26. Aalina

1795 Words
Dari atas pohon di dalam lebatnya hutan. Gadis itu berdiri di atas ranting kayu itu sambil berpegangan kepada dahan-dahan yang mengikat memutar di sekitar badannya. Kakinya yang ramping dan ringan cukup kuat untuk berada di sana dalam waktu yang cukup lama. Badannya yang kurus dan cenderung proporsional seperti mengisyaratkan bahwa dia memang terlahir seperti itu, terlahir terlatih untuk bergerak bebas dan selincah semaunya.  Sudah dari pagi dia mengawasi dari tempat itu, entah apa yang dia amati, namun hal itu cukup menggusarkan hatinya. Intuisinya berkata ada sesuatu yang akan datang. Entah apa itu, masih belum jelas. Walaupun panas sudah sangat terik berada di atas kepalanya. Dia tak merasa kepanasan sedikitpun. Badannya yang putih dan bersih sepertinya kebal dengan matahari.  “Aalina, cepat turun aku membawakanmu makanan” Teriak seorang laki-laki dari bawah pohon. Gadis itu, atau Aalina yang laki-laki itu maksud, menengok ke bawah arah suara itu berasal. Dengan samar-samar ia melihat seorang laki-laki dengan membawa keranjang makanan penuh dengan buah-buahan. Karena melihat dari atas dan melihat kepala orang itu saja, dalam beberapa saat dia tidak mengenal siapa orang itu. Namun dia mengenal suara itu, salah satu penjaga Hutan Izia. Aalina melompat salto ke belakang mengenai ranting pohon yang lebih pendek di belakangnya. Lompatan itu terlihat sangat indah seperti berusaha menghalangi cahaya matahari dengan lekukan tubuhnya yang ramping. Tak berhenti di situ, dia terus saja melompat kesana kemari seperti tupai hingga berada berdiri dengan santai di tanah menemui lelaki tadi. Lelaki itu tak nampak terkesima maupun takjub. Mungkin dia sudah sering melihat hal seperti itu dan mengenal Aalina dari lama. Namun bagi mata orang biasa, pergerakan Aalina hampir seperti sihir, bergerak ke udara mengatur angin dengan hembusan nafas kecil tak kentara “Aku tidak lapar, kau makan saja dahulu” Ujar Aalina kepada pria yang baru saja ia dekati itu. Dia adalah Gert, salah satu penjaga gerbang di Hutan Izia. “Berikan saja kepada yang lain. Aku mendengar beberapa perut mereka berbunyi dari sini” Entah bualan atau memang kemampuan yang luar biasa, tidak mungkin seorang manusia biasa bisa mendengar hal seperti itu. Aalina memang memiliki kemampuan pendengaran yang hebat sejak ia lahir, ia diberkati dengan hal itu. Namun Gert tidak mempercayainya, terlalu mustahil bagi seorang manusia untuk mendengar organ dalam manusia semacam itu “Dimana yang lain?” Tanya Gert tentang lokasi penjaga-penjaga yang lain. Aalina menunjuk ke atas salah satu ranting pohon di depannya. Gert tidak melihat apapun, ia hanya melihat daun-daunan hijau dan burung-burung kenari yang bertengger di atas sana. Ia pun hanya menggaruk-garukkan kepalanya, mencoba melihat namun ia pasrah dengan kemampuannya sendiri.  Lelaki paruh baya itu sudah tak memiliki kemampuan penglihatan sehebat penjaga yang lain. Ia lebih sering melamun dan mengamati buah-buahan liar yang tumbuh di sekitar gunung untuk ia ambil dan makan bersama penjaga yang lain. Namun saat ia melihat binatang liar datang menghampiri dan mencoba menyerangnya, ia masih bisa melawan dengan beberapa tusukan tombak cakarnya membuat hewan liar itu takut dan kabur. Otot-ototnya yang masih keras karena sering dilatih tak berakhir sia-sia pada akhirnya “Apa kau tak melihatnya” tukas Aalina heran karena Gert tak kunjung melihat seseorang yang ia tunjuk. Gert hanya membalas dengan meringis malu. “Bagaimana kau bisa menemukan dan mengenaliku yang berada di atas sini jika kau tidak bisa melihat seseorang yang aku tunjuk” heran Aalina. Namun sekali lagi Aalina mencoba menunjuk orang yang ia maksud. “Dimana sih? Aku tidak bisa melihatnya” Karena merasa mungkin Gert melihat objek yang lain, Aalina mengambil busur panahnya yang berada di belakang selama ini. Ia menarik salah satu anak panahnya dan membidik objek yang ia tunjuk “Hey Aalina, apa kau sudah gila!” Seru Gert panik, walaupun Aalina memiliki kemampuan akurasi yang tinggi, tapi ada beberapa persen kemungkinan bahwa ia malah melukai rekannya sendiri. Namun Aalina tak mendengarnya, ia lanjut saja membidik dan melepaskan anak panahnya Panah itu menancap ke salah satu dahan di atas pohon yang kering. Ada seseorang berada di situ, tertidur dengan badan yang miring hampir jatuh. Mendengar suara lesatan panah hampir mengenai dirinya, dia langsung bangun berdiri meloncat. Terkejut dia, melihat asal dari arah anak panah itu, ia berbalik dan ingin membalas serangan itu dengan busur panahnya. Namun dia sadar, jauh di hadapannya ia melihat rekannya sendiri mencoba melukainya. Anak muda itu marah dengan suara yang sangat keras mengusir fauna-fauna yang ada di dekatnya. Walaupun keras, suara anak itu tak dapat dimengerti. Dari Jauh Gert dan Aalina hanya melihat dia mengangkat tangannya ke atas seperti memaki-maki. Gert akhirnya mengerti objek yang ditunjuk Aalina, sebelumnya ia hanya mengira kalau itu adalah ranting pohon, karena warna bajunya yang coklat bisa menyatu mulus dengan ranting pohon. Gert menjadi kembali percaya diri dengan penglihatannya sendiri, kemampuan persepsinya saja yang salah akan melihat sesuatu “Untung saja kau tidak mengenainya. Omong-omong, Larion ingin menemuimu, dia bilang ada sesuatu yang ingin ia katakan, hal penting katanya” Gert dengan lahap memakan apel yang ada di keranjangnya “Heh, orang bodoh itu. setelah apa yang dia lakukan kepada kita dan kaum kita, sulit sekali bagiku untuk mempercayainya lagi. Sebentar, Bagaimana kau bisa mendapat pesan darinya bukannya di sedang di utara sekarang? Tanya Aalina. Utara yang Aalina maksud adalah Hutan Izia bagian utara. Kaum Izia menggunakan wilayahnya sendiri sebagai patokan penunjuk arah, karena mereka memiliki anggapan bahwa yang bisa menunjuk arah dan mengetahui arah di dalam Hutan Izia adalah kaum Izia itu sendiri. Orang luar yang memasuki hutan ini akan langsung tersesat dan tidak mengetahui arah yang benar. “Aku berburu rusa dan buah-buahan di utara. Karena aku tahu bahwa semua persediaan disini sudah hampir habis, aku tidak akan memintanya lagi. Saat di situ Aku tidak sengaja aku tidak sengaja bertemu dengannya di gua tempatnya ditahan. Dia memanggil-manggil namaku dengan keras. Karena kasihan, aku menghampirinya dan memberiku pesan itu” dengan sambil mengunyah apel yang dia makan, suara Gert menjadi sedikit tidak jelas.  “Bagaimana kau bisa memaafkannya? Gara-gara dia persediaan makanan kita semakin menipis. Aku bersumpah tidak akan pernah sudi berbicara dengannya lagi” Gusar Aalina “Jadi apakah kau tidak akan menemuinya?” Aalina berpaling, dia enggan menjawab.  Walaupun makanan alami yang ada di Hutan Izia sangatlah banyak, namun hal tersebut sebenarnya dilarang. Kaum Izia hanya diperbolehkan mengambil makanan dari hutan bagian timur dan barat, namun karena populasi Kaum Izia semakin meningkat, Hutan Izia tidak bisa menanggung kaumnya sendiri. Perjanjian dengan Raja sebelumnya sebenarnya merupakan perjanjian yang bisa meringankan beban Kaum Izia, agar mendapat makanan dan sumber daya lain agar mereka tetap bisa bertahan hidup, Kaum Izia harus memperbolehkan Yagonia untuk menambang Gemstone yang kaya di hutan bagian barat penuh dengan bukit-bukit Gemstone. Namun semua berubah sejak insiden di gua Falkreth terjadi “Apakah kau tidak ada niatan untuk memaafkannya” tak terasa buah-buahan yang ada di keranjang sudah terlumat habis dimakan sendirian oleh Gert. Hanya menyisakan air untuk kemudian diminumnya dengan rakus. Aalina memalingkan mukanya, memejamkan matanya sambil memandang ke pepohonan yang rindang “Entahlah, walaupun dia kakakku, sangat sulit bagiku untuk memaafkannya. Hal yang dia perbuat di luar nalar. Merugikan kita semua, jika saja waktu itu dia berkata terlebih dahulu kepadaku, semuanya mungkin bisa diselesaikan. Sekarang terlambat baginya untuk semuanya” Aalina menaruh busur panahnya kembali ke punggungnya. “Ya, meskipun begitu, Larion memiliki jalan pikirannya sendiri. Mungkin saja dengan berbicara dengannya kau bisa memahaminya. Namun itu terserah dirimu, jika kau menganggap semuanya sudah terlambat, aku tidak bisa memaksamu. Ah lupakan saja soal Larion, aku tidak ingin membahasnya lebih jauh. Ngomong-ngomong sampai kapan kau akan berjaga di sini. Kau bukan penjaga hutan, tidak usah repot-repot mengambil pekerjaanku. Lihat aku sekarang, karena menganggur malah menghabiskan makanan ini satu keranjang. Aku takut berat badanku bertambah setelah ini”  “Sebentar lagi, aku mendapat sebuah perasaan kalau akan ada sesuatu yang datang” Aalina melihat-lihat ke sekitar. Dia merasa intuisinya sangat kuat saat ini “Apakah kau sudah membicarakan ini kepada tetua Drehalna?” Tanya Gert khawatir. Tetua Drehalna memiliki kekuatan untuk melihat dan meramal ke masa depan, apabila yang dikatakan Aalina memang benar, mungkin Tetua Drehalna bisa membantunya “Tidak, aku rasa dia tidak perlu mengetahuinya. Lagipula ini intuisi pribadiku. Aku tidak ingin semua penduduk menjadi gusar karenaku. Mereka sudah terlalu cemas akhir-akhir ini”  Tiba-tiba dari kejauhan ada suara seseorang memanggil. suara itu berasal dari selatan. Para penjaga langsung saja berteriak dan berlari melesat di antara pepohonan menuju arah suara itu, hampir seperti kera, namun lebih cepat. Aalina dan Gert bingung. Ia hanya mendengar suara gaduh pohon dan daun yang bergesekan. “Ada apa ini?” Tanya Gert sambil kebingungan “Cepatlah kembali ke desa, aku akan mengurus ini” pinta Aalina kepada Gert. dengan patuh. Dia pun kembali bergegas ke desa Gert dengan lihai meloncat tinggi ke atas pohon. Dia mencoba mengikuti penjaga-penjaga itu yang tampak sangat tergesa-gesa. Dia berkata pada dirinya sendiri. Apakah mungkin intuisinya benar? Pergerakan Aalina sangat cepat hampir tidak bisa dilihat, begitu juga dengan penjaga yang lain. Sepertinya mereka hafal dan sangat akrab dengan tempat ini Hingga sampailah Aalina di tempat suara itu berasal. Dia kaget, di dalam gerbang, masuk sebuah kereta kuda yang bagian belakangnya terbakar penuh dengan api. Sementara kusir yang menyetir kuda itu dan prajurit Yagonia yang mengawalnya tampak panik. Aalina hanya melihatnya dari atas, mengawasi siapa yang tahu kalau itu semua hanyalah tipuan dari Yagonia? Dari dalam kereta itu, keluarlah seorang laki-laki dengan pakaian lusuh membawa laki-laki berbadan besar tak sadarkan diri. Penjaga Hutan Izia yang berada di dekatnya mencoba membantunya dengan ikut menggendongnya. Perlu 3 orang minimal untuk menggendong pria itu terlihat sangat kacau. Darah mengotori seluruh tubuhnya. Aalina berasumsi bahwa mereka diserang sekelompok bandit. Memang sejak perubahan monarki, para bandit menjadi lebih sering berkeliaran dan ganas daripada sebelumnya Laki-laki berpakaian lusuh itu kembali masuk ke dalam kereta, sepertinya tidak hanya ada satu orang yang menjadi korban para bandit. Dan tentu saja, laki-laki yang memakai baju dan celana serba hitam itu membawa anak kecil yang tak sadarkan diri. Hati Aalina tersentak, tidak mungkin Yagonia berbuat sebejat itu memanfaatkan anak-anak demi kepentingan mereka. Dia menganggap ini semua pasti ulah para Bandit Aalina pun langsung turun dan menghampiri laki-laki itu. Dia menyuruh penjaga yang lain untuk membantunya memadamkan api. “Terima kasih” kata pria itu dengan rasa penuh syukur tergambar di mukanya “Bolehkah aku masuk dan merawat kawananku ini? Aku tidak tega bila harus membiarkan mereka terluka disini” kali ini dengan muka memelas pria itu meminta bantuan kepada Aalina “Siapa dirimu, bagaimana kau bisa kemari” Tanya Aalina menaruh sedikit rasa curiga kepada pria itu “Namaku Neville, aku adalah seorang pedagang yang berasal dari Holle. Aku berencana pergi ke ibukota, saat di perjalanan para bandit menawanku dan penjagaku. Namun, kami berhasil kabur, dalam pelarian, penjaga dan anakku terluka. Semua barang bawaanku terbakar. Kumohon nona Bantu aku” Aalina tak bisa menahan rasa simpatinya. Ia menyuruh para penjaga untuk mengantar mereka ke desa Izia
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD