokter terlihat menggeleng dan menunjukkan ekpresi yang menyedihkan hingga siapapun akan tau kalau hasil pemeriksaannya pasti buruk.
" Kau ini mau mati muda atau apa hah?!". Bentaknya pada sang pasien. Terlihat pemuda itu mulai mendudukan dirinya terlihat diwajahnya kalau dia sama sekali tidak perduli dengan bentakan sang dokter.
"Bagaimana mungkin kau bisa sampai pingsan Frans, akukan sudah bilang untuk menjaga kesehatanmu, penyakitmu itu bukan penyakit biasa seperti influ enza atau sejenisnya". Omel dokter itu, sebenarnya dokter itu sangat memperdulikan dan mencemaskan kondisi kesehatan pasiennya yang juga merupakan sahabatnya dan orang yang paling dicintainya, jadi dokter yang bernama Rino itu sangat tidak mau terjadi hal buruk pada pasien yang dipanggil frans atau bernama lengkap Fransis Lonenlis. Fransis adalah pemuda yang paling dicintai Rino, meski menyimpang rino sama sekali tidak perduli, dan pemuda itu terkena leokimia sejak 5 tahun yang lalu, dan rinolah yang selalu merawat dan berusaha menyembuhkan orang yang paling berharga dalam hidupnya, hingga dia akan sangat kesal bila pemuda itu tidak mau menjaga dirinya sendiri.
"Frans". Panggilnya dengan setengah berteriak, dia benar-benar kesal dengan sikap Fransis yang selalu mengacuhkannya bila rino sedang mengomelinya.
"Kau sadar tidak, mencari orang sepertimu sangat sulit Frans, kau memiliki wajah yang tampan rupawan, senyummu itu manis bila kau tersenyum tapi sayang kau jarang tersenyum, kau juga sangat kaya bahkan 100 kali turunan pun harta kekayaan mu tidak akan habis Frans, tapi apa gunanya semuanya kalau kau tidak sayang pada dirimu sediri, aku saja sangat menyayangimu". Cerocos Rino masih terus mengomeli Fransis, dan yang diomeli terlihat santai tak perduli dia bahkan lebih memilih mengambil jasnya lalu memakainya.
"Frans".panggilnya lagi, kali dengan nada yang lembut.
"Hn". Jawab fransis tidak jelas.
"Jawaban macam apa itu, bahkan agar aku bisa memahamimu jawaban kebiasaanmu yang tidak jelas itupun sudah ku cari dikamus manapun, tapi tidak ketemu frans, kau ini benar-benar sangat menyebalkan". Rino menumpahkan segala kekesalan dalam hatinya. Kemudian rino mengamati penampilan Fransis, pemuda itu terlihat sangat rapi kemeja drak blue dengan jas hitam.'memang dia mau kemana serapi itu, tidak mungkinkan dia mau berangkat kerja dengan kondisi tubuh yang masih lemah begitu'. Batin rino bertanya-tanya.
"Kau tidak berubah". Ucap Fransis datar. Rino menaikkan sebelah alisnya mendenggar perkataan sahabatnya.
"Memangnya aku kenapa Fransis yang tercinta". Tanya rino dengan nada dibuat sok manis dan itu membuat Fransis ingin muntah rasanya, menurutnya Rino tidak ada manis-maninya sama sekali.
"Kau lebih cocok jadi pujangga dari pada dokter". Jawab Fransis datar. Muncul perempatan kekesalan didahi rino, kemudian Fransis berbalik dan menatap geli sahabatnya itu.
"Sialan kau Frans, kau tau aku paling tidak suka dikatakan pujangga, karena aku tidak akan bisa berpujannga kalau bukan didepanmu, lagipula kalau tidak ada aku siapa yang akan merawatmu". Ucapnya dengan ekspresi sok diperlukan.
"kalau aku mau, aku bisa mencari penggantimu". Ucap Fransis angkuh. Rino benar-benar kesal, dia tau dia tidak akan bisa menang kalau berdebat dengan Fransis.
"mulutmu itu memang lebih pedas dari garam, kau selalu mematahkan hatiku". Kata rino dengan ekpresi dibuat sedih, tapi tentu saja itu bohong karena Rino akan selalu merasa bahagia saat didekat Fransis meskipun harus menghadapi ucapan Fransis yang selalu membuatnya kesal.
"bahkan orang bodohpun tau kalau garam itu asin". Kata Fransis memandang rino geli. Dalam hati Rino benar-benar dongkol, 'apa tidak bisa Fransis pura-pura tidak mendengarnya saat dia salah berumpama'. Batin Rino dongkol. Kemudian Fransis segera meninggalkan kamarnya bersama rino yang masih sibuk dengan hati dongkolnya, melihat Fransis pergi Rino segera membereskan perlengkapan medisnya dia tidak mau ketinggalan pemuda itu, dia harus menceramai Fransis agar dia tidak meninggalkan rumah, maksudnya agar pemuda itu tetap beristirahat mengingat dirinya yang masih baru sadar dari pingsannya. Disisi lain Rosi dan Sonia sudah sampai dirumah Fransis yang terlihat bagaikan istana itu, pintunya saja terbuat dari lapisan emas murni, dan pegangan pintunya terbuat dari berlian termahal, Rosi menghentikan mobilnya didepan teras rumah itu, meskipun berkali-kali Sonia dan Rosi datang kesini namun mereka tetap mengagumi rumah itu.
"kau tau Sonia untuk membeli satu berlian saja kita tidak mampu, tapi dirumah ini berlian dibuat gagang pintu, benar-benar orang kaya". Kata Rosi tak henti-hentinya mengagumi rumah itu.
"sudalah kita kesini bukan untuk mengagumi pintu itu, kau ingat". Kata Sonia mengingatkan.
"iya ya aku tau". Kata Rosi. Kemudian mereka berdua segera masuk kedalam karena memang pintunya tidak ditutup, jadi mereka berdua bisa langsung masuk, niat mereka adalah menuju lantai dua dimana letak kamar sang tuan rumah berada, namun belum sampai mereka kesana sosok sang tuan rumah dengan gaya elegannya sudah terlihat menuruni anak tangga, sonia sama sekali tidak berkedip melihat sosok pangeran impiannya itu, dia berhayal dalam hati kapankah dia bisa mendapatkan sang pangeran. Dahi Sonia berkerut melihat sosok lain dibelakang sang pangeran, seorang pemuda berpenampilan seperti dokter dan entah kenapa itu membuat Sonia merasa khawatir.
'apa yang terjadi?, kenapa ada dokter disini ?, apa terjadi sesuatu dengan kak Fransis?, apakah kak Fransis sakit dan sakitnya itu parah'. Batin Sonia bertanya-tanya. Dia benar-benar ketakutan, takut kalau terjadi hal yang buruk pada pria yang disukainya, tanpa terasa air mata soniapun jatuh.
"kak Fransis kenapa?". Tanya Sonia dengan air mata berderai, dalam hati dia benar-benar mencemaskan pemuda itu. Fransis merasa bingung dengan sonia, meski ekspresinya datar tapi tetap saja dia merasa bingung melihat gadis itu tiba-tiba saja menangis sambil menanyakan tentang dirinya. Bukan hanya fransis bahkan rosi dan rino juga merasa bingung dengan sikap sonia yang tiba-tiba saja menangis. Sonia tak ingin memperdulikan kebingungan dari rosi dan rino dia terlalu mencemaskan pemuda itu, diapun langsung berlari menaiki tangga menuju pemuda itu kemudian langsung menghambur kepelukan fransis, fransis tidak dapat menyembunyikan keterjutannya mendapatkan pelukan dadakan dari sonia begitu pula rosi dan rino mereka pun juga sangat terkejut sampai membelalakkan mata.
"apa yang terjadi?". Tanya fransis bingung. Sonia tidak langsung menjawabnya dia masih terisak dalam pelukan fransis, rino mencibir kesal melihat pemuda yang dicintainya tiba-tiba dipeluk seperti itu, ingin rasanya rino mencakar wajah sonia yang seenaknya peluk-peluk fransis. terkadang rino tidak habis pikir terhadap pemuda itu, terhadap sonia dia begitu lembut, tapi kalau padanya dia bersikap dingin dan bicaranyapun datar, terkadang rino sangat iri melihat gadis itu yang dapat mendapat perlakuan lembut dari fransis.
"hiks...hiks...kak fransis kenapa?". Tanya sonia masih dalam isakannya. Fransis semakin tidak mengerti dengan sonia, namun melihat gadis ini begitu menghawatirkannya diapun membalas plukan gadis itu, dia menepuk pelan punggung sonia untuk menenangkan gadis itu.
"apa yang terjadi pada kak fransis?". tanya sonia lagi. Sebenarnya fransis tidak mengerti sama sekali dengan apa yang membuat gadis itu terus bertanya seputar dirinya,meski ekspresi fransis tetap datar namun dalam hati dia benar-benar tidak mengerti dengan sikap gadis ini.
"memang aku kenapa?". Tanya fransis tidak mengerti. Sonia melepaskan pelukannya lalu menatap wajah tampan rupawan fransis.
"kenapa ada dokter disini?". Tunjuknya pada rino. kemudian fransis mengalihkan perhatiannya pada rino yang berdiri dibelakangnya. Rino merasa kesal menyadari ternyata dirinyalah yang membuat gadis itu berbuat seenaknya pada pemuda yang dicintainya'memeluk'.
"tentu saja untuk menjaganya dan mengobatinya". Sungut rino dalam hati.
"maksudmu dokter rino?". Tanya fransis. soniapun mengangguk mengiayakn pertanyaan fransis.
"oh jadi karena ada aku kau berlari dan langsung menerjang fransis dan membuat kita semua hampir terkena serangan jangtung dadakan terutama fransis untung dia tidak terkena serangan jantung dadakan". Omelnya pada sonia tanpa jeda' yang langsung mendapatkan tatapan membunuh dari fransis.
"itu berlebihan rin". Ucap fransis.
"itu benar dokter rino, aku tidak tiba-tiba meledakkan rumah inikan , kau yang berlebihan dokter rino". Uap sonia membela diri. Rino langsung mendelik sinis pada sonia.
"aku tidak berlebihan frans, kau itu kan_". Ucapan rino terpotong saat dia melihat ekspresi mengancam dari fransis.
"tidak jadi". Ucap rino tidak meneruskan perkatannya dia tidak mau dimutilasi oleh pria yang paling dicintainya itu. Sonia terlihat kebingungan melihat ekspresi ketakutan dari rino, sonia sama sekali tidak menyadari satu hal.
"maksudku, fransis itu ya begitulah, dia baik-baik saja, kau tidak perlu khawatir dia baik-baik saja(dan jangan main peluk saja)". Bohong rino dia beruaha bersikap setenang mungkin agar sonia tidak curiga kepadanya. Fransis hanya tersenyum lembut pada sonia, sebuah senyum yang sangat jarang diperlihatkan bahkan rino saja baru kali ini melihatnya, dia benar-benar iri pada sonia bisa mendapatkan senyum lembut dari fransis. setelah itu fransis mengalihkan perhatiannya pada rantang makanan yang di pegang rosi.
"apa yang akau bawa?". Tanya fransis.
"ini ibuku yang membuatnya tuan, isinya nasi tumis kangkung dan tempe goreng". Jelas rosi. Rino menahan tawa mendengar jawaban dari rosi, namun dia tida tahan lagi terlalu konyol menurut rino.
"bwahahahahah". Akhirnya tawa rinopun meledak, membuat rosi mengernyit bingung.
"apa yang kau tertawakan, apa kau melihat sesuatau yang lucu dokter rino?". Tanya rosi bingung.
"hihihi, itu..hihihi". tunjuk rino pada rantang makanan yang dibawa rosi sambil terkikik. Sementara itu rasi masih tidak mengerti mengapa rino menertawai rantang makanannya, menurutnya tidak ada yang lucu, rantang itu terlihat sama seperti pada umumnya.