Chapter 40 : Kedatangan Seseorang

2686 Words
Beberapa saat sebelumnya Terlalu fokus mengamati mayat yang berserakan, Gavin dan Aalina pergi kembali ke tempat asal mereka mencari batuan. Mereka masih belum menemukan penyebab pasti dari kematian mayat-mayat itu. Mungkin memang penyakit ini tidak mudah untuk dipecahkan begitu saja. Tapi mereka sudah tidak memiliki waktu, para warga desa sudah berharap-harap cemas dengan kedatangan Aalina Memberi pertolongan “Aalina. Sebaiknya kau menarik mundur pasukanmu. Kita sudah mengalami kebuntuan, sudah waktunya kita kembali ke desa” Kata Neville menyuruh Aalina untuk segera beristirahat. “Dengan tangan kosong? Apa maksudmu? Aku tidak bisa kembali begitu saja. Setidaknya ada satu petunjuk saja yang bisa aku dapatkan. Aku yakin ini semua akan terpecahkan” balas Aalina frustasi. Para prajurit Izia juga sudah berpencar terlalu luas membuatnya sulit untuk mengatur mereka menarik kembali Ada hal yang sangat Neville merasa tak nyaman saat berada di tempat ini. Perasaan janggal. Lembah ini terlalu sunyi. Seperti benar-benar teratur sedemikian rupa sehingga bisa seperti ini. Sepi tanpa suara sedikitpun hanya suara angin berhembus dengan kencang meniup bebatuan kasar di bawahnya.  “Semuanya cepat kemari!” teriak salah satu prajurit di sebelah tenggara. Aalina dan Neville langsung bergegas lari ke arah prajurit itu. Apa yang mereka lihat saat ini merupakan hal yang tak pernah mereka duga sebelumnya. Salah satu mayat yang gosong terbakar itu bangkit. Berdiri dengan membungkuk dengan wajah mengerikan. Dia mendekati prajurit itu sambil meraung-meraung dengan perkataan tidak jelas. Neville dan Aalina menyaksikan kengerian itu. Hampir tak bisa di deskripsikan atau di luar nalar. “Jangan serang dia dulu. Kita belum tahu dia berbahaya atau tidak” pinta Aalina menyuruh prajurit itu memasukkan pedangnya kembali. Walaupun memang terlihat berbahaya, Aalina perlu mengetahui apa yang akan mayat itu lakukan. Dia berjalan dengan kaki yang tak utuh dan terlihat sebagian tulang di betisnya. Hancur terkena tiupan angin yang menghanguskannya “Tubuhnya tampak sangat rapuh, sepertinya bukan perkara sulit untuk mengalahkannya saat ini. Sampai kapan kita harus menunggu makhluk itu?” Neville merasa makhluk itu jelas-jelas berbahaya. Mereka tidak boleh mengorbankan salah satu prajuritnya demi mendapatkan secuil informasi yang mungkin tidak berharga itu. Lalu tiba-tiba dari balik punggungnya yang menjulang tulang menonjol. Tulang itu tumbuh memanjang. Dan kemudian, mengembangkan sayap dengan kulit yang keras itu. Perubahan yang terjadi pada makhluk itu terlihat sangat cepat. Hampir tak bisa dilihat dengan mendetail apa yang tengah terjadi diantara proses pertumbuhan itu. Mengepakkan sayapnya ke udara, mengangkat tubuh makhluk itu ke udara, melayang. Masih dengan tatapn tajam, makhluk itu kembali bergerak ke arah prajurit yang tidak membawa pedang di tangannya. Pergerakannya cukup cepat hingga membuat prajurit itu masih tergores terkena cakar makhluk itu meskipun sudah menghindar dengan tepat waktu. Apabila ia tidak berpindah tempat di waktu yang tepat. Mungkin dadanya sudah bolong dan tercecer saat ini. Mendengarkan aba-aba dari Aalina cukup membuat prajurit itu terbantu dan bisa menyelamatkan dirinya sendiri. Karena pada dasarnya para prajurit Izia dilatih dengan cukup kuat. Seharusnya perkara hindar-menghindar bukanlah perkara yang sulit. Makhluk itu masih melayang di udara. Sang prajurit juga mempunyai waktu untuk menarik senjatanya, diikuti oleh para prajurit lain yang ikut mendampingi membantunya. Dengan lesatan yang cukup cepat, makhluk itu hampir meluncur menunjukkan cakar di ujung kakinya. Persis seperti cara elang dalam memburu mangsanya. Prajurit itu cukup percaya diri untuk melawan makhluk itu. Tubuhnya yang lumayan besar berada dalam jangkauan serangnya dan cukup sulit untuk dihindari. Tetapi tiba-tiba, makhluk itu berbalik arah, menghindari prajurit tadi dan mengganti haluan menyerang prajurit yang ada di samping kanannya. Mereka tidak mengantisipasi itu sebelumnya. Merasa berada dalam jangkauan makhluk itu dalam menyerang. Prajurit itu melesatkan serangannya tepat ke depan. Tak merasakan apa-apa, enteng sekali seperti menyayat angin. Busur panah tertancap mengenai tepat di d**a makhluk itu yang sedang melayang. Nyawa prajurit itu terselamatkan. Ia membuka matanya, menoleh ke kanan. Melihat Aalina yang dengan gagh berani menyerang makhluk itu tepat berada di udara. Ia pun lemas duduk diatas tanah. Menyaksikan kematian berada di ujung tanduknya.  “Jangan lengah. Kita tidak tahu ada berapa jumlah mereka. Mungkin saja mereka memburu dan menjebak kita disini” Tegas Aalina menyuruh para prajuritnya agar tetap siap siaga. Sementara itu Neville sedari tadi diam. Dia berpikir keras tentang makhluk apa itu tadi. Hingga ia akhirnya ingat sesuatu. Namun tak berani berasumsi lebih jauh. Karena ia merasa hal itu sungguh sangat tidak mungkin untuk dilakukan sekarang di zaman ini. Aalina menoleh ke arah Neville. Memandanginya yang diam terlalu lama membuatnya sedikit ketakutan. “Ada apa Neville. Apakah kau mengetahui sesuatu?” Tanya Aalina penasaran. “Entahlah. Aku merasa janggal dengan mayat ini. Terutama dengan tempat ini. Aku mengetahui tentang sihir kuno dengan teknik kompleks dan teori yang hampir tidak akan bisa dipahami orang normal. Teknik itu dikatakan dapat membangkitkan makhluk hidup. Namun yang aku lihat tadi benar-benar berbeda dari rumor atau hal yang aku ketahui. Ini sesuatu yang lain” Aalina tidak membalas lebih jauh. Ia malah diam, menelan ludahnya sendiri. Cukup mencurigakan. Sebagai orang yang ingin mengetahui tentang kebenaran di tempat ini seharusnya dia bertanya dengan detail. Namun ia malah melengos pergi meninggalkan Neville sendiri. Membuat pria itu cukup bingung dengan tingkahnya. Neville berjalan mendekati mayat makhluk yang baru saja ia kalahkan tadi. Ia melihat panah miliknya dibumbui sihir alam miliknya tertancap di d**a seperti bisa menghilangkan sebagian bagian hitam di kulit makhluk itu. Walaupun memang bekas mayat, namun ia tak bisa dikatakan sebagai manusia lagi. Sesuatu yang lain. Melihat itu membuat Aalina mencoba mengeluarkan sihirnya ke arah seluruh tubuhnya mungkin saja bisa menyembuhkan total sepenuhnya Dan tentu saja. Aalina berhasil mengembalikan kulit dan fisik pria itu seperti semula. Ia melihat wajahnya, terlihat tersiksa dan pedih. Orang ini jelas-jelas merupakan kaum Izia. Prajurit yang lain ikut menyaksikan apa yang dilakukan Aalina. Merasa bersimpati dengan jasad orang itu.  Merasa bisa menyembuhkan mereka semua. Aalina kemudian menyuruh para prajurit itu menyisisr seluruh jasad yang ada dan dikumpulkan menjadi satu. Walaupun perlu cukup banyak energi sihir, Namun Aalina perlu mengembalikan mereka seperti semula. Neville ikut membantu mengumpulkan mayat-mayat itu. Ia juga menawarkan untuk membantu Aalina dalam proses penyembuhan.  “Tidak usah Neville. Bukannya aku meremehkanmu, namun sihir yang aku gunakan ini adalah sihir khusus hanya aku yang bisa menggunakannya. Sihir alam. Aku menggunakan energi sihir yang ada di sekitarku untuk kemudian disalurkan ke dalam tubuhku dan menghubungkannya kembali keluar” kata Aalina menolak bantuan Neville. “Aku pernah mendengar tentang sihir itu. Tapi Itu berarti energi sihir yang kau miliki menjadi tidak terbatas bukan?” balas Neville penasaran.  “Tidak. Alam tidak memiliki sihir yang tidak terbatas. Maksudku, ya memang jika kau pergi kemanapun kau berada, energi sihir pasti ada dimana-man. Namun orang yang mengalirkannya memiliki batasan dalam menyalurkannya mirip seperti pintu yang apabila sudah terlalu lama maka pintu akan rusak dan engselnya akan luwes. Untuk kondisiku sekarang. Aku tidak memiliki energi yang ‘tak terbatas’. Aku akan merasa kelelahan bila menggunakannya terlalu banyak.” Penjelasan tentang sihir alam membuat Neville sedikit penasaran. Itu tidak dijelaskan dengan benar-benar runut di perpustakaan Kuil Matahari. Mengetahui informasi itu secara langsung tentu saja membuat Neville senang mendapatkan hal baru. “Kalian sudah datang” pria dengan baju ketat dibalut dengan kain berwarna coklat datang berteriak dengan riang sambil mengangkat kedua tangannya.  “Siapa kau?” Teriak Aalina kebingungan tak mengenali siapa yang dia lihat. Pria itu menutup kepalanya dengan sorban dan mukanya dengan kain dan matanya menggunakan kaca. Benar-benar tak bisa dikenali. “Ini aku Aalina. Pollen. Aku sedih bila kau tidak mengenalku setelah sekian lama kita saling mengenal.” Pria itu membuka sorban dan segala hal rupa-rupa yang menutupi wajahnya. Memperlihatkan rambut berwarna merah mawar panjang sampai ke bawah telinga. Sedangkan poninya benar-benar menutup dahinya mengurai ke kanan. Wajahnya tampak sangat riang gembira, justru menimbulkan curiga bagi Aalina dan dan semuanya yang ada disana. “Apa yang terjadi dengan dirimu. Pollen?” Neville melihat Aalina berkeringat dingin sambil mengerutkan dahinya. Terlihat benar-benar kaget, seperti melihat hantu. Namun Neville tak mengetahui kenapa Aalina bereaksi seperti demikian. Pria itu tampak normal dengan tubuh yang proporsional dan wajah tampan dagu membidangnya. Tidak ada hal aneh yang benar-benar kentara dengan sangat. “Ini aku sedari awal Aalina? Apa matamu bermasalah? Namun tidak apa-apa. Aku tidak datang dengan tangan kosong. Aku memberikan hadiah kepadamu setelah sekian lama pergi meninggalkan kalian. Bertschin” Batuan itu bersinar dengan cahaya yang sangat gemerlap. Menyilaukan baim Neville maupun orang-orang yang ada di bawahnya. Saat Neville mencoba membuka matanya. Dia mayat-mayat yang berhasil disembuhkan Aalina tadi  kembali menyebarkan guratan hitam ke sekujur tubuh mereka. Membuatnya terlihat kembali mengerikan. setelah menguras banyak sihir alam, Tampaknya usaha Aalina itu tampak sia-sia.  Dengan kondisi tubuh yang berubah dan mengerikan. Mayat itu kembali bangun. Mengungkap tubuh mereka dengan cakar-cakar tajam di ujung jari mereka. Berusaha terseok-seok menghampiri Aalina dan para pengikutnya.  “Apa yang kau lakukan Pollen!” Teriak Aalina sambil memanah salah satu makhluk itu. Namun berbeda dari makhluk sebelumnya yang menumbuhkan sayap di punggung mereka. Para makhluk itu menggunakan kaki mereka sebagai landasan untuk berjalan dengan lincah, culup untuk menggocek panah Aalina meskipun sebagian dari tubuhnya tetap terkena karena kemampuan Aalina yang menarik musuh. “Sudah kubilang. Aku membawakan hadiah untukmu. Aku dengar dari Larion aku ingin membangkitkan seseorang. Maka aku melakukan uji coba terlebih dahulu dengan orang-orang ini untuk kemudian kau bisa menggunakannya. Dari yang terlihat, sepertinya para Ghoul itu cukup berhasil. Mungkin campuran Armanites merupakan bahan yang paling tepat” teriak Pollen yang menutupi dirinya dengan pilar-pilar pasir mencegahnya untuk bisa terkena serangan secara mendadak. “Huh Armanites? Apakah dia menggunakan batuan sama yang digunakan oleh kakakmu Aalina?” tanya Neville merasa itu mungkin berhubungan sambil menyerang beberapa Ghoul menggunakan panah mataharinya yang makin lama datang dengan berbagai arah menuju gerombolan mereka. “Ya benda yang ia bawa ditangannya itu adalah Armanites. Sebaiknya kau jangan mendekati batuan itu untuk terlalu lama. Itu bisa mengontaminasimu dan membuat terpedaya.” Aalina memperingatkan Neville.  Mereka semua cukup sibuk mencoba menghabisi gerombolan Ghoul itu. Namun sepertinya tak ada habisnya, mereka terus saja datang tanpa henti. Sementara Pollen yang duduk diatas bukit terlihat menikmati pemandangan Aalina yang bertarung dengan susah payah. “Aku ingin kau untuk mengurus yang tersisa disini Neville. Aku ingin menghabisi b******n tengik itu yang sepertinya merupakan sumber dari masalah disini” Aalina bergegas menghampiri Pollen di tempatnya Namun tiba-tiba. Dari pojok, Ada suara yang sangat keras  seperti anak kecil. Meminta tolong. “Yang Mulia. Dimana dia?” Neville menyadari bahwa Gavin tidak berada di dekatnya semenjak tadi. Dia sangat yakin suara itu adalah suara Gavin meminta tolong. Neville pun mengeluarkan jurus pamungkasnya meratakan semua Ghoul itu menghanguskan mereka hangus dengan tanah.  “Tunggu aku yang mulia” dengan kecepatan super. Gavin langsung saja menghampiri asal suara Gavin.  Melihat Rajanya tersungkur tak berdaya. Ia merapatkan energi sihir ke kakinya menendang Ghoul yang mencoba menyerang Gavin. Sangat cepat dan berkilau hingga terkena pipi Ghoul itu melontarkannya jauh ke batu hingga menghancurkannya menjadi berkeping-keping. Tetapi, meskipun terkena serangan Neville, Ghoul itu masih bisa berdiri meskipun tubuhnya compang-camping dan tak berbentuk seperti manusia lagi.  “Tidak apa-apa Yang Mulia. Anda sudah aman.” Ujar Neville yang mendekatinya. Gavin menutup wajahnya dengan kedua tangannya terlalu takut untuk berhadapan langsung sengan makhluk di depan mukanya. “Maafkan aku Neville. Seharusnya aku bisa mengalahkannya dengan sihirku. Namun entah kenapa itu tidak berhasil. Maaf telah merepotkanmu.” Balas Gavin yang masih bergidik ketakutan. Tongkat sihirnya ada di tanah seakan enggan untuk digunakan olehnya. “Tidak apa-apa Tuan. Meskipun terlihat lemah, makhluk-makhluk ini cukup sulit untuk dikalahkan. Aku mengeluarkan energi sihir di kakiku namun dia masih sanggup untuk berdiri kembali. Tingkat ketahanan yang dimiliki makhluk itu cukup tinggi” Neville membalas ucapan Gavin yang terlalu khawatir akan dirinya sendiri “Aku merasa tidak nyaman disini Neville. Batu-batuan ini membuat tubuhku merasa menjadi tidak enak. Entah mengapa mereka tiba-tiba tumbuh di sekitarku.” Neville menatap Batu-batuan merah yang tumbuh secara sporadis melingkari area di sekeliling Gavin. Ternyata batuan itu adalah Armanites. Namun yang aneh adalah, batuan tersebut bercahaya dan mengeluarkan warna yang berbeda daripada sebelumnya  tampak lebih bening dan berkilau.  “Itu adalah Armanites Tuanku. Bagaimana Anda bisa menemukan batuan-batuan ini? Apakah Anda bisa berjalan? Lebih baik Anda segera berlari dari sini mencari tempat aman. Aku akan mengurus monster itu terlebih dahulu” pinta Neville menyuruh Gavin untuk cepat-cepat pergi “Aku terlalu takut untuk melihat mayat-mayat itu dan akhirnya memutuskan untuk pergi. Hingga aku menemukan batuan indah disini. Tapi tiba-tiba kepalaku terasa pusing dan mataku terasa berat. Aku merasa seperti aku telah tertidur untuk sesaat. Saat aku mencoba membuka mataku, tiba-tiba makhluk itu sudah ada di depanku mencoba menyerangku. Karena terlalu panik aku mencoba teriak dan kau hadir. Sepertinya aku bisa berjalan untuk sementara waktu. Namun aku merasa seperti batuan-batuan itu menahanku bergerak lebih jauh” penjelasan itu membuat Neville cukup tahu kalau Armanites adalah salah satu biang kerok dari permasalahan yang ada disini. Dia harus memberitahu Aalina. “Aku minta Anda untuk bergerak sedikit yang mulia.” Neville memadatkan energi sihir dalam tangannya. Hingga membentuk anak panah dengan ukuran yang sangat besar mencoba mengarahkan ke Armanites yang ada di sekeliling Gavin. Gavin yang berguling di tanah dengan gemulai menjadi aba-aba Neville untuk melesatkan panah itu terkena batu-batuan Armanites yang ada di sekitarnya. Pecahan-pecahan Armanites terbang ke udara bersama butiran-butirannya yang menyilaukan mata membuat sinar cahaya berkilau terbang bersama angin yang melintasi lembah itu. Debu yang dihasilkan ledakan itu membuat hidung Gavin merasa tak nyaman dan sesekali bersin membersihkan debu-debu cahaya Armanites. Untung saja Gavin tidak terkena guratan ledakan yang dihasilkan Armanites itu. “Kenapa kau tidak bilang jika ingin meledakkan batuan itu Neville! Aku akan bergerak lebih jauh jika kau menyuruhku sebelumnya. Debu-debu ini sungguh mengganggu indera penciumanku” keluh Gavin. Ia berhasil membawa tongkat sihirnya setelah sebelumnya berada di tanah. “Tidak ada waktu Tuan. Sekarang lihatlah di belakangmu. Ghoul itu datang kembali” Gavin membalik badannya. Kali ini, sang monster bergerak lebih cepat daripada sebelumnya. Dengan taring yang di mulut sebelah kirinya menjulur dengan sangat ganas dan air liur menetes ke tanah menghanguskan tanah yang ia pijak. Dengan cukup persiapan dan tanpa gangguan seperti batuan itu sebelumnya. Gavin yakin bahwa ia bisa mengalahkan monster itu. “Sekarang!” Neville berteriak memberi aba-aba kepada Gavin. Ia langsung saja melesatkan sihir listrik sama seperti yang ia keluarkan pada saat mengalahkan Spectral Hound berbarengan dengan panah matahari milik Neville. Dua energi sihir itu melesat dengan indah diatas udara dengan kecepatan yang hampir sama namun dengan panah matahari Neville mengenai kepala Ghoul itu terlebih dahulu kemudian disusul oleh sihir listrik Gavin. Terkena dua serangan sekaligus, membuat kepala monster itu tak mampu menahan dua energi sihir yang dahsyat lalu seketika pecah dengan sendirinya menghamburkan isi kepalanya yang hanyalah abu dan butiran-butiran hitam terbang bersama angin. Monster itu pun akhirnya berhenti bergerak. Tubuhnya tergeletak tak berdaya jatuh ke atas tanah hingga kemudian berubah menjadi abu tertiup angin. “Neville. Aku bisa melakukannya!” Seru Gavin kegirangan. Ia mengira sihir yang ia baru saja lakukan hanyalah semacam Kebetulan. Namun bukan kebetulan namanya bila terjadi lebih dari satu kali. Tapi bisa saja menjadi kebetulan-kebetulan.  “Sudah kubilang Tuan. Aku yakin Anda pasti bisa melakukan sihir kemarin. Selama anda bisa dan yakin melakukannya. Tak ada kemungkinan untuk hal yang tidak mungkin. Dalam dunia sihir sekalipun.” Jelas Neville kepada Gavin yang terlihat mulai lega. Gabin pun menurunkan lututnya ke tanah sambil mengangkat tongkatnya ke udara. Merasa dirinya berhasil mematahkan anggapannya sendiri. “Apa sebenarnya makhluk itu Neville? Aku merasa familiar. Dan kenapa kau tiba-tiba menghancurkan batu-batuan tadi?” Ucap Gavin penasaran. “Aku belum mengetahuinya pasti Tuan. Namun asumsi terbesarku saat ini adalah makhluk itu merupakan mayat yang tergeletak di sepanjang lembah ini. Aku pernah mendengar kisah lama tentang sihir yang dapat membangkitkan seseorang. Aku merasa mayat-mayat yang kita temukan tadi adakah korban dari sihir itu. Namun bukan sihir yang sempurna. Dan aku berasumsi. Baruan merah yang ada di sekelilingmu tadi, Armanites merupakan salah satu komposisi batuan yang membuat mereka bisa menjadi seperti itu. Dengan berharap mengalahkan makhluk itu, aku mencoba menghancurkannya. Namun ternyata Armanites tidak berdampak langsung” Jelas Neville yang sepertinya memiliki asumsi sangat tinggi. “Dimana Aalina?” ucap Gavin khawatir. Ia sadar telah meninggalkan Aalina sendiri melawan pria tadi. Mungkin dia membutuhkan bantuan Neville secepatnya. “Aalina membutuhkan bantuan kita Tuan. Ayo sebaiknya kita cepat bergegas!” Perintah Neville.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD