Tanpa terasa sudah satu bulan Nayra dan Dean kembali dekat. Dean selalu mengantar dan menjemput kerja Nayra tanpa Nayra minta, bahkan Nayra berkali-kali menolak namun Dean tetaplah Dean yang masih sama keras kepalanya seperti dulu. Sikap Dean masih sama seperti enam tahun lalu saat mereka belum berpisah, selalu menjaga dan melindungi Nayra yang masih menjadi kesayangan Dean.
Dean sangat syok ketika mengetahui papa Nayra meninggal akibat kecelakaan yang sengaja dilakukan oleh adik papa Nayra sendiri atau lebih tepatnya om Nayra karena rasa iro dan dengki.
Papa Nayra merupakan dua bersaudara. Kakek dan nenek Nayra merupakan pengusaha ternama. Setelah kakek dan nenek Nayra meninggal semua harta diwariskan ke papa Nayra dan adiknya dengan porsi adil. Sifat adik papa Nayra yang boros dan tidak bisa meneruskan usaha orang tuanya membuat hampir semua harta peninggalan orang tuanya habis, sedangkan papa Nayra orang yang sangat rajin, ulet dan teliti serta pekerja keras sehingga mampu meneruskan perusahaan yang diwariskan orang tuanya hingga berkembang sangat pesat.
Hal itu menimbulkan kecemburuan dan rasa iri yang sangat besar pada adik papa Nayra hingga melakukan berbagai macam cara untuk mendapatkan harta papa Nayra termasuk membunuh papa Nayra.
“Kamu yang sabar ya Nay. Papa orang yang baik. Papa pasti sudah disurga,” Dean yang saat ini tengah berada di rumah Nayra berusaha menghibur Nayra
“Iya Dean. Aku nggak apa-apa. Aku nggak mau papa sedih kalau aku disini belum mengikhlaskan papa,” balas Nayra dengan senyum manisnya
“Aku akan bantu kamu mendapatkan semua hak kamu lagi Nay,”
“Nggak usah Dean. Harta bisa dicari Dean. Fokus utama aku sekarang hanya mama. Aku hanya punya mama. Aku nggak mau terjadi apa-apa dengan mama jika aku merebut semua peninggalan papa,”
“Mama kamu nggak akan apa-apa Nay. Aku janji dan aku bisa jamin itu,”
“Tapi Dean” Nayra tidak melanjutkan ucapannya karena dipotong oleh Dean
“Kamu percaya sama aku kan Nay?”
Nayra menganggukan kepala menjawab ucapan Dean. Begitulah Dean sejak dulu. Selalu dan selalu mengutamakan kebahagiaan Nayra. Sampai detik ini tidak ada yang berubah dari Dean sedikit pun walau mereka telah berpisah selama enam tahu.
Nayra dan Dean terus mengobrol untuk menggantikan waktu mereka selama enam tahun ini. Mungkin mereka sedang melepas rindu. Walau tidak terucap namun tersirat dari pancaran mata mereka berdua jika rindu itu ada.
***
“Nay.. Ikut saya meeting di William Grup nanti jam 10 ya,” Pak Dika menelepone Nayra memberitahu meeting hari ini
“Baik pak,” Balas Nayra yang tidak bisa menolak jika tiba-tiba Pak Dika mengajak meeting karena Pak Dika orang yang baik
Nayra menutup telepone setelah membalas ucapan Pak Dika.
‘Willian Grup? Itu kan perusahaan Dean?’ bathin Nayra
Nayra mempersiapkan diri untuk meeting hari ini. Bukan hanya penampilan tapi juga materi meeting karena Nayra tidak ingin mengecewakan Pak Dika dan tidak ingin mempermalukan diri sendiri.
Tepat pukul sepuluh pagi Pak Dika dan Nayra sudah berada diruang meeting William Grup. Beberapa pemimpin perusahaan sudah tampak hadir disana. Nayra mendesah kala matanya tanpa sengaja menemukan sosok yang sama sekali tidak ingin ditemuinya. Ya. Nayra melihat Devan mantan suaminya yang ternyata juga ikut hadir dalan meeting itu. Tampaknya ini meeting besar dan sangat penting. Meeting yang hanya dihadiri oleh pemilik perusahaan beserta para sekretarisnya namun siapa Nayra disini? Nayra bukan sekretaris Pak Dika. Apa maksud Pak Dika mengajak Nayra ke meeting ini? Entahlah. Itu hanya Allah dan Pak Dika yang tahu. Nayra tidak mau ambil pusing. Nayra hanya ingin memberikan yang terbaik buat perusahaannya.
Meeting dimulai dan dibuka oleh Dean selaku pemimpin William Grup. Peserta meeting mempresentasikan apa yang menjadi programnya. Tanpa terkecuali Nayra yang selalu diandalkan oleh Dika jika ada meeting besar seperti ini. Nayra memiliki otak yang cerdas, pemikiran terbuka, sikap dewasa, supel dan kreatif selalu membawa hal baik bagi perusahaan Dika. Banyak rekan bisnis yang setuju dengan gagasan Nayra dan berakhir dengan kontrak kerjasama.
Setelah dua jam meeting berjalan akhirnya meeting selesai. Dika Dean Devan dan Nayra masih berada diruang meeting untuk membahas kerjasama lanjutan. Devan yabg sedari Nayra masuk ruangan menatap lekat Nayra mantan istrinya yang sangat dirindukan dan selalu dalam pikirannya. Devan takjub melihat kecantikan dan kepandaian Nayra yang selama ini tidak pernah terlihat olehnya. Ya. Ini semua kesalahan dan kebodohannya. Membuang permata hanya demi kerikil yang selama ini menutup mata hatinya.
“Nay,” Ucap Dean
“Iya Dean. Ada apa?” balas Nayra dengan suara lembut
“Setelah ini makan siang bareng ya. Aku tunggu dilobby nanti,”
“Tapi,” Nayra tidak melanjutkan ucapannya karena dipotong oleh Dean
“Kamu nggak usah takut sama Dika. Kalau kamu dipecat sama Dika, kamu bisa bekerja di perusahaan aku. Jadi sekretaris pribadi aku Nay. Lagian mana mungkin Dika berani memecat karyawan kaya kamu,”
Nayra tersenyum canggung menatap kearah Dika yang hanya tersenyum sembari menganggukan kepala mengijinkan Nayra makan siang dengan Dean. Devan yang dari tadi menyaksikan keakraban Nayra dan Dean merasakan tidak rela dihatinya namun Devan tidak bisa berbuat apa-apa. Devan tidak mau Nayra semakin membenci dirinya.
“Kalian saling kenal?” Devan akhirnya memberanikan diri bertanya untuk membuang penasaran yang mendera dalam dirinya
“Iya Dev. Kami saling mengenal sejak lama. Bahkan dulu kami memiliki hubungan,” jawab Dean dengan santai
“Hubungan?” Devan mengernyitkan dahi mendengar ucapan Dean
Dika yang sudah mengetahui hubungan Nayra dan Dean dimasa lalu saat pertemuan tempo hari hanya bisa menyaksikan perbincangan mereka.
“Iya Dev. Kami berpacaran dulu ketika sekolah. Kami berpisah saat kita memutuskan kuliah ditempat yang berbeda. Takdir memihak pada kita sekarang kita bertemu lagi,” tukas Dean
Jeder..
Ucapan Dean membuat Devan sangat terkejut. Bagaikan disambar petir di siang bolong dengan teriknya matahari. Hal itu membuat Dean terdiam.
“Apa kamu tahu soal Nayra sekarang?” tanya Devan makin penasaran
“Iya. Saya tahu. Nayra mantan istri anda!” jawan Dean masih dengan gaya santainya
Duaaar..
Ucapan Dean tidak hanya membuat Devan yang terkejut, namun juga Nayra dan Dika juga terkejut. Nayra membulatkan bola matanya mendengar ucapan Nayra. Darimana Dean tahu hal ini. Nayra bahkan sama sekali tidak pernah memberi tahunya selama mereka dekat kembali.
“Anda tidak perlu terkejut seperti itu. Apa yang tidak diketahui tentang seorang pengusaha muda seperti anda Dev?”
Devan diam tidak menjawab ucapan Dean. Devan masih tidak percaya jika Dean mengetahuinya.
“Jika anda berpikir saya akan meninggalkan Nayra hanya karena status Nayra, maka anda salah besar. Justru saya akan menjaga dan melindungi Nayra selalu apa pun status Nayra. Saya tidak akan melepas permata ini lagi demi apa pun,” tukas Dean yang berhasil membungkam Devan yang hendak membuka mulutnya
Nayra masih tidak berkedip menatap Dean yang dengan santainya berucap seperti itu. Dean tersenyum manis ke Nayra yang seketika membuat rona merah tampak diwajah Nayra.
“Saya rasa pertemuan kita hari ini sudah cukup. Nanti kontrak kerjasamanya akan dikirim oleh Aldi,” Dean mengakhiri pertemuan mereka
“Baik Dean. Terima kasih. Saya permisi,” balas Dika yang dari tadi hanya jadi penonton
“Saya permisi,” tukas Devan
Devan dan Dika meninggalkan ruang meeting kembali ke perusahaan mereka. Dean dan Nayra pergi untuk makan siang bersama.
Devan memilih untuk makan siang bersama Dika daripada kembali ke kantor dengan pikiran yang kacau.
“Lo kenapa Dev? Nyesel?” tanya Dika saat pesanan sudah tersaji diatas meja
“Lo tahu apa yang gue pikirkan kan? Ngapain masih nanya,” jawab Devan ketus
“Gue udah bilang kan jangan sampai lo nyesel setelah kehilangan Nayra. Sekarang terbukti kan semua ucapan gue. Lo dari dulu selalu nggak pernah mau nerima nasehat orang lain. Kita itu sahabat lo! Bukan orang lain!”
Devan bungkam mendengar ucapan Dika yang tersirat emosi.
“Atthala kemana? Tumben dia nggak ikut meeting?”
“Atthala cuti. Dia lagi ngurus rencana pernikahannya,”
“Baguslah. Paling tidak Atthala lebih waras daripada,”
“Iya. Lo terus aja salahin gue,”
“Emang lo salah kok. Kenapa? Lo nggak terima?”
Devan menundukan kepala mencerna ucapan Dika. Semua memang salahnya. Ya. Salahnya. Salahnya Nayra akhirnya pergi. Salahnya ibunya kini membencinya. Salahnya. Ya. Salah Devan.
***
Dean berbincang dengan orang tuanya di ruang tengah. Dean memberitahu orang tuanya ingin menikah dengan Nayra.
“Papa mama.. Ada yang ingin Dean bicarakan,” Ucap Dean dengan raut wajah serius
“Iya Dean. Ada apa? Kelihatannya kamu serius sekali?” balas papanya sembari bertanya balik
“Dean ingin menikah”
Duaaar..
Orang tua Dean terkejut dengan pernyataan anaknya yang tanpa tedeng aling-aling mengungkapkan ingib menikah. Orang tua Dean saling menatap lalu menatap anaknya.
“Kamu serius Dean?” tanya papanya yang bernama William
“Memangnya Dean pernah main-main pa?”
“Bukan begitu Dean. Tapi yang papa dan mama tahu kamu selalu menolak jika kami kenalkan dengan anak klien papa. Kamu tetap bersikukuh ingin mencari Nayra. Bahkan kamu memaksa kembali menetap di Indonesia demi mencari Nayra. Sekarang kamu bilang ingin menikah. Siapa wanita itu Dean? Apa kamu telah menemukan Nayra?”
“Seperti yang papa bilang, Dean hanya mau dengan Nayra bukan yang lain. Jika Dean ingin menikah, maka Dean akan menikah dengan Nayra, bukan yang lain pa,”
“Apa kamu sudah menemukan Nayra, Dean?” tukas sang mama nyonya Agatha
“Iya ma. Dean sudah menemukan Nayra. Dean tidak mau kehilangan Nayra lagi, makanya Dean ingin segera menikahi Nayra ma,”
“Kapan? Kenapa kamu tidak memberitahu kami?”
“Kurang lebih sudah satu bulan ma. Dean sengaja tidak memberitahu papa mama. Dean takut papa mama tidak merestui kamu karena status Nayra sudah berbeda ma,”
“Maksud kamu Dean?”
“Nayra pernah menikah karena perjodohan dari orang tuanya ma. Keluarga Nayra juga tidak seperti dulu lagi pa ma,”
“Mama tidak mengerti maksud kamu Dean. Ceritakanlah semuanya Dean,” Pinta mama Agatha
Dean menceritakan semua yang terjadi pada Nayra ke kedua orang tuanya tanpa ada yang ditutupi semua yang Dean ketahui. Mama Agatha mengheka nafas pelan lalu menatap suaminya yang tersenyum dan menganggukan kepala.
“Dean.. Sejak kapan mama papa membedakan manusia? Kita semua sama dimata Allah.. Hanya iman dan taqwa yang membedakan kita dimata Allah. Mama papa merestui kamu dan Nayra. Mama papa t**i hanya Nayra yang bis membawa perubahan baik dalam hidup kamu. Kamu bisa sampai didetik ini karena Nayra. Bawa Nayra ke rumah dan segera nikahi Nayra. Mama papa bahagia jika kmu juga bahagia,” ucap mama Agatha mengulas senyum manis menepuk bahu Dean pelan
“Ma.. Mama serius? Mama papa merestui Dean sama Nayra?” balas Dean dengan senyum bahagia terukir diwajahnya
“Iya Dean. Kami mengajarkan kamu untuk tidak berbohong. Maka kami juga tidak berbohong ke kamu Dean. Bawa Nayra ke rumah secepatnya. Mama rindu sekali sama calon menantu mama,”
Dean memeluk mama papanya dengan erat. Tak lupa Dean mengucapkan terima kasih ke mama papanya. Dean sangat bahagia mendapat restu kedua orang tuanya. Dean tahu kedua orang tuanya orang yang baik. Kedua orang tua Dean tidak pernah memandang manusia hanya dari kasta. Semua sama dalam pandangan Papa Willian dan Mama Agatha kedua orang tua Dean yang sangat Dean cintai.
***
Akhir pekan kali ini Dean mengunjungi rumah Nayra. Dean ingin mengutarakan niat baiknya dan ingib mengajak Nayra ke rumah bertemu papa mamanya. Papa mama Dean sudah menyiapkan berbagai jenis hidangan untuk menyambut kedatangan Nayra ke rumah mereka.
“Nay,” Dean menggenggam tangan Nayra saat mereka tengah mengobrol diruang tamu
“Iya Dean. Ada apa?” Nayra bertanya balik
“Alhamdulillah.. Papa mama merestui kita.”
“Merestui? Maksud kamu apa Dean? Aku nggak ngerti,”
“Aku kemarin bilang ke papa mama ingib menikah dengan kamu. Papa mama setuju Nay,”
“Me menikah?”
“Iya Nay. Aku ingin menikah dengan kamu. Aku nggak mau kehilangan kamu lagi Nay,”
“Ta tapi Dean.. A.. Aku,” ucapan Nayra dipotong oleh Dean
“Aku tahu Nay. Aku nggak peduli soal itu. Papa mama juga tidak mempermasalahkan itu. Buat aku kamu masih Nayra yang duli Nay. Walau kmu pernah menikah sebelumnya,”
“Dean,”
“Will you marry me Nayra?”
Nayra terdiam mendengar pernyataan Dean. Walau hatinya bertolak belakang karena ada rasa bahagia yang tercipta, namun Nayra merasa bimbang. Nayra baru beberapa bulan berpisah dari mantan suaminya. Perasaan ragu untuk menjalani kehidupan rumah tangga iti masih ada dihatinya. Bukan trauma. Bukan. Nayra tidak merasakan trauma kegagalan pernikahannya yang pertama, namun Nayra takut hal itu akan terulang lagi. Nayra tahu Dean orang baik dan Dean masih sangat mencintainya. Semua terlihat jelas dari pancaran mata serta segaka perhatian dan kasih sayangnya yang masih sam seperti dulu dan tidak pernah berubah sedikit pun.
Nayra juga takut tidak bisa menjadi istru yang baik seperti harapan Dean. Nayra masih terhanyut dengan berbagai pikirannya saat Dean menggenggam erat tangan Nayra yang sontak membuyarkan semua lamunan Nayra.
“Nay.. Aku tahu kamu ragu. Aku tahu ini terlalu cepat buat kamu. Aku tahu apa yang kamu pikirkan. Percayalah Nay. Semua yang ada dipikiran kamu salah dan tidak akan ada yang terbukti. Aku sanga mencintai kamu. Seperti dulu dan tidak akan pernah berubah. Apapun dan bagaimanapun kamu aku terima dengab ikhlas. Aku terima kamu apa adanya Nay,”
Nayra tersentuh mendengar ucapan Dean. Nayra menatap manik mata hitam Dean lekat mencari kebohongan disana, namun Nayra tidak berhasil menemukan. Hanya kesungguhan dan ketulusan yang Nayra temukan dalam manik mata hitam Dean.
“Will you marry me Nay?” Dean mengulangi ucapannya
“I will,” Nayra akhirnya memantapkan hati dan menerima lamaran Dean
Nayra hanya perlu memantapkan dan meneguhkan hati dengan keputusan yang diambil kali ini.
Dean tersenyum hangat mendengar jawaban Nayra. Dean memuluk Nayra dengan penuh bahagia.
“Terima kasih Nay. I love you,” Dean mengecup pipi Nayra kanan dan kiri penuh sayang
“Iya Dean. Terima kasih jua Dean. Aku percaya sama kamu. Aku percaya kamu nggak akan pernah nyakitin aku. I love you too,” Nayra membalas pelukan Dean dengan erat. Nayra merasakan kenyamanan setiap kali berada dalam pelukan Dean