Prolog
Daila tak henti-hentinya meneguk ludahnya kasar sejak beberapa detik yang lalu. Merasa gugup sekaligus takut.
Ia tak tau keputusan yang ia ambil ini benar atau tidaknya, tapi yang jelas ia harus segera menyelesaikannya, karena ini sudah kepalang tanggung.
Ia terlanjur berdiri didepan Pria bermata tajam itu. Dafhin. Dan lagi ia juga sudah menjadi pusat perhatian ketiga teman laki-laki Dafhin itu. Tengsin kan kalau ia harus mundur.
Daila menghembuskan nafasnya beberapa kali, mencoba mencari keberanian yang tiba-tiba lenyap ketika berdiri dihadapan Dafhin. Padahal tadi, ia sendiri yang bersemangat 45 untuk segera menyatakan cintanya pada Dafhin.
'Huft, oke.'
"Aku suka Kak Dafhin! Kak Dafhin mau nggak jadi pacar aku?" ucapnya cepat, begitu cepat sampai ia sendiri tak yakin apakah ia mengucapkannya dengan benar atau tidak.
Hening..
Tapi setelahnya, para teman Dafhin mulai berbisik, jelas membicarakannya.
"Woah, punya nyali juga dia nembak Dafhin."
"Salut gue."
Kira-kira, kata itulah yang mereka bicarakan.
Daila menundukkan kepalanya dalam-dalam, sungguh ia sangat malu sekarang. Tapi detik berikutnya ia langsung mengangkat kepalanya lagi saat Dafhin berdehem, mulai berbicara.
"Lo tau kan, gue bisa bunuh orang?" laki-laki itu _Dafhin_ malah merespon-nya dengan sebuah pertanyaan bernada Dingin, yang Daila sendiri sudah sangat paham dengan pertanyaan Dafhin itu.
Sejenak Daila menghembuskan nafasnya panjang, berharap semoga keputusan yang ia ambil ini tidak salah.
"Iya, aku tau." jawab Daila mantap _tanpa keraguan.
Gugup, Daila begitu gugup saat Dafhin malah menyeringai lebar disana. Ini kali pertama ia mengetahui ekspresi lain Dafhin, selain Datar dan dingin itu.
Dafhin terus menyeringai _lama_ pada Daila, sebelum kembali bertanya, "Termasuk, bisa bunuh lo?"
Deg..
'Bunuh gue?'
Daila memejamkan matanya sejenak, ini adalah keputusannya sejak awal, dan ia tak bisa mundur sekarang, "Aku siap nerima kosekuensinya!"
Hening.
Daila hanya bisa menahan nafasnya, saat Dafhin tak kunjung menjawab pernyataannya. Huft, ia yakin, Dafhin akan menolaknya.
"Oke. Kita pacaran."
Huh?
Seperti orang linglung Daila hanya dapat melongo ditempat. Benarkah ini?
Gilak, bener-bener gilak. Sungguh Daila tak menyangka Dafhin menerima pernyataan cintanya. Ia sangat senang sekarang.
Tapi,
Glekk..
Daila meneguk ludahnya susah payah. Kesenangan Daila langsung lenyap begitu saja, digantikan keraguan saat Dafhin lagi-lagi menyeringai lebar didepan mata Daila.
"Jadi,," Dafhin memajukan wajahnya, mendekati wajah Daila.
Glekk..
Daila hendak memundurkan wajahnya _sesaat setelah berhasil meneguk ludahnya lagi_. Tapi nyatanya Dafhin lebih dulu menahan kepalanya, hingga jarak antar wajah keduanya hanya tinggal beberapa senti saja.
"Selamat datang di kehidupan gue," Dafhin tersenyum menyeringai.
"Pacar."
Bolehkah Daila menyesal sekarang?
*****
Tbc