Chapter 38 : Lembah Grouser

1708 Words
Dengan persiapan minim. Neville, Aalina, dan Gavin pergi ke Lembah Grouser bersama beberapa pasukan Izia. Aalina tidak membawa tentara banyak-banyak. Cukup 5 orang saja karena ini bukanlah misi p*********n melainkan misi investigasi.  Lembah Grouser sendiri adalah lembah yang berada di timur gunung Grouser, untuk melewati kesana perlu berjalan memutar Dari balik kaki bukit melewati pepohonan. Sebenarnya bisa saja tembus lewat goa yang berada tepat di bawahnya namun gua itu belum sepenuhnya dieksplor karena kerumitan rutenya. Akan sangat mudah bagi orang tersesat bila melewati jalan bawah tanah itu.  “Nona, beberapa warga berkata kalau mereka melihat gerombolan rusa tanduk besi sudah berkeliaran di sekitar sini. Kita perlu berjalan secepat mungkin” Kata seorang prajurit mendekat berkata kepada Aalina memandu di depan Hutan Izia memang terkenal dengan keragaman flora dan faunanya. Tak heran, banyak spesies-spesies aneh hanya ada di hutan ini. Salah satunya adalah itu, Rusa tanduk besi. Meskipun mereka masih tetaplah herbivora, kawanan mereka sering sekali menyerang manusia yang melewati atau dianggap mengancam mereka. Julukan tanduk besi sebenarnya bukanlah benar-benar besi, namun tulang yang menjulang di kepalanya benar-benar keras, berkilau, dan cenderung tajam. Kaum Izia seringkali membuat tanduk hewan itu sebagai komoditas untuk diburu, namun karena mereka yang selalu bergerak bergerombol dan kulitnya yang lebih keras dari gajah membuat mereka sulit untuk diburu. “Apakah kau tidak lihat kita berjalan bersama mereka? Jika kau bersedia menggendongnya cepat lakukan!” Jawab Aalina dengan tegas. Prajurit itu hanya bergidik mundur kembali ke barisannya Saat berada di hutan, Orang Izia cenderung lebih memilih menggunakan ranting-ranting pohon sebagai platform bagi mereka melakukan mobilitas. Tidak hanya cepat, namun melakukan hal ini perlu ketekunan dan keahlian khusus, bukan sembarangan. Mereka seringkali menyebut kegiatan itu dengan swinging. Bagi orang Yagonia seperti Neville dan Gavin, sangat mustahil mengimbangi orang Izia asli dalam melakukan itu. Dalam perjalanannya. Gavin melihat sekitar hutan Izia. Nampak asri dan segar. Seumur hidupnya, baru pertama kali ini dia menjajaki hutan yang disebut-sebut sebagai tempat yang sakral. Di atas daun hijau terdengar suara burung-burung hutan saling bersahutan menyejukkan telinga. Gavin tidak tahu burung apa saja yang ia dengar, dia tidak pernah mendengar itu sebelumnya. Dan juga, akan membutuhkan waktu bertahun-tahun lamanya menghafalkan semua fauna di tempat itu. Bahkan Gavin yakin, pasti orang Izia tidak mengenal semua fauna disana.  “Nona Aalina bolehkah aku bertanya tentang siapa Tetua Drehalna sebenarnya? Aku rasa dia adalah orang yang sangat penting dan sangat dihormati bagi kaum Izia, bukan begitu?” Neville yang berada tepat di belakang Aalina bertanya kepadanya. Menurutnya, ini merupakan saat yang paling tepat untuk mencari tahu tentang apa yang terjadi dengan Izia Aalina menoleh ke arah Neville, mengembalikan busur panahnya ke punggungnya setelah sebelumnya ia bawa. “Ya tentu saja. Dia adalah Tetua kami. Atau bisa dibilang pemimpin kami. Dia sudah mengarahkan kita sejak lama sekali, entah berapa lama. Bahkan saat ayahku, penasihat sebelumku masih kecil, dia sudah menjadi Tetua. Namun tampangnya masih tetap seperti itu. Tidak ada perubahan penampilan yang berarti.” Kata Aalina terlihat antusias membicarakan tentang Tetuanya “Bukankah kau adalah Penasihat Yagonia? Mengapa kau tidak tahu dengan tokoh penting di pihak kami?” Tanya Aalina keheranan. Bagi seorang tokoh yang ikut andil dalam memimpin jalannya pemerintahan tentu sangat aneh mendengar itu dai Neville. “Apakah kau lupa? Izia adalah kaum orang-orang yang sangat tertutup bagi dunia luar. Termasuk kami. Bahkan saat aku sempat mengurus stok tambang gemstone disini aku tidak melihat satupun orang Izia yang mengantarkan langsung ke kami. Entah dengan sihir dan alat apa, tiba-tiba gemstone yang kami minta sudah ada di lumbung kami. Bagi kami orang Yagonia. Mengetahui kalian merupakan misteri yang sangat sulit untuk diketahui.” Ucap Neville menjelaskan Aalina hanya mengangguk. Memang masuk akal, tugas untuk mengirimkan gemstone kebanyakan dilakukan oleh penjaga yang memiliki kecepatan dan fisik yang luar biasa. Tak heran bila orang Yagonia tak menyadari keberadaan mereka saat mengirim gemstone. “Baiklah. Aku akan bercerita tentang Tetua Drehalna” “Di Izia, dia ibaratkan sebuah idola atau seorang messiah. Selama puluhan atau ratusan tahun dia menjadi pemimpin kami, kami selalu merasa kalau saat berada di kepemimpinannya, kami diarahkan oleh orang yang tepat. Tidak pernah terjadi konflik atau apapun. Damai dan rukun. Hingga akhir-akhir ini” Aalina diam. “Aku tidak tahu ini saat yang tepat atau tidak. Namun beberapa bulan yang lalu. Beberapa orang Izi—emmm… Maksudku saudaraku. Menemukan Armanites di Gua Falkreth” Aalina berbicara dengan tergagap-gagap dan sedikit gugup. Namun Neville paham akan hal itu. Mungkin yang akan ia katakan adalah hal yang sangat penting baginya namun dia tetap harus mengatakannya.  Dalam hati, Neville kaget mendengar apa yang diucapkan Aalina barusan. Armanites adalah salah satu logam mulia yang sangat kuat. Bahkan tingkat kelangkaannya lebih tinggi daripada gemstone. Jika memang yang dikatakan Aalina benar. Mungkin bila semua masalah sudah selesai, Gua Falkreth bisa menjadi potensi tambang yang sangat besar bila terus digali dan di eksplor. Neville sama sekali tak mencoba memotong ucapan Aalina, tak mau merusak suasana “Sebelumnya aku ingin bercerita tentang Sauda—Kakakku, Larion. Bisa dibilang dia adalah orang yang cerdas. Dia merupakan orang yang sering sekali mengulik tentang pengetahuan alam dan sekitarnya. Saking seringnya ia pernah ingin mengubahku menjadi Babi bersayap. Bodoh bukan?” Aalina berucap dengan nada tersenyum sambil menoleh ke arah Neville. “Dia berbeda dengan orang Izia kebanyakan yang cenderung hidup sederhana di bawah pohon dan berburu rusa tanduk lunak. Benar-benar berbeda. Bisa dibilang dia akan melakukan segala sesuatu untuk mencari tentang kebenaran. Aku kagum dengan sisi yang dia punya itu. Namun semua berubah ketika dia menemukan Armanites di dalam gua” Aalina menunduk kembali merenung. Neville merasa mungkin ini bagian sedih dimulai. “Awalnya seperti biasa, di pagi hari dia selalu pergi ke gua untuk mencari sesuatu bersama teman-temannya. Dia selalu pulang sore membawa binatang hasil buruan untuk digunakan sebagai makan bersama aku dan ayahku. Namun makin lama, dia pulang makin larut, dia tidak pernah membawa binatang buruan. Raut mukanya juga berubah menjadi selalu cemberut dan datar. Aku sudah mengkhawatirkannya sejak saat itu. Tetapi pada akhirnya. Di suatu hari, dia tak pernah pulang lagi. Tiga hari berlalu ayahku membiarkan perlakuan kakakku. Namun saat tujuh hari berlalu, ayahku sudah mulai tampak khawatir. Ia menyuruh beberapa orang untuk mencarinya dalam gua. Namun entah mengapa orang-orang itu tak pernah kembali. Lalu akhirnya ayahku meyakinkan dirinya sendiri untuk pergi ke sana dengan beberapa pasukan. Termasuk aku. Saat aku sudah ada disana, aku tidak percaya dengan apa yang kulihat” Ucapan Aalina mulai lirih dan pelan-pelan sambil menarik nafas dalam-dalam. Para prajurit yang berjalan bersama mereka mulai menunduk. Neville menganggap hal yang tidak diduga akan terjadi. “Di dalam Gua, ia bak seperti memiliki kerajaannya sendiri. Di setiap sudut ruangan memiliki Armanites yang bertumpuk dan teman-temannya memiliki kekuatan khusus yang merupakan hasil eksperimen miliknya. Dengan brutal, mereka mulai menyerang pasukan kami. Tak hanya berhenti di situ saja. Dia sudah mempunyai prajurit buatan yang entah bagaimana dia melakukannya. Aku juga berasumsi itu merupakan hasil eksperimennya menggunakan Armanites. Kami kewalahan menghadapi Larion dan pasukannya. Akhirnya, ayahku memutuskan untuk mengorbankan dirinya sendiri dan meledakkan gua itu bersama dengan reruntuhan” ujar lirih Aalina. Para Prajurit yang mendengar itu langsung saja melepas topi mereka ke d**a mereka hormat. Mungkin bagi mereka sosok ayah Aalina merupakan pemimpin yang heroik “Aku yang ada disana menyaksikan bagaimana semuanya terjadi. Tetapi Larion berhasil selamat dari insiden itu. Karena kemampuannya melemah, aku berhasil menangkap dan mengurungnya saat ini. Jauh di hutan bagian utara dengan pengamanan yang ketat. Dia tak akan bisa menggunakan kekuatan yang telah kami segel. Jadi semuanya menjadi aman. Lalu pada akhirnya, setelah itu beberapa hari berlalu. Karena kekosongan posisi. Aku terpaksa dan mau tidak mau menjadi penasihat yang selanjutnya menggantikan ayahku. Namun aku tidak menerima posisi ini karena terpaksa, aku dengan sukarela mau menerima posisi demi memperbaiki namaku dan ayahku. Aku masih tidak habis pikir. Larion yang dulu aku kenal sangatlah berbeda dengan yang sekarang” Ujar Aalina menahan haru.  Mendengar cerita Aalina barusan, entah kenapa Gavin bisa paham dengan apa yang dirasakannya. Menjadi pemimpin dalam waktu singkat dan tiba-tiba memang tidak mudah. Apalagi itu berhubungan dengan orang yang kita sayangi.  “Satu lagi. Maaf apakah aku berbicara terlalu banyak?” ucap Aalina sepertinya merasa menjadi dominan disini. “Tidak apa-apa lanjutkan saja Nona.” Jawab Neville. “Tentang p*********n yang ada di pos Yagonia kalian. Itu bukanlah berasal dari pihak kami. Melainkan dari rekan Larion yang tersisa. Mereka berusaha menyabotase hubungan kita dan merusak Izia dari dalam. Namun kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga hubungan kita menjadi baik-baik saja. Maksud kami mengirim perkamen perjanjian jaman dahulu adalah sebagai permintaan maaf dari kami. Kami berharap kalian bisa memahami kondisi kami.” Neville merasa tak nyaman melihat Aalina seperti ini. Dia menyuruh Aalina untuk sesegera mungkin melupakannya. Dua kaum ini sedang mempunyai kerumitan dan permasalahannya masing-masing. Neville menyarankan untuk menyelesaikan masalah yang ada di hadapan mereka terlebih dahulu Aalina menghela nafasnya. Dia lega akhirnya datu permasalahan sudah diselesaikan. Namun belum benar-benar lega. Ada masalah lain yang harus dihadapi saat ini.  “Hey Aalina” sahut Gavin dair belakang. Aalina hanya menengok ke arah Gavin berusaha mengindahkannya. “Apakah tembakan panahmu tadi benar-benar kau arahkan ke kami. Itu terlihat sangat menakutkan loh. Aku bisa saja mati dalam sekejap bila terkena panah itu” Aalina memutar matanya. Ia malu pernah melakukan itu pada orang yang menjadi Raja Yagonia saat ini “Itu terlihat benar-benar keren. Apakah kau bisa mengajariku saat ini semua sudah selesai? Aku ingin berburu Gajah tutul dan Ular cabang dengan menggunakan busurmu” Aalina tertawa mendengar perkataan Gavin yang imut dan lugu.  “Maaf yang mulia, tapi aku rasa binatang yang kau sebutkan itu tidak ada disini. Tidak semua hewan yang ada di Hutan Izia adalah hewan hybrid. Tapi mungkin aku bisa mengajarimu berburu tikus jamur” Ucap Aalina. “Tunggu bukankah itu nama hewan hybrid juga. Apakah kau berbohong kepadaku?” Tanya Gavin curiga. “Tentu” Aalina dan beberapa prajurit yang lain di belakang tertawa. Mereka madih tak percaya bocah itu merupakan raja Yagonia. Begitu lugu dan mudah dibecandai “Anda sebaiknya tidak perlu terlalu mendengarkan perkataan Yang Mulia Nona” Gavin cwmberut. Ia sebal mendengar orang-orang di sekitarnya masih menjahilinya.  “Tolong jangan panggil aku Nona, Neville. Kedudukanmu dan kedudukanku sepertinya setara. Sebaiknya kau langsung saja memanggil namaku” ucap Aalina ingin mengakrabkan diri dengan Neville. “Baiklah, Aalina”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD