"Ibu bingung harus bagaimana." Ibu Dahlia menatap putranya dengan penuh kesedihan. Keadaan keuangan mereka semakin sulit. Beruntung Asep masih bisa menopangnya. Untuk dua atau tiga bulan ke depan mungkin tak masalah, namun untuk beberapa bulan ke depan harus segera ada pembenahan. Bukan hanya memikirkan nasib dapur mereka tapi juga kesejahteraan karyawan dan kelangsungan perusahaan. Beberapa cabang butiknya terancam tutup. Sementara di tempat konveksi pun mereka sudah mulai mengurangi jumlah karyawan. "Ibu jangan panik dulu!" Asep terus menenangkan sang ibu. Ia akan terus berusaha mempertahankan bisnis mereka bagaimana pun caranya. Ibu Dahlia tak mengerti dengan apa yang terjadi. Usaha suami dan anaknya dalam mencari investor belum juga berhasil. Entah mengapa seolah orang-orang tak