Meja Hijau

1413 Words
Setelah melewati rangkaian persidangan dan mediasi yang tidak membuah hasil sesuai harapan Devan, akhirnya hari ini ketuk palu hakim ketua pengadilan agama Jakarta Selatan memutuskan pernikahan Nayra dan Devan telah berakhir.   Devan menghela nafas kasar dan mengusap wajahnya frustasi. Bukan ini yang Devan mau. Devan tidak menginginkan perpisahan ini sama sekali. Devan mengakui semua kesalahan dan ingin memperbaiki semua kesalahannya. Tapi Nayra tidak menginginkannya.   ‘Dalam hidup saya tidak akan pernah ada yang namanya kesempatan kedua. Karena itulah saya selalu menjalani hidup dengan baik, kecuali jika Allah sudah memutuskan,’ ucapan Nayra semalam selalu terngiang dalam benak Devan   Lain Devan lain Nayra. Wanita mungil berhiding mancung beriris mata hitam legam dan rambut panjang hitam yang indah itu begitu bahagia terlepas dari ikatan pernikahan ini. Pernikahan yang bagaikan sangkar emas dan hanya menorehkan luka dalam hidupnya.   Nayra bagai terbebas dari semua belenggu. Nayra tahu Allah tidak menyukai perceraian insannya, namun lebih baik berpisah daripada hidup bersama jika yang ada hanya saling menyakiti.   Devan menghampiri Nayra yang tengah berbincang dengan mamanya dan Alma sahabat baiknya sejak kecil. Nayra dan Alma telah berbaikan beberapa hari sebelum putusan sidang perceraian Nayra dan Devan.   “Semoga kamu bahagia Nay,” ucap Devan mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan Nayra   “Saya pasti akan bahagia setelah berpisah dengan bapak,” tukas Nayra sarkas namun tetap membalas jabat tangan Devan walau hanya beberapa detik   “Ayo ma, Al kita pulang,” Nayra mengajak mama dan Alma pulang   Mereka meninggalkan Devan yang masih berdiri mematung ditempatnya.   “Sabar Dev. Ini semua kesalahan kamu. Kamu jadikan pembelajaran. Jika kalian meman diciptakan berjodoh maka suatu saat kalian pasti akan bersatu lagi,” Papa Devan menepuk pelan bahu Devan dan menyadarkan lamunan Devan   Devn dan kedua orang tuanya meninggalkan pengadilan agama lalu pulang ke rumah mereka.     ***   Nayra menjani hari-hari seperti biasanya. Tanpa terasa sudah satu bulan Nayra bercerai dari Devan. Nayra tinggal bersama mamanya disebuah rumah kecil yang Nayra beli dengan tabungannya dan sedikit peninggalan papanya. Semua aset Nayra telah berpindah tangan ke adik papanya yang licik. Penyelidikan kecelakaan papa Nayra telah menemukan titik terang dimana mobil papa Nayra sengaja disabotase oleh adik papanya yang sangat menginginkan semua harta papa Nayra selama ini.   Nayra sakit hari dengan semua hal ini. Tapi Nayra tidak ingin membalas apa yang telah dilakukan adik papanya sekarang. Fokus Nayra saat ini hanya kebahagiaan mamanya dan ketenangannya dalam hidup.   Nayra mematikan komputer dimeja kerjanya lalu membereskan meja kerjanya. Nayra berjalan menuju lobb setela dirasa meja kerjanya sudah rapi. Nayra hari ini tidak membawa mobil karena mobilnya dibawa mamanya untuk mengurus ijin usaha yang akan dirintis Nayra bersama mamanya sebentar lagi.   “Nay,”   Suara bariton yang cukup familiar diindera pendengaranya menghentikan langkah Nayra saat keluar dari lift.   “D-Dean,” ucap Nayra gugup   “Mau pulang Nay?” Dean menghampiri Nayra yang masih mematung didepan lift   “I iya Dean. Ka kamu habis ketemu Pak Dika ya,”   “Iya Nay. Tadi ada urusan sebentar. Kamu bawa mobil nggak Nay,”   “Nggak Dean. Aku mau naik taksi Dean,”   “Aku antar ya Nay,”   “Ta tapi,” Nayra tidak melanjutkan ucapannya karena dipotong Dean   “Tidak menerima penolakan,” titah Dean tegas   Nayra tidak mau berdebat dengan Dean. Nayra menghela nafas berat lalu mengekori langkah Dean.   Nayra pulang diantar Dean sampai ke rumah. Dean langsung melajukan mobil meninggalkan rumah Nayra setelah mengantar Nayra sampai di rumahnya. Nayra menawarkan Dean untuk masuk ke rumahnya namun Dean menolak karena masih ada urusan.     Nayra membuka ponsel saat ponselnya berdering menandakan notifikasi pesan masuk.   Dean : Jangan lupa sholat dan makan Nay   Nayra tersenyum membaca pesan dari Dean. Pria manis berhidung mancung basan tegak rahang tegas dan postur tubuh tinggi menjulang itu kembali dalam hidupnya. Dean William mantan pacar Nayra saat sekolah itu hadir kembali setelah lima tahun menghilang.   Dean dan Nayra berpisah dengan baik-baik tanpa dendam dan kebencian. Mereka berpisah demi mengejar pendidikan dan masa depan. Usia mereka masi sangt muda ketika mereka menjalin hubungan dulu. Dean melanjutkan pendidikan di Inggris menuruti keinginan orang tuanya sedangkan Nayra menempuh pendidikan di Jakarta.   ‘Aku akan kembali untuk kamu Moy. Tunggu aku kembali ya Moy,’ pesan Dean sebelum terbang ke Inggris lima tahun lalu.   Nayra merasa telah mengkhianati janji yang telah terucap ke Dean ketika Nayra menerima perjodohan oleh kedua orang tuanya.   Flash Back On   Setelah merayakan kelulusan, Dean dan Nayra pergi kesebuah cafe yang terletak ditengah pusat kota bandung. Dean dan Nayra memilih tempat duduk disudut cafe pinggir jendela agar bisa menikmati udara luar yang tengah hujan gerimis.   “Nay,” Dean menggenggam tangan Nayra yang berada diatas meja   “Iya Dean. Kenapa? Sepertinya serius sekali yang akan kamu bicarakan?” balas Nayra menatap Dean yang tengah menatapnya dalam   “Nay.. Aku jadi lanjutin study ke Inggris. Dua hari lagi aku berangkat Nay. Papa sudah mengurus semua Nay. Termasuk kampus aku kuliah nanti,” Raut wajah Dean berubah sedih saat mengatakan hal itu   “Pergilah Poy. Kejar mimpi kamu. Kamu harus janji kuliah yang rajin. Biar jadi orang sukses seperti yang kamu impikan poy,” Nayra berusha menahan air mata yang sudah menganak pinak dipelupuk mata   Ya. Berpisah dari Dean popoy kesayangannya. Kekasih yang selalu mengerti, tidak pernah menuntut dan menerima Nayra apa asanya. Hari-hari Nayra pasti akan terasa sepi. Dua tahun hari-harinya selalu ditemani popoy membuat hidup Nayra semangat. Tapi hidup terus berjalan. Demi masa depan masing-masing. Tidak mungkin Nayra menghalangi popoy untuk melanjutkan study di Inggris. Nayra tidak boleh egois. Kalau memang jodoh mereka pasti akan bertemu lagi dan pasti akan bersatu lagi.   “Moy.. Kamu nggak apa-apa kan?” Dean masih menggenggam erat jemari Nayra   “Aku nggak apa-apa poy. Aku juga akan melanjutkan kuliah di Jakarta seperti impianku Poy. Kamu jaga diri baik-baik disana ya. Jangan pernah tinggalkan sholat sekalipun kmu tinggal ditempat asing. Jangan telat makan,”   “Iya Moy. Kamu juga hati-hati Moy,”   Nayra melukiskan senyum termanis untuk Devan. Ya. Mungkin ini senyum termanis terakhir kalinya sebelum mereka berpisah.   “Moy,”   “Iya Poy,”   “Walau kita berpisah aku harap kamu mau menunggu aku sampai aku pulang ke Indonesia hanya untuk kamu Moy.,”   “Insya Allah. Jika tadir memang mengizinkan kita untuk bersatu, maka kita akan bersatu,”   “Aku ingin menghabiskan waktu seharian bersama kamu moy sebelum kita berpisah,”   “Iya Poy,”   “Besok aku akan jemput kamu di rumah Moy. Sekalian pamit sama papa mama Moy,”   “Iya Poy. Aku tunggu,”   Dean dan Nayra menyantap hidangan yang telah dipesan. Setelah itu mereka memutuskan pulang ke rumah.   Nayra dan Dean benar-benar menghabiskan waktu bersama sebelum Dean berangkat ke Inggris. Mereka jalan-jalan mengelilingi kota Bandung yang terkenal romantis dan sejuk. Tawa dan canda selalu menghiasi wajah ayu dan tampan mereka. Mereka melupakan sejenak jika mereka akan berpisah dalam waktu yang cukup lama.   Hari keberangkatan Dean pun tiba. Nayra mengantar kekasih hatinya itu ke bandara Husein Sastranegara Bandung. Nayra tidak mampu menahan air matanya yang terus memaksa untuk mengalir diwajah ayunya. Dean dan Nayra masih saling memeluk erat sedangkan kedua orang tua Dean sudah masuk kedalam.   “Aku akan kembali Moy. Kita bukan berpisah. Tapi kita pergi untuk meraih masa depan kita,” Dean menenangkan Nayra yang masih terisak   “Hari-hari aku pasti sepi tanpa kamu Poy. Kamu jaga diri ya disana Poy,” Nayra berusaha tenang dan tegar walai masih terisak   “Iya Moy. Kamu juga Moy. I love U,” bisik Dean ditelinga Nayra yang menenangkan Nayra   “I love you too Poy,”   “Aku akan kembali untuk kamu Moy. Tunggu aku kembali ya Moy,”   “Aku akan menunggu kamu Poy,”   Dean masuk kedalam karena pesawatnya akan segera terbang. Nayra melambaikan tangan dengan air mata yang masih menganak sungai setelah Dean mengecup pipi kanan kiri dahi dan dagu. Dean tidak pernah memperlakukan Nayra lebih dari itu. Dean sangat menjaga dan menghargai Nayra. Bahkan untuk menyentuh bibir Nayra, Devan pantang melakukannya. Bagi Dean wanita itu pantas dihargai dan dihormati. Apalagi jika wanita baik-baik.   Dean terbang ke Inggris bersama orang tuanya. Nayra kembali ke runah dengan menggenggam kalung pemberian Dean sebelum Dean terbang tadi.   Flash back off   Nayra menatap kalung yang selama ini Nayra simpan rapi dikotak kecil didalan lemari. Semua pemberian Dean masih Nayra simpan rapi dan tidak ada yang hilang atau Nayra buang satu pun.   “Takdir membawa kita kembali bertemu Dean. Tapi aku tidak yakin kali ini takdir akan memihak kita. Aku yang sudah mengkhianati kamu. Aku sudah tidak seperti dulu. Maafkan aku Dean,” ucap Nayra menggenggam erat kalung pemberian Dean        
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD