bc

Love Me, Single Daddy!

book_age16+
1.3K
FOLLOW
9.0K
READ
billionaire
family
goodgirl
CEO
sweet
bxg
genius
city
office/work place
virgin
like
intro-logo
Blurb

Bunda, begitu Akira Lintang Kanagara memanggil seorang Nayanika Candramawa. Hal itu menggetarkan bagi Naya. Lalu bagaimana jika Naya membayangkan Lintang Kanagara, Papa kebanggaan Akira memanggilnya dengan panggilan yang sama? Bunda Nay, misalnya.

Naya ingin mencobanya hingga nekat mendekati Lintang melalui Akira. Dia hampir saja berhasil andai sesuatu yang buruk tidak menimpa Akira hingga kesalah pahaman yang panjang menimpa mereka.

Bagaimana kisah Naya dan Lintang selanjutnya? Apakah kesalah pahaman di antara mereka dapat diluruskan? Dan apa sebenarnya yang terjadi pada Akira?

chap-preview
Free preview
LOVE ME, SINGLE DADDY! -- 1
*** Kedua mata Naya menatap tidak percaya pada apa yang dirinya lihat. Beberapa menit yang lalu, ia sampai di sekolahan tempatnya bekerja. Naya buru-buru meskipun fajar baru saja menyingsingkan cahayanya. Sengaja Naya datang kepagian kali ini karena ingin memastikan sesuatu yang membuatnya penasaran selama beberapa hari terakhir. Siapa sangka apa yang dirinya pikirkan menjadi kenyataan. Naya menemukan praduganya menjadi nyata. Seorang guru yang memiliki pendidikan tinggi di sekolah tempatnya bekerja benar-benar telah melakukan sesuatu yang tidak seharusnya. Sungguh di luar moral dan image seorang tenaga pengajar. Bagaimana mungkin seorang guru melecehkan siswinya sendiri? Selama ini, Naya pikir kejadian seperti itu hanya akan dia lihat di tv saja, tetapi kali ini kedua matanya sendiri yang menyaksikannya. Naya tidak terima, ia berjanji akan mengadukan apa yang telah matanya lihat. Naya harus menyelamatkan siswi yang menjadi korban pelampiasan nafsu setan guru tersebut. Dengan cepat Naya menyiram air yang ada di dalam embernya kepada guru yang ia ketahui pasti bernama Pak Yuda. Pekikan terkejut memenuhi ruang sempit tempat si guru m***m melecehkan muridnya. Naya berkacak pinggang. “Ternyata Bapak sama seperti binatang!” ujarnya tak suka. Ia menantang setiap tatapan tajam yang diberikan Pak Yuda kepadanya itu. “Saya akan melaporkan apa yang terjadi hari ini kepada Kepala Sekolah!” Naya bukan hanya mengancam, tetapi dia benar-benar akan melakukan itu. Namun, tidak dirinya lihat adanya ketakutan di mata pendidik tersebut. Justru hanya ada tatapan remeh yang memenuhi wajahnya. “Kamu dengar itu murid? Tukang bersih-bersih ini mau mengadukan saya. Kamu setuju?” Naya tampak merasa heran setelah mendengar pertanyaan itu. Ia menatap siswi yang menjadi korban pelecehan tersebut. Siswi itu terlihat ketakutan dan menggelengkan kepalanya. Naya pun menghampirinya. “Kamu nggak apa-apa?” tanyanya. Siswi yang baru saja Naya ketahui bernama Melati berkat name tag yang melekat pada seragamnya itu menggelengkan kepalanya berkali-kali. “Jangan! Jangan sampai Kepsek tahu soal kejadian ini,” mohonya sambil menangis ketakutan. Hal itu membuat Naya terheran-heran. Ia tidak tahu apa yang telah tenaga pendidik di depannya ini lakukan hingga membuat seorang murid ketakutan seperti ini. Naya yakin sesuatu telah terjadi tanpa diketahui oleh siapapun. “Kamu nggak usah takut, Mbak akan belain kamu Melati. Kita harus memberitahu kepala sekolah tentang ini,” Melati masih saja menggelengkan kepalanya. Hanya satu yang dia pikirkan jika sampai masalah ini bocor, semua orang akan tahu apa yang telah terjadi padanya. Guru di depannya ini juga tidak akan segan untuk menyakitinya. Melati takut semua orang akan membencinya karena telah dilecehkan. Melati takut dijauhi. “Kamu …” “Sudah-sudah! Lebih baik kau jaga saja pekerjaanmu, Naya! Jangan ikut campur urusan orang lain atau kalau tidak, kamu akan terima akibatnya!” Naya tahu ucapan itu bersifat mengancam. Namun, Naya tidak takut. Dirinya akan tetap melaporkan apa yang telah matanya lihat hari ini. “Dengar Pak! Saya akan tetap mengadukan kejadian ini kepada Kepala Sekolah. Bapak akan segera menerima hukuman yang setimpal atas apa yang Bapak lakukan!” balas Naya tanpa takut sama sekali. Hidup yang keras membuat gadis berkulit putih itu tidak mempan akan ancaman lelaki m***m di depannya ini. Tanpa mengatakan apa-apa, Pak Yuda meninggalkan Naya dan siswi yang baru saja mendapatkan perlakukan tidak wajar darinya itu. Naya mengalihkan perhatiannya sepenuhnya kepada Melati. Remaja itu terduduk lemas seolah merasa lega karena terbebas dari hukumannya. “Kamu nggak apa-apa?” tanya Naya yang ikut mendudukan dirinya. Melati menggeleng pelan. Air matanya jatuh membasahi pipi. “Mbak nggak usah ikut campur. Pak Yuda pasti nggak akan biarin hidup Mbak tenang kalau sampai ikut campur,” ucapnya. Matanya menatap Naya dengan tatapan gelisah. Jangan sampai kejadian yang menimpanya ini juga dialami oleh Naya. Dulu, Melati juga bermaksud membantu seorang siswi yang ia lihat dilecehkan oleh gurunya, tetapi lihat apa yang terjadi? Melati menggantikan posisi siswi itu setelah mendapat ancaman yang mengerikan. Bagi remaja sepertinya, nilai adalah yang paling penting. Pak Yuda menggunakan nilai untuk mengancamnnya. Dengan sangat terpaksa Melati menuruti apapun keinginan gurunya itu. “Nggak Melati, kamu tenang aja. Dia nggak akan berani lakuin apapun. Saya akan tetap aduin masalah ini pada Kepala Sekolah. Saya nggak mungkin diam saja setelah melihat sendiri apa yang selama ini saya curigai,” Melati menoleh cepat. “Jadi Mbak sudah lama tahu akan kelakuan Pak Yuda?” tanyanya. Naya mengangguk singkat. Namun, selama ini dirinya tidak memiliki bukti. Sekarang, ketika matanya sendiri yang menyaksikan perbuatan keji itu, Naya merasa tidak ada alasan baginya untuk tetap diam. Naya akan bertindak atas nama wanita. “Tapi ini berbahaya,” “Asal kamu siap menunjukan bahwa kamu adalah korban. Mbak akan menjadi saksinya,” ucap Naya. Melati terlihat ragu. Ia tidak ingin melibatkan Naya. Namun, jika dia membuang kesempatan ini untuk mengusir Pak Yuda, maka selamanya dirinya akan menderita. Tidak peduli bagaimana pandangan teman-temannya setelah ini, Melati akhirnya setuju. Setidaknya dengan perginya Pak Yuda dari sekolahnya, maka kemungkinan tidak aka nada lagi korban sepertinya. Naya pun mengucap syukur atas persetujuan yang Melati berikan. “Naya kenapa kamu masih di sini? Semua tukang bersih-bersih disuruh ke kantor sekarang juga!” teriak salah seorang yang memiliki pekerjaan yang sama dengan Naya. “Ada apa?” tanya Naya. “Ada pencuri. Ayo kita ke sana bersama-sama!” Naya mengangguk singkat. Sebelum pergi, ia berpesan kepada Melati untuk menenangkan diri. Hari ini juga Naya akan mengadukan apa yang ia lihat kepada Kepala Sekolah. Sungguh kebetulan mereka dipanggil ke kantor sekarang juga. Naya pikir dirinya bisa menggunakan kesempatan ini untuk sekaligus mengatakan apa yang tadi ia lihat. “Ayo cepat!” ujar Naya tak sabar. Namun, ketika sampai di kantor Naya menjadi bungkam. Pak Yuda terlihat menatap dengan pandangan meremehkan ke arahnya. Terlebih ketika semua mata juga tertuju hanya pada dirinya seorang, Naya merasa sesuatu yang buruk akan segera terjadi.   “Nayanika, saya mempekerjakan kamu di sini karena saya menghormati pemiliki Sekolah ini. Beliau sendiri yang meminta saya untuk menerima kamu bekerja di sini,” ucap Kepala Sekolah setelah beberapa detik yang lalu Naya bergabung dalam rapat dadakan itu. Naya mengerutkan dahinya, ia bekerja di sekolah elit ini memang berkat bantuan pemilik sekolah. Naya diterima lantaran pemilik sekolah ini adalah majikan ibunya semasa hidup. Setelah meninggal, Naya mendapat pesan untuk bekerja di tempat ini. Kebaikan almarhumah ibunya kepada majikannya selama menjadi asisten rumah tangga menjadi berkat untuk Naya karena majikan ibunya sekaligus pemiliki sekolah ini memberinya kesempatan bekerja di sini demi menghormati almarhumah ibunya. Naya merasa beruntung karena gaji yang ditawarkan di luar logikanya. Meskipun sebagai seorang OG, tetapi Naya sangat amat bersyukur. Lalu kenapa Kepala Sekolah membahas itu sekarang? Dan kenapa semua mata menatap tak percaya kepadanya? Ada yang lebih membuatnya bertanya-tanya yaitu kenapa tas buluknya bisa berada di tangan Kepala Sekolah? “Ada apa ini, Pak?” tanya Naya penasaran. Kepala Sekolah menghela napasnya dengan berat. Ia memberikan tatapan tak yakin kepada Naya, tetapi bukti bahwa Naya seorang pencuri sudah sampai ke tangannya. “Ini …” Kepala Sekolah mengangkat tas Naya. “Di dalam sini ada dompet Pak Yuda, Naya,” lanjutnya. Pupil mata Naya membesar. “Maksud Bapak?” tanyanya. “Justru saya dan rekan-rekan semua yang harusnya bertanya kenapa dompet Pak Yuda bisa ada di dalam tas kamu, Naya?” Naya menggeleng keras. “Saya nggak tahu, Pak,” balasnya. Ketika ia menolehkan kepalanya pada Pak Yuda, Naya tahu bahwa lelaki itu sudah menjebaknya. Naya memejamkan matanya dengan erat. Yuda sudah bergerak lebih dulu untuk mengusirnya dari tempat ini. “Kamu mencuri dompetnya, Nay?” celetukan itu berasal dari teman seprofesi Naya. Gelengan kembali terlihat. Naya tidak mencurinya! Satu kalipun ia tidak pernah berpikir akan melakukan hal sebusuk itu. “Saya difitnah!” ujarnya tegas. “Kamu difitnah? Jelas-jelas dompet saya ada di dalam sana!” bantah Pak Yuda, lelaki yang kira-kira sudah berumur Lima Puluh tahun itu. “Anda yang fitnah saya karena …” “Pak Kepsek! Bapak dengar sendiri apa katanya? Saya memfitanh dia? Untuk apa saya melakukan hal yang tidak bermoral itu, Pak!” potong Pak Yuda dengan cepat. Naya mengatupkan mulutnya. Ia menatap tajam ke arah seorang guru yang sedang memutar balikan fakta itu. Sungguh penuh drama. Naya ingin sekali berteriak bahwa guru yang selalu tampak terhormat di depan banyak orang itu adalah penipu. “Pak Yuda benar. Untuk apa dia fitnah kamu, Nay?” “Itu karena …” Sekali lagi penjelasan Naya dipotong secepat kilat oleh Pak Yuda. “Pak Kepsek, saya hanya ingin meminta keadilan,” katanya. “Setidanya jangan biarkan pencuri ini tetap berada di sekeliling saya. Cukup pecat dia dan saya tidak akan menyeretnya ke depan polisi,” Naya paham sebentar lagi dirinya akan kehilangan pekerjaan setelah melihat Kepala Sekolah menganggukan kepalanya setuju. Naya pikir dia tidak akan memiliki kesempatan lain untuk membicarakan apa yang telah ia lihat beberapa saat yang lalu setelah dirinya keluar dari tempat ini. Oleh karena itu, Naya nekat mengumumkan orang seperti apa sebenarnya Pak Yuda ini. “Saya difitnah karena saya memergoki Pak Yuda sedang melecehkan seorang siswi bernama Melati!” teriaknya. Keterkejutan menghampiri Yuda begitu mendengar keberanian yang Naya tunjukan. Yuda pikir Naya akan jera bila ia mengusirnya dari tempat ini. Semua orang menatap penasaran kepada Naya. Mereka yang hadir juga menatap penuh tanda tanya kepada Pak Yuda. “Apa maksudmu, Naya?” Kepala Sekolah adalah orang yang paling memiliki hak untuk bertanya kepada Naya. “Pak, saya difitnah. Usir perempuan ini, Pak! Dia benar-benar telah menyebarkan kebohongan tentang seorang guru terhormat seperti saya ini,” ucap Yuda yang mulai khawatir. “Naya kenapa kamu bicara seperti itu? Jangan sembarangan memfitnah Pak Yuda!” Kepala Sekolah memberi Naya peringatan. Namun, Naya tidak gentar sama sekali. Dengan berani gadis itu menunjuk Pak Yuda. “Saya akan membuktikan ucapan saya, Pak,” ucapnya tanpa keraguan. “Usir dia Pak!” pinta Pak Yuda kepada Kepala Sekolah. “Pencuri ini telah memfitnah saya! Sungguh tidak tahu malu kamu!” telapak tagan lelaki yang sudah tidak muda lagi itu hampir saja melayang ke wajah Naya. Beruntung, seseorang membuka pintu dengan cepat. “Melati?” Semua mata tertuju pada remaja itu. Senyum di wajah Naya pun mekar begitu matanya bersitatap dengan Melati. Namun, secepat perasaan lega itu datang, secepat itu pula ia hilang. Melati tiba-tiba saja merubah pikirannya. Melati mengatakan bahwa apa yang Naya katakan tidak lah benar. Pak Yuda sangat sopan. Begitu kata Melati. Akhirnya Naya diusir. Dia dipecat dari pekerjaannya. Guru m***m yang memanfaatkan kerapuhan muridnya itu pun bersorak senang. Ia pikir semua akan kemali normal seperti sebelumnya. Pengganggu seperti Naya sudah dia usir untuk selamanya. Namun, Yuda salah besar. Seorang Nayanika Candramawa bukan gadis yang mudah menyerah. Hidupnya penuh tekat. Ia berjuang untuk membersihkan namanya hingga beberapa hari kemudian kembali lagi ke sekolahan. Naya membawa beberapa bukti yang bisa menjerat Yuda dengan pasal berlapis. Naya memang hanya seorang gadis lulusan SMA, tetapi ia cerdas dan optimis. Hidupnya selalu penuh tantangan, tetapi ia bisa menghadapinya. Fitnah seorang guru senior yang tidak memiliki otak bukan sesuatu yang bisa menakuti Naya. Terlebih ketika dirinya berhasil meyakinkan Melati dan beberapa siswi yang pernah mendapat perlakuan kurang pantas oleh Pak Yuda. Naya merasa Pak Yuda akan segera diseret ke dalam penjara. Rapat dadakan kembali diadakan ketika Naya membawa bukti nyata ucapannya kepada Kepsek. Kali ini, Pak Yuda tidak bisa mengelak lagi. Bukti yang Naya miliki teramat kongkrit. Bukan hanya fitnah belaka. Beberapa lembar foto seorang murid yang tidak lain adalah Melati sudah berada di tangan Kepala Sekolah. Dari apa yang Naya lihat, Pak Kepsek tampak sangat marah atas apa yang Pak Yuda lakukan. Naya lega. Meskipun dirinya tidak bisa bekerja di tempat ini lagi, tetapi ia merasa bangga karena telah menghentikan perbuatan tidak senonoh itu. Pak Yuda akan segera diberhentikan. Kemungkina terburuknya adalah dia akan mendekam di dalam sel tahanan. “Apa yang bisa kau jelaskan pada lembaran foto ini, Pak Yuda?” Kepala Sekolah memulai ucapannya. Ia melempar beberapa lembar foto itu kepada guru senior yang akrab dipanggil Pak Yuda itu. “Apa ini Pak?” tanya Pak Yuda pura-pura. Ia mengalihkan tatapan tajamnya kepada Naya. “Ini semua gara-gara kamu! Fitnah yang kamu buat benar-benar keji,” bentaknya penuh drama. Naya ingin muntah dibuatnya. Seorang guru tidak pantas bersikap seperti itu bagi Naya. Guru seharusnya memberikan contoh yang baik, bukan merusak yang baik. “Diam!” bentak Kepsek. “Anda benar-benar tidak punya moral, Pak Yudo!” “Tapi itu bukan saya, Pak. Saya di fitnah oleh perempuan tidak tahu diri ini,” lirih Pak Yudo mengiba. Naya semakin muak melihatnya. Kepsek tidak membalas ucapan Pak Yuda lagi sehingga guru senior itu memilih mengalihkan perhatiannya pada Naya. Pak Yuda mendekati Naya dan hampir saja menamparnya andai pintu tidak kembali terbuka seperti beberapa hari yang lalu. Kali ini bukan hanya Melati yang masuk, tetapi beberapa siswi yang pernah Yuda lecehkan. Tanpa dapat dicegah olehnya, Melati dan yang lainnya pun membeberkan segala kelakuannya. Melati mengatakan bahwa Pak Yuda telah melecehkannya sejak beberapa minggu yang lalu. Melati meminta keadilan agar Pak Yuda mendapatkan hukuman yang pantas dia terima. Begitu juga dengan beberapa siswi lainnya. Kepsek menyerahkan urusan itu pada orang tua murid. Tugasnya adalah memecat Pak Yuda dari pekerjaannya dan mengawal kasus ini hingga selesai. . . To be continued. 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
97.2K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.0K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.9K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.3K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook