SH - 25

2103 Words

Aku melangkah lebar menuju ruang kerja Papa. Saat pintu terbuka ternyata Bunda ada di sana.  "Pa.."  Air muka Papa tak begitu bagus. Sejak lamaran tiba-tiba Al tadi malam, rumah agak kacau, terutama pagi ini saat Shawn marah di meja makan. Shawn bahkan tak menghabiskan sarapannya. Shawn tak mengatakan dia menentang hal itu, tapi terlihat jelas kalau dia juga tak setuju. Aku pun sama.  "Pa, soal tadi malam.."  "Al udah ngomong sama Papa."  Aku melotot. "Pa-Papa nggak.." lidahku kelu. Kenapa aku jadi takut begini?  "Duduk dulu.." ujar Papa lembut. Bagaimana aku bisa duduk dalam situasi ini? Papa pasti ingin membahas masalah ini dengan kepala dingin. Tapi aku tak tahu apa kepalaku bisa dingin sekarang.  "Mine," Papa menatapku dalam. "Papa rasa menerima lamaran Al adalah keputusan yang

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD