Bab 7 - Dibalik Perginya Senja

1314 Words
"Kalian terlalu mendalami peran tadi." Deliana yang sadari tadi membaca buku kini menatap malas nk kearah Titania. "Ya terus, kita harus gimana? Masa cuman tidur-tiduran diranjang. Bisa-bisa si Lerta curiga." Aloka segera menjawab perkataan Titania, dasar perempuan itu dia yang berbuat ulah malah ia dan Deliana yang harus susah payah membangun drama itu. "Itu si ketua anak Fakultas teknik kok kayak dendam banget ya! Baru di tolak sekali gayanya kebangetan." Deliana hanya bisa memutar bola matanya malas mendengar ocehan tak berfaedah Aloka, tetapi setelah difikirkan ulang sepertinya perkataannya memang benar. Laki-laki sok ganteng itu sepertinya Cinta mati dengan Titania tetapi sayangnya sahabat cueknya itu tidak perduli sama sekali dan alhasil ia selalu membuat masalah seperti ini. "Tan! Kamu engga punya perasaan 1% aja gitu sama si Leonard?" sebagai jawaban Titania menggeleng pelan. Untuk apa dia mempunyai perasaan dengan laki-laki yang suka tebar pesona seperti itu? Bisa diselingkuhin dia jika benar itu terjadi. "Lupakan soal si Leonard itu! Pembahasan kita sebelumnya belum selesai. Lo bahas apaan tadi sama kak Abani?" ia berdiri dan duduk di dekat Titania mencoba mengetahui secara detail mengenai hal ini, ia sudah penasaran setengah mati hubungan Sahabatnya itu dengan Abani itu apa? Sang empu yang ditanya malah memejamkan matanya bahkan tidak tertarik untuk menjawab pertanyaan Aloka, melihat hal itu Deliana tertawa ditempat karena menurutnya walaupun Aloka bertanya sampai ratusan kali titania takkan menjawab apapun. Lihat saja sekarang. "Dasar sahabat pelit." Gerutunya kemudian kembali ke arah ranjang. Sangat menyebalkan "Kayaknya leonard harus saya kasi peringatan! Supaya engga asal edit foto saya seperti itu. Lagian berita pembunuhan itukan 3 tahun lalu anak-anak kampus aja yang lupa." bukannya menjawab pertanyaan Aloka, Titania malah membahas mengenai sikap kurang ajar laki-laki tak tau diri itu. Seenaknya mengedit fotonya dan menjadikan dirinya viral dikampus dalam hitungan kurang dari sehari. leonard Falah, anak fakultas teknik yang seangkatan dengannya tetapi beda Fakultas saja. Pernah mengatakan perasaannya tetapi Titania tolak karena menurutnya Leonard itu suka bermain perempuan bahkan mantannya cukup terbilang banyak. Ia tampan bahkan diatas Abani tetapi tetap saja hatinya maunya Abani bukan Laki-laki gila seperti Leonard itu. Dan sejak kejadian itu ia semakin gencar membuat masalah dan menjadikan Titania sebagai kambing hitamnya. Dan salah satunya adalah kejadian yang sedang heboh di kampus saat ini. Really? Menjadikan Titania sebuah Tersangka dalam kasus yang sudah terjadi beberapa tahun lalu. "Jangan mulai deh Tan! Terakhir kamu balas perlakuan si Leonard itu. Ia malah melaporkan kamu sebagai pencemaran nama baik sehingga berakhir kamu di skors selama 3 hari. Udah biarin aja lagian Lerta udah percaya dengan drama abal-abal kamu itu, biarin aja adik tingkat yang bertindak nanti juga si Leonard kena batunya kok." Titania mendengus kesal mendengar penuturan Deliana, laki-laki buaya itu kapan kapoknya? "Ehhh girls, gue dapat DM dari Saka. Anjir." "Aloka, jaga cara bicara kamu!" Aloka segera membekap mulutnya tadi ia hanya senang saja jadi tanpa sadar berkata kasar sedang sahabat manisnya itu alias Deliana sangat tidak suka jika salah satu sahabatnya berkata kasar. "Maaf Del, saya cuman lagi seneng aja kok. Akhirnya engga sia-sia saya stalker akunnya bahkan love'in tiap fotonya. Dan dia DM saya dengan kata 'Hai Aloka, salam kenal.' aaaaa senengnya." perempuan yang gemar memakai kacamata sebagai pajangan itu berteriak senang ditempat bahkan tanpa sadar ia berdiri dan berlari memeluk satu persatu sahabatnya. "Dasar Ratu drama." sinis Titania "Lah situ juga lebih drama. Sampai ngaku punya Kembaran sama Lerta iuhhh." jawabnya cepat, Titania hanya mendelik kesal kemudian kembali memejamkan matanya di sofa. "Kamu ada rasa sama Kak Abani, Titania?" perempuan itu membuka pejaman matanya dan menemukan Deliana yang sudah duduk didekatnya bahkan pertanyaannya barusan sebuah bisikan. Matanya menatap kearah Aloka yang ada diranjang dan perempuan itu tersenyum sendiri menatap hp-nya berarti ia tidak mendengarkan perkataan Deliana. "Engga." "Engga? Kok jawaban kamu kayak ambigu gitu, ngaku aja sama aku engga papa kok! Kalau memang kamu engga mau kalau si Aloka tau dan.... " "Tau apaan?" Deliana menoleh dan menemukan Aloka yang sudah ada disamping sofa berdiri. Sejak kapan anak ini disini? Pikirnya. "Kamu engga balas dm-nya Kak Saka?" pertanyaan Deliana dijawab dengan gelengan lesu dari Aloka. "Dia Off." lanjutnya. "Kamu sesuka itu sama dia Al?" Deliana mencoba mengalihkan pembicaraan agar perempuan itu tidak mengingat pembahasannya dengan Titania tadi. "Engga tau, tapi saya kagum banget sama dia." ucapnya sambari menatap foto saka yang ada di i********:-nya. TOK TOK TOK. Ketiganya saling memandang kemudian lagi dan lagi Deliana yang berdiri karena mana mungkin keduanya yang berdiri mana mau mereka. Tidak tertarik apalagi penasaran. "Siapa Del?" tanya Aloka saat melihat Deliana kembali dari luar. "Ohh adik tingkat yang datang, ngembaliin n****+ yang udah dia pinjem kemarin." Aloka hanya ber-ohh saja sedang Titania berdiri mengambil tas kecilnya yang ada di meja. "Mau pulang Tan?" sebagai jawaban Titania hanya mengangguk pelan kemudian berjalan keluar. **** Menjadi kita terkadang harus menyerah Karena ini mengenai sebuah rasa Yang kadang tak direstui takdir Mungkin jua bukanlah setakdir. Senja kadang egois tak ingin mengalah Angkuh bahkan gencar memisahkan Mentari pergi tanpa pamit Sedang warnanya masih melekat tanpa berlalu Cinta penuh akan damba sang pengagum Kini mundur teratur tanpa bertemu Kita mungkin hanyalah khayalan Terkadang ada kadang jua menghilang Harusnya berhenti karena terhenti Bimbing rasa membeku tanpa cair lagi Denting waktu adalah pengingat sua Adalah akhirnya kita tetap ada disini ***** Titania menatap gamang hamparan senja didepan sana, harusnya sekarang ia sudah berbaring dikamar mengistirahatkan segala kepenatan hari ini tetapi tadi tanpa sengaja matanya menemukan warna senja yang tidak seperti biasanya. Sangat sempurna dan langka Harusnya perempuan tidak perduli sepertinya tetap buta arah dan tidak menyimpan perasaan untuk orang lain, tetapi apakah seseorang bisa melarang perasaannya untuk tidak mencintai orang lain? Dan lihat sekarang bahkan wajah kecewa Abani masih terus menerus terputar dan rasa bersalah itu melekat begitu besar didalam sana. "Kak Abani tunggu...." Titania menoleh menemukan seseorang yang sepertinya sedang berjalan kemari dan bukan hanya satu orang tetapi dua orang. Titania segera berjalan kearah bebatuan besar dan bersembunyi didalam sana. "Aku suka sama kakak, dan aku udah berulang kali bilang. Apa kakak tidak bisa menerima perasaanku?" Titania mematung ditempat mendengar perempuan itu, ia sedikit mengintip kedepan sana. Disana Abani sedang membelakangi seorang perempuan dan lebih lagi perempuan itu adalah Lerta? "Dan aku sudah menjawabnya berkali-kali Lerta,aku tidak ada rasa untuk kamu mohon pahami itu." Abani menjawabnya tanpa membalikkan badannya. "Apa rumor itu benar?" Titania mengerutkan Keningnya ditempat. Apa ada berita yang ia lewatkan mengenai Abani? Bukankah Aloka selalu menceritakan gosip tentang laki-laki itu. "Rumor apa?" pertanyaan Abani pada Lerta sudah mewakali pemikiran Titania saat ini "Rumor jika kakak mempunyai pacar backstreet,Dan kalian komunikasi melalui kertas apakah itu benar?" dan ya! Sekarang Titania ingat. Aloka pernah bercerita tentang hal itu tapi bukankah penulisnya adalah dirinya? Itu berarti ia digosipkan punya hubungan diam-diam dengan Abani. Seperti itu? "Menurutmu ini masih jaman dulu yang harus menggunakan surat-surat seperti itu? Bukankah kamu mengatakan itu adalah rumor? Bisa saja kan itu hanya akal-akalan akun-akun gosip kampus yang ingin agar artikel yang mereka buat dibaca oleh banyak orang. Sudah aku pamit pulang sudah sore juga, assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." Titania menatap siluet tubuh Abani yang menjauh sedang Lerta masih mematung ditempatnya. Tetapi beberapa detik kemudian perempuan yang sempat dibohonginya tadi itu kini berlalu tanpa sadar jika dibalik batu besar ini ada Titania yang bersembunyi mendengarkan pembicaraan mereka. Jadi selama ini Lerta juga menyukai Abani? Sebenarnya berapa banyak perempuan yang menyukai laki-laki itu? Dan bagaimana respon mereka jika tau laki-laki yang mereka sukai baru saja Titania Kecewakan beberapa jam lalu? Apakah mereka juga akan berada di pihak Leonard yang berusaha terus menerus menjatuhkannya dengan berbagai cara? Lalu apakah Titania harus merasa beruntung karena perempuan yang disukai Abani adalah dirinya? Perempuan yang ditunggu-tunggu Abani adalah dirinya? Lalu apa kabar dengan hati perempuan yang sudah Abani abaikan demi perempuan beku sepertinya? Apa yang sebenarnya Titania inginkan? Haruskah Titania bersyukur atas hal ini? "...Semesta, kadang aku merasa bangga karena rasaku benar terbalas tetapi sesekali jua aku merasa menyesal karena harus mematahkan banyak perasaan wanita lain demi egoisnya rasaku..."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD