9 :: Malam Petaka ::

1103 Words
Abram berdiam diri sejenak dia melihat ke depannya dan benar saja saat ini dia menjadi bahan tontonan. Dia segera masuk ke dalam ruangan tempat mereka tdai berkumpul di susul oleh tiga sahabatnya. Abram tidak mengerti kenapa dia melakukan hal itu, kini rasa bersalah  menari di pikirannya setelah melihat mata berkaca-kaca milik Via tadi. Saat duduk di sofa dia menuangkan minuman dan langsung menenggaknya habis. “Apa yang kau lakukan Ab ?” tanya Lion terlihat tidak suka. “Melakukan apa yang kau mau !” Abram dengan santai menjawabnya sehingga Lion tidak habis pikir dengan sahabatnya itu. “Dia teman ku, aku tidak memperkenalkannya kepada mu layaknya dia wanita panggilan yang bertugas untuk menghibur mu.” “Sudah lah Lion kita sudah tahu jawabannya. Ab sepertinya terpancing gairah saat melihat Via menari bersama kita,” ujar Ibra menengahi dan Aidan tertawa tapi tidak dengan Lion. Dia masih menatap Abram tidak suka, bukan ini yang dia harapakan. “Tidak masalah bagiku jika kau menciumnya tapi setidaknya pergi kejar dia dan minta maaf.” “Aku tidak ingin melakukannya dan cukup dengan omong kosong mu tentang dia. Gaya pakaiannya saja sudah menjelaskan dia wanita seperti apa,” kata Abram dengan sarkasnya dan dia ingin pergi namun saat itu juga mereka semua melihat Via ada disana. Kedua kalinya Abram melakukan hal yang salah dan Via begitu terluka mendengarnya. “Wanita tidak bisa di tebak hanya dengan cara berpakaiannya saja, dan kau sudah salah menilai ku.” Via mengatakannya dengan tenang lalu segera pergi setelah mengambil tas kecil miliknya yang mungkin tertinggal disana. Di belakang Via ada Aldy yang menemaninya, jelas terlihat jika Via habis menangis dengan hidung merah dan mata yang sembab muncul di hadpaan mereka. Aidan menepuk pundak Abram “Kau harus minta maaf Ab ucapan mu sudah keterlaluan,” katanya tapi Abram hanya pergi dengan diamnya.   **** Via dan Aldy sudah berada di kamar mereka, meski Via sudah mengajak Aldy untuk segera pergi dari sana namun kenyataan hari sudah larut malam emmbuat Aldy tidak bisa menuruti permintaan kekasihnya itu. Sedari tadi Aldy memang hanya diam dan mendengarkan cerita Via, bukan dia tidak marah dan cemburu dia sangat marah terlebih pria itu juga sudah menghina Via. Tapi Aldy tidak bisa berbuat banyak, dia juga sudah salah tidak bisa menjaga kekasihnya sehingga diamnya adalah sebagai betuk amarahnya pada diri sendiri. Via sadar jika Aldy hanya diam saja dan dia memeluk Aldy diatas tempat tidur mereka. “Kau ingin melakukannya ?” tanya Aldy namun Via menggelengkan kepalanya. “Aku tidak ingin hamil di usia muda, kita sudah pernah duakali melakukannya dank u pikir itu sudah cukup.” Aldy tersenyum sekilas dan dia mencium bibir Via dalam dan tidak ingin berniat menghentikan cumbuan itu. Via yang mengerti lalu menjauhkan tubuh Aldy lalu tersenyum. “Kita tidak akan bisa berhenti jika terlalu lama berdekatan seperti saat ini, kau istirahatlah aku tahu kau sedikit mabuk.” “Kau mau kemana ?” tanya Aldy melihat Via ingin pergi  dari kamar setelah berganti memakai kaos dan celana pendek saja. “Aku ingin ke tepi pantai sebentar,” kata Via dan dia sudah sampai di pintu kamar membukanya ingin segera pergi dari sana menenangkan hatinya. Tapi tiba-tiba Aldy menahannya dan menyudutkan Via di pintu kamar mereka yang saat ini terbuka. Aldy mencium bibir Via kasar dan menghisapnya membuat Via tidak suka dengan semua yang Aldy lakukan. “Kau berciuman dengannya, apa kau menyukai pria itu ?” “Aldy apa yang kau pikirkan ! sudah ku katakana dia menciumku dengan tiba-tiba.” “Buktikan padaku jika memang tebakan ku salah,” kesal Aldy lalu emnjatuhkan tubuh Via ke atas tempat tidur. Via segera bengkit dan meninggalkan Aldy disana, dia langsung keluar kamar dengan berlari dan menuju tepi pantai yang masih saja di huni ramai kenalan Lion yang berpesta. Via duduk menyendiri namun dia menyempatkan mengambil minuman yang diberikan pelayan saat dia berjalan. Via meneliti sekitarnya dan dia merasa tidak ada yang salah dengan gaya pakaiannya. Pikiran merekalah yang salah, pikir Via. Dia meminum sampai habis gelas berisi cairan beralkohol tersebut dan meminta lagi kepada pelayan yang berjalan-jalan memba anampan berisi minuman dan juga buah dan cake. Tidak tahu sudah berapa gelas dia minum kini kepala Via sangat berat dan dia memutuskan untuk kembali ke dalam kamarnya. Untung saja dia selamat sampai ke kamar dan bisa membuka pintu dengan baik, dia melihat dengan samar-samar Aldy yang berdiri memegang ponsel. “Via kau dari mana saja ?” tanya Aldy dengan raut wajah khawatir. “Maafkan aku beib. Aku baru saja menikmati udara pantai mala mini dan sungguh aku sangat bahagia,” kata Via langsung memeluk Aldy dan menyatukan kening mereka. “Aldy maafkan aku karena sudah membuat mu marah, tapi percayalah aku hanya milik mu beib. Aku tidak menyukai pria lain selain kamu,” katanya dan mencium bibir Aldy hal yang tidak akan dibuang saja oleh Aldy. Dia memang sangat menginginkan tubuh Via dan kini kekasihnya itu melemparkan tubuhnya dengan suka rela sepertinya. Pria tetap lah pria dan darah muda seperti Aldy tentu sangat b*******h melihat wanita berparas cantik yang tidak lain adlaah kekasihnya ingin melakukan hubungan terlarang bersamanya. Tangan Aldy dengan cepat membuka satu persatu pakaian yang Via gunakan dan membuka pakaiannya sendiri. Kali ini Aldy benar-benar tergesa-gesa dia takut jika Via sadar dan dia gagal menikmati tubuh kekasihnya ini, walau bagaimana pun Aldy mengakui jika Via tidak lah mudah untuk dia taklukan. Mmembujuk serta merayu Via saja dia membutuhkan waktu yang sangat lama hingga akhirnya beberapa hari yang lalu Via terbuai olehnya.  Kali kedua juga Aldy sengaja membawa Via ke rumah yang dia tempati bersama keluarganya agar ingin meyakinkan Via jika dia benar-benar ingin bersama Via selamanya dan mengatakan jika mereka harus mengukir kenangan di kamar Aldy saat itu. Aldy memang mencintai Via sebagai kekasihnya tapi apakah cinta seperti ini benar adanya ? Aldy tidak tahu apa-apa soal itu yang dia tahu dia mencintai kekasihnya dan juga menginginkan Via seutuhnya untuknya. Sementara Via pengaruh alkohol benar-benar sudah mengontrol dirinya sehingga dia sangat menikmati bercinta dengan Aldy. Pintu kamar yang sedikit terbuka membuat seseorang dari luar pintu itu mendengar suara desahan  dari seorang wanita yang baru dia kenal dan Abram tidak menyangka jika wanita muda yang sudah memancing emosinya melakukan hal itu. Abram disana ingin meminta maaf kepada Via tapi ternyata dia mendengar hal semenjijikan ini, Abram  merutuki dirinya sendiri karena sudah mendengar desahan Via dan tiba-tiba dia juga merasa sangat kesal. Tubuhnya panas dan dia perlu pengalihan, tidak mungkin hanya suara Via bisa membuatnya b*******h. Apa dia benar-benar sudah gila ? Sementara Via dia masih sangat menikmati apa yang dia lakukan bersama Aldy dalam pengaruh alkohol yang sudah menjeratnya. Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD