Dia Psycho

731 Words
Happy Reading ***** "Kenyataan begitu mengejutkan jika dilihat. Tapi jika kita tak tau kenyataan itu, malah akan lebih mengejutkan suatu hari nanti." ***** Daila menendang-nendang kerikil kecil disepanjang ia berjalan menuju halte bis yang berjarak 100 meter dari sekolahanya. Bibirnya tak henti-hentinya mengerucut sebal, karena ketiga temanya meninggalkan ia disekolah saat ia sedang ditoilet. Salahkan Fita yang mungkin tidak mendengar saat ia pamit untuk ketoilet sebentar tadi. Mungkin mereka mengira ia sudah pulang duluan karena yang dikira Daila sebentar, tapi malah hampir setengah jam ia ditoilet. Yah maklum, kebiasaan Daila saat b***k ya seperti itu. Lama. Daila tersentak dan langsung melangkah mundur, saat ia hampir saja diserempet orang. Ini orang loh yang hampir nyerempet bukan motor atau kendaraan. Daila hampir memaki orang itu, tapi lebih dulu ia urungkan. Saat melihat banyak gerombolan pria berseragam SMA Antariksa, berlarian menuju ia berdiri. Daila yang panik, langsung memundurkan badannya dan bersembunyi dibalik pohon dipinggir jalan. Jantung Daila berdegub kencang. Nafasnya memburu. Mereka kenapa? Baru kali ini Daila melihat yang seperti ini. Karena Daila memang tipe murid yang selalu pulang tepat waktu. Dan ini kali pertama ia telat keluar hampir satu jam dari bel pulang berbunyi. Jantung Daila berdegub kencang, saat matanya melihat sosok pacarnya Dafhin yang juga berlarian diantara mereka bahkan Dafhin berada paling depan sambil membawa sebuah katana ditanganya. What, KATANA? Daila semakin menyembunyikan badanya agar Dafhin dan gerombolanya tidak tau. Daila menyembulkan kepalanya, saat gerombolan laki-laki tadi termasuk Dafhin sudah berlari menuju gang kecil samping sekolah. Daila fikir mereka sedang menuju lapangan milik pemerintah desa yang memang berada dibelakang sekolahnya. Dengan rasa penasaran yang tinggi, Daila nekat mengikuti gerombolan tadi. Hey, salahkan kekepoan Daila yang selalu overdosis jika menyangkut hal baru seperti ini. Daila berjalan pelan-pelan, seraya sesekali bersembunyi dan mengintip. Kok kayak maling gini ya, batin Daila dalam hati. Glekk.. Daila meneguk lidahnya susah payah, saat matanya melihat pertarungan hebat antara sekolahnya dengan__ah Daila tak tau sekolah mana, tapi yang pasti mereka sedang saling baku hantam. Bahkan masing-masing kubu membawa benda sebagai senjata. Begitupun dengan Dafhin yang membawa katana. Tapi kelihatanya Dafhin belum menggunakan senjata itu, karena senjata itu masih tersimpan apik tempatnya. Daila berdecak, antara kagum dan tak percaya. Saat Dafhin menyerang lawan menggunakan tangan kosong, meski begitu semua yang menyerang Dafhin berakhir ditanah. Seakan Dafhin tak sentuh. Hebat. Daila menepuk bibirnya pelan, "Hebat apanya, nyeremin iya." Jujur saja ini kali pertama Daila melihat secara langsung aksi kekerasan seperti itu. Dan membuktikan jika yang dibicarakan orang-orang, bahwa Dafhin adalah berandal dan ketua gengster memang benar adanya. semenyeramkan itu kan Dafhin? Deg.. Daila membulatkan matanya lebar saat menyadari sesuatu. jadi beneran Dafhin pernah membunuh orang? ***** Dafhin tersenyum sinis kearah gerombolan lawan, tepatnya pada sekolah SMA Bulan Bintang. Ia hanya takjub, berani-beraninya mereka menantang seorang Dafhin. Bukanya sombong, tapi siapa sih yang tidak mengenalnya! Si Psycho D. Semua orang tau tentangnya. Tapi mereka seakan tutup mata dan masih ingin melawanya. "Akhirnya kita bertemu secara langsung ya D." ucap salah satu dari kubu lawan dengan senyum mengejek. Dafhin menyeringai, pada orang yang berbicara tadi. Lebih tepatnya pada Dandy pemimpin mereka, si tengik yang akhir-akhir ini mencari gara-gara padanya. "Ck, lo nggak perlu mengirim mata-mata lo itu. Bahkan gue udah tau sejak awal, kalo dia musuh dalam selimut. Tapi karena gue emang baik hati, jadi gue pingin nyenengin lo, dan ngikutin alur yang lo buat." "Brengsek." Dafhin menyeringai puas saat Dandy mengumpatinya. Dandy yang merasa marah, Dafhin meremehkanya pun, segera memerintah untuk menyerang. Ia tak perduli jika katanya Dafhin mempelajari banyak ilmu beladiri, yang pasti ia harus mengalahkan Dafhin. Dafhin dan para anggota kelompoknya hanya tersenyum sinis. Mereka semua yakin bahwa Dandy tak akan bisa mengalahkan ketua Gengster seperti Dafhin. Dengan banyak macam bela diri yang dikuasai Dafhin _seperti Wushu, Muay Thay, Boxing, Kung Fu, Taekwondo, Karate dan Anggar_ tak akan mudah bagi lawan untuk mengalahkan sang Psycho seperti Dafhin. Tapi yang paling menonjol atau yang sering Dafhin gunakan saat bertarung adalah seni bela diri anggar. Dia selalu membawa katana sebagai senjata. Katana adalah benda kesayangan saat ia bertarung. Bisa dibilang katana itu benda keburuntungan Dafhin. Pernah sekali Dafhin tak membawa katana itu, dan selanjutnya dia mendapat satu bogem mentah dipipinya, padahal biasanya ia sama sekali tak tersentuh. "SERANG!" Teriak Dandy memerintahkan untuk maju. Dafhin hanya tersenyum dengan santainya, sebelum berlari maju. Dafhin menyeringai lagi, saat ujung matanya menangkap sosok gadis, yang kini tengah mengintip dari balik pohon mangga diujung lapangan. ***** Tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD