05. Kehamilan Margareta (II)

1152 Words
Selepas pembicaraan para pendeta besar itu, kini malam telah kembali datang. Ketua biarawati mengetuk pintu kamar Margareta yang sebenarnya tidak di kunci. Setelah tak ada respon, ketua biarawati mendorong daun pintu secara perlahan. Aneth begitu dulu orang-orang memanggilnya sebelum bergelar ketua biarawati saat ini masuk kedalam kamar Margareta. Ia melihat Margareta yang melamun sambil menatap keluar jendela, saat itu bulan tak bersinar karena tertutup awan-awan gelap seolah tahu apa yang tengah dirasakan Margareta. “Aku membawakanmu makanan,” ujar Aneth kemudian menaruh makanan yang ia bawa tadi kesebuah meja. Margareta sadar dengan kedatangan Aneth dan mulai bersikap biasa seolah menghargai ketua biarawati yang sampai saat ini masih ia hormati. “Anda tidak perlu membawakan saya makanan, Ketua. Saya bisa sendiri mengambilnya di dapur,” ujar Margareta sungkan dengan apa yang dilakukan ketua biarawati padanya. Kemudian Aneth duduk tak jauh dari Margareta duduk. Dilihatnya wajah sekilas Margareta dengan teduh. Margareta adalah salah satu biarawati yatim piatu yang beberapa tahun lalu di bawa untuk menjadi abdi Tuhan di sana. Ia ingat betul saat itu, ketika ia masih menjadi biarawati biasa. Tubuh Margareta lusuh tak terurus saat seorang pria tua yang tinggal tak jauh dari gereja mengantarkannya, Margareta seperti gadis kecil yang linglung dan bingung, bahkan ia hampir lupa siapa namanya, untuk saja gelang perak di tangannya memberitahu siapa namanya, hanya itu. Sampai saat ini tak ada lagi sesuatu kebeneran tentang dirinya. Selama belasan tahun, Margareta di asuh dengan baik, lalu belajar bagaimana caranya mengabdi pada Tuhan, membantu masyarakat kota dan melakukan pekerjaan baik lainnya selain ibadah. Margareta cerdas dan mudah menangkap semua yang bisa ia pelajari, maka dari itu banyak yang menyukai termasuk pendeta besar August dan pendeta lainnya. Aneth bukan hanya mengingat tentang Margareta tapi juga beberapa biarawati lain yang sudah ia anggap seperti saudara dan anaknya sendiri. Dan kini saat melihat kondisi Margareta ia sangat sedih dan terpukul, ia sampai tak habis pikir kenapa hal seperti itu bisa terjadi pada Margareta yang nampak begitu polos dan lugu. Dengan perlahan Aneth menyentuh rambut panjang Margareta hingga sampai kepundak, ia berharap membuat gadis itu tenang agar menceritakan apa yang sebenarnya terjadi padanya, dan alasan ia bisa sampai hamil. Selama tiga bulan ini Margareta hanya bisa diam dan menggeleng ketika ditanya siapa yang tengah menghamilinya, lebih tepatnya siapa ayahnya. “Tidak kah kau ingin bercerita tentang kehamilamu?” tanya Aneth pada Margareta. Margareta seolah tahu apa maksud kedatangan Aneth, tapi bukan ia tak bisa menjawabnya ia hanya tak tahu harus menjawab apa karena ia memang benar-benar tak tahu siapa yang telah menghamilinya hingga saat ini. Jika pun tahu pasti ia akan mengatakan semuanya. “Bukan aku tak ingin mengatakannya, tapi aku benar-benar tak tahu. Yang aku ingat malam itu ketika yang lain pergi kepemakaman aku sedang tertidur, begitu terbangun tubuhku sudah telanjang,” ujar Margareta menjawab pertanyaan dari Aneth. “Apa kau tak bertemu seseorang sebelum malam itu? Laki-laki misalnya?” kembali Aneth bertanya. “Laki-laki?” Margareta berusaha mengingat, “aku hanya bertemu para pendeta dan biarawan di gereja, selebihnya tidak.” “Begitu.” Aneth menarik napasnya perlahan kemudian menghebuskannya. “Tapi, seminggu sebelum kejadian itu, aku bertemu seseorang yang sepertinya laki-laki, ia diluar pagar gereja, memiliki sayap hitam gelap dan bertanduk satu di depan dahinya. Ia mengatakan hanya ingin beristirahat karena jatuh dari langit,” papar Margareta. Aneth sedikit tercekat mendengar apa yang diucapakan Margareta, tapi ia tak ingin menbuat Margareta yang polos dengan apa yang tengah ia pikirkan saat ini. Ia hanya bisa menenangkan Margareta mengatakan padanya bahwa mungkin itu hanya imajinasi dan tak ada hubungannya dengan kandungan Margareta. Setelah mengatakan hal itu, Aneth berpamitan untuk pergi dari kamar Margareta. Meskipun mrengatakan hal itu sebenarnya Aneth memikirkan sesuatu tentang perkataan Margareta, siapa sebenarnya laki-laki anah yang dirinya temui seminggu sebelum ia ditemukan dalam keadaan tak memakai apapun. Jika pikirannya benar maka hal buruk benar-benar akan terjadi, bukan hanya pada Margareta tapi juga pada gereja tempat di mana anak dalam kandungan itu akan lahir nantinya. Tak berapa lama ia telah sampai di tempat pendeta besar August, setelah mengetuk berulang kali suara yang tak lain pendeta besar menyuruh Aneth untuk masuk. Dengan gerakan sedikit terburu aneh masuk dan ketika bertemu dengan pendeta besar August, ia menceritakan apa yang telah ia dengar dari Margareta. Antara tak percaya dan percaya dengan apa yang diceritakan Aneth, Augusth mencoba memahaminya. Pertemuan aneh itu Margareta dengan seorang laki-laki bersayap hitam dan bertandu itu memang seperti isyarat sebuah bencana, entah dari hadirnya laki-laki itu tapi ia seperti familiar dengan bentuknya. Aneth masih menunggu di sana, kemudian ia pergi ksebuah rak buku yang tak jauh dari kurisinya, mencari sebuah buku yang sepertinya akan membantunya mengetahui makhluk apa yang ditemui oleh Margareta. Sebuah buku berjudul Rahasia Tuhan dan Ciptaanya kemudian August ambil, membuka daftar isi dan membolak-balik lembaran itu. “Aneth kemari, perhatikan ini,” ujar August menyuruh Aneth untuk mendekat dan membiarkan Aneth melihat apa yang ia temukan. Aneth dengan sedikit terkejut membaca yang tertera di sana, bentuk fisik yang dipaparkan di buku itu sama persis seperti yang diceritakan oleh Margareta, jika benar makhluk itu yang menghamili Margareta maka masalah akan benar-benar rumit. Dikatakan bahwa Incubus adalah salah satu makhluk neraka dari Ras iblis. Makhluk itu memiliki nafsu tinggi untuk melakukan hubungan seksual dengan makhluk lain termasuk manusia, mereka memang iblis rendah tapi kekuatan mereka cukup besar. Jika sudah berhubungan seksual dengan makhluk itu dipastikan korbannya akan meninggal dan jika selamat bayi itu nantinya akan menimbulan malapetaka. Aneth dan August sama-sama menarik napas beratnya setelah membaca kata-kata dari buku itu. Tidak salah lagi jika anak yang di kandung Margareta adalah anak seorang incubus, jika anak itu dibiarkan lahir anak menimbulkan masalah nantinya, tapi mereka berdua tak ingin berniat membunuh bayi itu atau meminta Margareta membunuhnya. “Jadi anak dalam kandungan Margareta benar-benar anak seorang Incubus, itu artinya anaknya bukan manusia?” tanya Aneth pada August, mengulang kembali apa yang muncul di pikirannya. August tak bisa berkata apapun, ia bingung. Bagaimana mungkin hal seperti itu bisa terjadi di dalam gereja yang terkenal kokoh dengan doa dan rapalan setiap hari. Konon tak ada satu iblispun yang bisa masuk, bahkan sang raja iblis pun. “Jangan sampai hal itu terdengar di telinga siapapun, termasuk Margareta sendiri. Kita biarkan anak itu sampai lahir, kita tutupi kehamilan dan kelahirannya nanti. Kita pikirkan nanti setelah anak itu lahir,” ujar August mencoba menenangkan Aneth dan agar rahasia itu tak terbongkar. Aneth memahami apa yang pendeta besarnya katakan, kemudian ia berlalu pergi meninggalkan ruangan August dengan terus mencoba menarik napasnya berulang kali untuk menutupi perasaan terkejutnya setelah mengethaui ayah dari bagi Margareta. Agar ketika ada yang melihatnya nanti mereka tak bertanya dan curiga. Namun, sebuah langkah lain sebelum Aneth keluar pintu lebih dulu berlari kecil menuju ruangan lain. Pemilik langkah itu sejak tadi sudah mendengar apa yang Aneth dan August bicarakan, tentang anak yang Margareta kandung juga tentang siapa yang menghamilinya. Jika pemilik langkah itu sampai membuka mulutnya maka rahasia yang August dan Aneth jaga akan terbongkar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD