Chapter 37 : Tugas Darurat

1628 Words
“Apa maksudmu Tetua? Itu jelas-jelas merupakan Cahaya Dewi Matahari! Sinarnya sangat berkilau persis seperti yang kau ceritakan. Apakah kau menyangkal adanya keajaiban Dewi Matahari?” Hardik salah satu pria tua. Dewi Matahari benar-benar sosok yang sangat penting bagi hidup mereka. Meskipun hanya bisa mengetahui Dewi Matahari dalam bentuk legenda turun temurun. Banyak warga Izia yang mengaku pernah bertemu dengan Dewi Matahari dalam mimpi mereka. Namun Tetua Drehalna tidak menghiraukan perkataan pria itu. Dia lanjut saja berjalan menghampiri Gavin dan Neville yang masih terpojok dikelilingi prajurit Izia memutari mereka.  “Selamat datang di desa kami Yang Mulia. Maaf atas segala kegaduhan yang kami lakukan” Ucap Tetua Drehalna sambil memegang pundak Gavin. Melihat itu, Neville berhati-hati ia memegang lengan Tetua Drehalna mencegahnya berbuat sesuatu lebih jauh. “Tenang saja. Aku tidak mungkin melakukan hal yang macam-macam kepada Raja Yagonia” “Tetua Drehalna. Apakah mereka benar-benar perwakilan dari Yagonia?” Tanya Aalina kepada Tetua tak yakin. Dia pun menyuruh para prajuritnya untuk menurunkan s*****a mereka. Tertuju kepada Gavin dan Neville. Seakan-akan tak ingin kewaspadaannya lepas, Aalina tetap menarik busur panahnya.  “Emblem ini” Tetua Drehalna melihat secara dalam emblem yang ada di tangan Gavin. Membolak-balikkan membuatnya benar-benar yakin tentang apa yang akan ia katakan kepada semua orang. “Ini adalah pecahan pusaka suci. Ini bukanlah Dewi Matahari. Aku katakan sekali lagi, bukan.” Semua orang yang berada di sana bersorak kecewa. Harapan telah pupus. Tak ada lagi yang bisa menolong mereka dalam kesusahan di depan mata mereka. Orang-orang yang terkena penyakit kembali terkapar lemas. Tak berdaya merasakan guratan hitam di dalam tubuh mereka makin lama makin meluas hingga sampai berada di punggung. Para pendamping mereka juga menangis tersedu-sedu tidak tega melihat orang yang mereka kasihi tak kunjung sembuh,  “Tapi jangan khawatir. Aku bisa menyelamatkan kalian semua” Ujar Tetua Drehalna yang lagi-lagi memberi harapan kepada mereka semua. “Tidak, tunggu dulu Tetua. Tolong jelaskan padaku terlebih dahulu ada apa semua ini? Kenapa saat aku menemui Claudia tiba-tiba suaminya terkena penyakit yang aku tidak tahu sebelumnya? Sejak kapan ini semua berlangsung? Mengapa kau menyuruh mereka semua membawa Gemstone? Apa yang kau lakukan setelah aku membawa bocah itu ke dalam lumbung?” Rentetan pertanyaan yang diajukan Aalina membuat Gavin tahu bahwa ia sangat peduli dengan kaumnya. “Eh… maaf aku rasa aku bisa membant—” saat neville mencoba menyela pembicaraan Aalina, Aalina langsung saja menyela dan berkata, “Aku akan berurusan denganmu nanti. Sekarang orang-orang Izia menjadi prioritas utamaku saat ini” Aalina sungguh sangat peduli dengan nasib rakyatnya. Tampak usaha Neville untuk menyela saja tidak dihiraukan Tetua Drehalna berjalan menuju salah satu orang yang terkena penyakit itu. Dia menyentuh kulitnya yang keras seraya mengucapkan mantra-mantra dengan bahasa yang tak ada seorangpun disana mengerti. Namun orang itu malah merintih kesakitan, berteriak sekeras suaranya sampai tenggorokannya.  Melihat orang tersayangnya kesakitan. Wanita yang ada di dekat penderita itu berkata “Apa yang Anda lakukan Tetua? Anda akan menyiksanya bila terus seperti itu” Tangannya melambai-lambai menyuruh Tetua Drehalna untuk berhenti. Namun Tetua terus saja melakukan ritualnya.  “Tetua apa yang kau lakukan” teriak Aalina sambil berlari menuju orang itu. Orang-orang disana mengamati apa yang dilakukan Tetua, mereka merasa kasihan. Jeritannya sungguh tidak membuat telinga nyaman. Mirip seseorang yang akan mati dan berteriak untuk segera mengakhiri hidupnya. Termasuk Gavin dan Neville.  “Apakah tidak ada yang bisa kita lakukan” Gavin menarik-narik lengan Neville membisikkannya. Neville memiliki rasa simpati yang sangat tinggi, melihat tikus yang terjepit tembok saja pun dia tidak tega untuk melihatnya lama-lama. Dan cepat-cepat membantunya untuk segera lepas  “Tidak ada yang bisa kita lakukan Tuan. Aku juga kasihan terhadap mereka, aku belum pernah melihat penyakit seperti itu di Yagonia sebelumnya. Dan juga yang terpenting, urusan kita yang paling utama disini belum selesai” Kata Neville mencoba memberi tahu Gavin.  Teriakan itu berhenti. Ritual yang dilakukan Tetua Drehalna juga sudah selesai, namun tidak ada efek yang terlihat oleh pria itu. Tubuhnya masih penuh dengan kulit gosong. Bergerigi, malahan, dari balik bahu belakangnya, ada semacam tanduk di kedua sisi. “Sepertinya belum cukup” gumam Tetua Drehalna “Apanya yang belum cukup” Aalina berteriak.  “Aku belum pernah melihat penyakit ini sebelumnya. Namun dari cara penyebarannya, ini terlihat seperti penyakit carcass di zaman dahulu. Mencegah penyebaran dengan Gemstone adalah cara yang paling berkhasiat, namun aku tidak merasa Gemstone saja belum cukup” Aalina tidak tahu apa penyakit carcass yang Tetua Drehalna maksud. Mungkin itu adalah salah satu penyakit yang ia pernah temui saat berkelana di seluruh penjuru Odessa. Mendengar namanya saja sudah membuat Aalina tahu itu salah satu penyakit berbahaya. Namun untuk sekarang, dia tidak bisa membandingkan mana yang lebih berbahaya.  “Apakah tidak ada cara lain. Aku tidak tega melihat mereka tersiksa seperti itu. Sebaiknya mereka perlu segera ditangani” Tanya Neville, Aalina tidak menyelanya kali ini. Mungkin Aalina sudah sedikit putus asa tentang apa yang terjadi sehingga membiarkan siapapun berkata dan menerima saran “Mengapa kau peduli dengan kami wahai Yagonia. Apakah karena stok gemstone kalian berkurang sehingga kalian peduli dengan kami” Teriak salah satu wanita yang menidurkan seorang pria di pahanya. “Suamiku menjadi seperti ini gara-gara kalian yang memaksa kami untuk terus menambang Gemstone. Jika saja suamiku tidak menambang hari itu. Mungkin dia tidak akan menjadi seperti ini” Sontak saja Aalina kaget. Dia baru mengetahui informasi soal itu. “Bertie, katakan padaku lebih jelas soal apa yang menimpa suamimu.” Aalina menghampiri wanita yang menangis berteriak histeris itu. Mungkin saja secuil informasi dirinya dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi “Tadi pagi suamiku menambang di Lembah Grouser. Dia ingin menambang gemstone di sana karena itu merupakan pekerjaannya sehari-hari, aku sebenarnya mencegahnya karena tidak ada keharusan baginya lagi untuk menambang bagi Yagonia. Dia benar-benar sehat pagi itu, tak ada yang yang dia keluhkan. Namun tiba-tiba sesaat setelah pulang, dia mengeluh memiliki sakit punggung yang luar biasa. Saat aku mencoba membuka bajunya” Wanita itu terdiam. Tak kuat lagi menahan haru di matanya yang mulai sembab  “Aku melihat guratan hitam di sekujur tubuhnya. Dan sampai saat ini guratan itu terus menyebar ke seluruh tubuhnya”  Ledakan tangisan keluar dari wanita itu. Aalina membayangkan bila itu adalah dirinya dia pasti tidak akan dapat menahan haru.  Namun sontak, wanita -wanita yang lain bersuara “Aku juga” “Suamiku juga begitu” “Persis seperti suamiku” Mendengar itu membuat Aalina yakin. Tempat itu pasti menjadi asal usul dimana penyakit ini dimulai. Namun karena belum yakin pasti, Aalina pun bertanya kepada Tetua Drehalna “Apakah ada kemungkinan hubungan penyakit itu dan lembah Grouser Tetua?” Tetua bertepekur. Ia mondar mandir sambil mengacungkan jarinya ke dagu. “Bisa jadi” sahut Tetua Drehalna secara tiba-tiba “Aku ras kau perlu menyelidiki tempat itu. Aku sudah merasa curiga dengan tempat itu akhir-akhir ini. Tidak hanya penyakit ini. Pemberontakan Larion dan kawanannya seakan-akan menyiratkan bahwa tempat itu memiliki pengaruh khusus untuk kita. Namun, aku tidak memaksamu untuk pergi kesana Aalina. Aku paham kondisimu sekarang. Mungkin menemuinya akan—” Aalina kembali menyala Tetua Drehalna. Gavin mengamati Aalina sedari tadi dan ia sadar, mungkin hobinya memang menyela omongan orang. “Tidak aku akan segera kesana.” Aalina menatap wajah Neville dan Gavin seakan-akan dia sudah lupa tentang mereka berdua. Dia pun menggarukkan kepalanya, frustasi, merasa tidak mungkin mengurus dua hal secara bersamaan. Tetua Drehalna tidak mungkin bisa membantunya dalam hal ini, selain dia sudah berumur tua, Diplomasi bukan keahlian utamanya. Mau tidak mau Aalina pun berpikir keras mengurus Gavin dan Neville. “Kalian berdua” Aalina menunjuk Neville. Seakan-akan menyuruhnya berjalan ke arah keduanya. “Maafkan apa yang susah kulakukan kepada kalian. Aku tidak bisa menyambut kalian dengan baik dan ramah saat ini. Namun aku meminta dengan sangat, aku butuh bantuan kali—” sebelum Aalina menyelesaikan kalimatnya. Gavin langsung berteriak dengan riang “TENTU,”  Neville kaget dengan apa yang dikatakan rajanya itu. Dia pun berbisik panik menyuruhnya agar cepat diam “Apa yang Anda katakan Tuan? kita belum tahu apa yang akan nanti kita lakukan kau tidak boleh asal—” Gavin sepertinya terlalu banyak melihat Aalina memotong pembicaraan orang jadi ikut-ikutan keasyikan mengikutinya “Sstttt…. Kau sebaiknya mengikuti apa kataku Neville, ini adalah tawaran yang paling baik yang pernah kita dapatkan. Kau tahu win-win solution” dengan sombong Gavin berkata yang mungkin saja tidak tahu apa artinya “Ehhhmmm… maaf ehh… pangeran. Aku meminta persetujuan Raja bukan Anda” ada sedikit kebingungan disini. Sepertinya Aalina menganggap Neville adalah Raja Yagoni sedangkan Gavin sebagai pangeran. Walaupun sebenarnya secara teknis Gavin dulu memang Pangeran, tetapi sepertinya banyak dari orang-orang Yagonia sendiri keliru dan salah mengerti termasuk Aalina “Eh maaf, aku bukanlah Raja. Aku adalah penasihat Yagonia, sedangkan orang disampingku” Neville menunjuk Gavin dengan membuka sarung tangan kebangsawanannya “Adalah Raja Yagonia”  Gavin sebenarnya kesal karena Aalina beranggapan seperti itu. Walaupun sebenarnya secara fisik Gavin memang belum pantas menjadi Raja, namun alangkah baiknya jika ada seseorang yang hendak berinteraksi dengannya mengenalnya terlebih dahulu. Tetapi lama-kelamaan Gavin bisa memakluminya “Oh benarkah?” Aalina membalik pandangannya ke arah Gavin. Dia lupa, di dalam genggaman tangannya masih ada Emblem emas yang masih tampak bersinar. “Oh maafkan aku yang mulia. Tapi apakah Anda benar-benar yakin akan membantuku dalam perjalanan ini” Gavin berpikir ulang, bila Aalina berkata meminta pertolongan dengan serius mungkin Lembah Grouser memang semenakutkan itu sampai-sampai membuatnya menanyakan dengan sungguh-sungguh “Tentu, aku akan melakukan apapun agar Izia bisa kembali normal semestinya” dengan gagah Gavin berkata. Aalina langsung saja berdiri, dia menyuruh beberapa prajuritnya untuk berkumpul mengawalnya. Dengan cepat mereka semua berlari mengikuti Aalina berbaris membawa tombak. Tanpa basa-basi Aalina pun menyuruh semua pasien yang ada disana untuk segera kembali ke dalam gedung tempat pasien lainnya berapa. Dalam hati Gavin berkata. Apakah memang perjalanan menuju lembah Grouser seberbahaya itu?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD