Lina sama sekali tak menjawab. Kedua tangannya bergetar memegangi hapenya. lalu dia mengangkat wajahnya menatapku dengan ekspresi yang sangat sulit untuk dilukiskan. Shock, terkesima dan entah apalagi istilahnya. Wulan yang duduk berhadapan denganku dan sedikit lebih dekat pada Lina, pasti dengan sangat mudah menyadari perubahan sikap Lina yang mendadak seperti orang kesambet. Dia lalu memandangku dengan sorot mata bertanya ‘Ada apa, Ndri?’ Aku hanya mebalasnya dengan senyuman santai penuh kemenangan. “Masih perlu gua tambah lagi gak fotonya, Lin?” tantangku dengan intonasi yang lebih santai. Aku benar-benar menikmati ekspresi tegang, panik dan ketakutan yang terpancar dari wajah Lina. Wajah yang benar-benar tak berdaya dari seseorang yang beberapa menit yang lalu masih sombong dan aro