Hal Yang Tak ingin Diingat

2011 Words
Sayangnya semesta seakan-akan sedang bercanda dengan Jun Cheol, hal yang tak ingin dirinya ingat bahkan tak ingin Jun Cheol lihat justru terpampang jelas di hadapannya. Hancur? Dirinya lebih dari sekedar perasaan hancur, tapi sayangnya air matanya tak dapat ia tahan dan tak bisa Jun Cheol hentikan. Dan sialnya hatinya semakin berdenyut perih seakan-akan udara tak ada lagi disekitar Jun Cheol, rasa sakit yang dulu telah lama pergi. Tiba-tiba datang disaat Jun Cheol tak ingin sedikitpun menolehkan pandangannya dari hal yang ia tangani, sedangkan Jin Young yang juga melihat isi kotak di hadapannya pun malah membuat Jin Young kehilangan kata-katanya sejenak. Dengan memaksakan dirinya, Jun Cheol mengusap wajahnya kasar lalu berusaha dengan keras untuk menghentikan air matanya. Karena ia tau sebanyak apapun dia menangisi hal yang tak lagi ada maka tak akan membawa siapapun kehadapannya sekarang, dengan tegas Jun Cheol berdeham untuk mengembalikan suaranya yang tadi terdengar bergetar. Tak lama Jun Cheol mengulaskan senyum terbaiknya sambil membawa kotak itu ke tempat pembakaran s****h, sementara Jin Young yang melihat tingkah Jun Cheol yang tetap tegar meski hatinya telah hancur lebur justru membuat Jin Young bingung dengan tingkah Jun Cheol yang seperti ini. "Jun? saya tau anda tidak dalam keadaan baik-baik saja tapi apa harus sampe ngebakar kotak itu Jun? Are you sure? Are you oke?" tanya Jin Young bingung. Sementara Jun Cheol yang mendengar ucapan Jin Young membuatnya menjawabnya dengan senyum tipisnya tapi Jin Young tau mata itu masih penuh akan sorot kesedihan dan mereka berdua pun mengobrol dengan suara bergetar seakan-akan seperti hal yang tak ingin diingat itu baru saja terjadi beberapa menit lalu. "Anda benar! Saya memang tidak baik-baik saja tapi apa yang telah pergi tak seharusnya ada di sini karena apa yang tak lagi ada gak perlu lagi dibahas Jin Young," tutur Jun Cheol sendu. "Jadi gimana Jun? Masih mau tetap lanjutin kasus ini kan?" ujar Jin Young sedih. "Tentu, berhenti gak akan ngembaliin apa yang udah gak ada bukan?" lirih Jun Cheol. "Anda pasti bisa Jun Cheol, kuat ya!" tutur Jin Young menguatkan. Mendengar ucapan Jin Young membuat Jun Cheol menganggukkan kepalanya mengerti, lalu tak lama mereka berdua pun kembali masuk ke dalam cafe. Sesampainya di cafe Jun Cheol memilih menyibukkan dirinya dengan ponselnya, sedangkan Jin Young menghampiri kasir untuk memesan kopi agar perasaan Jun Cheol menjadi lebih baik dari saat ini. "Hm ... mba! Saya pesan Freddo satu dan Frappe satu ya," ujar Jin Young lembut. "Ah iya baik tunggu sebentar ya," ucap karyawan itu gugup. Namun tak lama Ajeng menghampiri Jin Young yang sibuk menunggu pesanan kopinya sambil memainkan ponselnya, sedangkan Jin Young yang mendengar ucapan Ajeng membuatnya menolehkan pandangannya dan mereka berdua pun mengobrol santai. "Lah sekop mana? Oh iya gue panggil lu siapa?" tanya Ajeng lembut. "Itu duduk disana ngecek kerjaan ... panggil aja Jin Young," tutur Jin Young lembut. "Sibuk mulu ya dia? Oh oke Jin Young," ujar Ajeng serius. "Kalo dia gak sibuk kita gak ada di sini nona, oh ya saya panggil anda siapa ya? saya tidak tau nama anda soalnya maaf ya," tanya Jin Young bingung. "Iya sih, panggil aja gue Ajeng ... tenang aja gak apa-apa kok," ucap Ajeng lembut. "Ah Ajeng, oh iya saya masih tidak mengerti kenapa anda memanggil Jun dengan panggilan sekop? Apa karena anda mengira dia petugas kebersihan?" canda Jin Young geli. "Oh itu karena pas gue pertama kali ketemu dia, eh tapi dia malah gak tau sekop yang mana dan dia ngasihin ke gue sapu, lagipula namanya cukup sulit di sebutin sama gue jadi gampangnya aja sekop ... oh iya kotak aneh itu gimana? Apa isinya?" tanya Ajeng bingung. Mendengar pertanyaan Ajeng membuat Jin Young terdiam sejenak lalu ia tersenyum lembut dan tak lama pesanannya sudah selesai dibuat, merasa dirinya tak sopan menceritakan masa lalu Jun Cheol pada orang baru membuat Jin Young bergegas meninggalkan Ajeng dengan alasan dirinya perlu kembali bekerja. "Begitu ya asal-usul nama sekop ... bener juga nama kami memang cukup sulit ya ahahaha, oh kotak itu ya ... kotak itu bukan hal yang berbahaya kok tapi sudah di amankan dengan baik jadi tenang ya! Masih ada yang perlu saya kerjakan jadi saya pergi dulu ya," tutur Jin Young gugup. Setelah kepergian Jin Young membuat Ajeng mengerutkan dahinya bingung, sedangkan Jin Young yang merasa panik dan stress saat mendengar pertanyaan Ajeng membuat perutnya terasa mules lalu tak lama Jin Young meletakkan kopinya dan kopi Jun Cheol di meja lalu dirinya bergegas ke kamar mandi. Baru beberapa menit Jin Young meninggalkan meja Jun Cheol, tak lama Ajeng menghampiri Jun Cheol yang masih sibuk dengan ponselnya. Sadar dirinya di perhatikan seseorang membuat Jun Cheol mengalihkan pandangannya dan mereka berdua pun mengobrol dengan perasaan yang berbeda, Jun Cheol yang tak ingin diganggu sedangkan Ajeng yang penasaran dengan kotak aneh itu. "Sekop! Kenapa Jin Young gak jawab pertanyaan gue?" tanya Ajeng bingung. "Anda bertanya apa?" ujar Jun Cheol datar. "Gue nanya kotak tadi itu loh sekop! Gue bilang kotak aneh itu gimana? Apa isinya? Eh dia malah pergi gitu aja! Gimana jadinya sekop? Kotak itu isinya apaan?" tanya Ajeng masih penasaran. "Tidak semua hal harus anda tau nona, memang Jin Young bilang apa?" tutur Jun Cheol tegas. "Eh orang penasaran sih gimana sekop?! Dia bilang kotak itu bukan hal berbahaya tapi sudah di amankan dengan baik gitu katanya, emang kotaknya di kemanain?" tanya Ajeng bingung. "Terlalu tau banyak hal bisa membunuh anda nona, benar kotak itu aman di tempatnya jadi tak perlu dibahas ataupun tak dicari lagi!" ujar Jun Cheol memperingati dengan tegas. "Menurut lu gue takut gitu? Orang tuh semakin dilarang semakin penasaran tau gak, lagian apa susahnya tinggal jawab aja sih!" omel Ajeng mulai kesal. "Itu terserah anda! saya hanya memperingati selebihnya anda yang akan menanggungnya bukan? Jangan gegabah karena banyak hal yang mungkin ingin anda tiada," ujar Jun Cheol dingin. "Jangan bilang lu lagi nakut-nakutin gue? Duh basi sekop," sahut Ajeng dingin. "Apa untungnya saya menakut-nakuti anda?" tutur Jun Cheol datar. Disaat Ajeng dan Jun Cheol sibuk berdebat, tak lama Jin Young menghampiri mejanya dengan wajah bingung. Sesampainya di mejanya Jin Young malah menyibukkan dirinya dengan Frappe kopi kesukaannya, sedangkan Ajeng dan Jun Cheol masih sibuk berdebat hingga membuat Jin Young mencoba mencairkan suasana. "Jelas ada untungnya sekop, biar gue gak penasaran dan ketakutan sama apa yang pengen gue cari taukan? Gitu kan maksud lu?" omel Ajeng masih kesal. "Selicik itukah saya? Saya sebatas memperingati anda tidak bermaksud buruk apalagi menakuti anda nona jadi lebih baik anda pikirkan lagi apa yang ingin anda cari," tutur Jun Cheol datar. "Gini loh Ajeng ... Ada beberapa hal yang belum saatnya kita tau dan ada beberapa hal yang gak harus kita cari tau jadi intinya jangan bahayain diri anda sendiri hanya karena rasa penasaran ataupun hal lainnya oh iya kopi di sini enak juga loh Jun," ujar Jin Young lembut. "Apaan sih Jin Young! Malah bahas kopi jadi gimana itu kotak ...," ucap Ajeng terhenti. "Iya gitu? Freddo coffee right?" tutur Jun Cheol asal. "Yes! Punya anda Freddo coffee tapi saya milih Frappe coffe," ujar Jin Young geli. "Oke ... Kita ada janji temu hari ini Jin Young?" tutur Jun Cheol tegas. Jin Young yang mengerti jika maksud ucapan Jun Cheol adalah sebuah kode untuk dirinya dan Jun Cheol agar segera pergi dari sini, lalu dengan cepat Jin Young pun mengiyakan ucapan Jun Cheol dan mereka berdua bergegas membayar minuman dan berlalu dari sana. "Iya ada Jun! Yuk buru pergi tapi saya ke kasir untuk membayar ini dulu," ujar Jin Young. Setelah dalam perjalanan yang tak tentu arah, Jun Cheol menghela nafasnya lega lalu Jun Cheol memuji sikap bijak Jin Young tapi tak lupa Jun Cheol juga memperingati Jin Young untuk tak membahas hal yang tidak ingin Jun Cheol ingat kepada orang lain. "Kerja bagus anda tidak menceritakan apapun padanya tapi lain kali tetap seperti ini Jin Young! Karena kebanyakan orang hanya ingin tau bukan berarti mereka benar-benar perduli pada diri kita, tetap seperti ini pada siapapun juga oke?" tutur Jun Cheol memperingati dengan tegas. Jin Young mendengar ucapan Jun Cheol membuat dirinya mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti, lalu tak lama mereka berdua memilih balik ke hotel untuk beristirahat dan melanjutkan diskusi mereka mengenai apa yang mereka temukan hari ini. "Dari apa yang dia lakuin hari ini ... semakin menunjukkan kalo dia punya power dan koneksi yang banyak untuk membuat orang lain kehilangan kendalinya," ujar Jun Cheol dingin. "Bener Jun! Jelas banget ini pelaku bukan orang sembarangan apalagi orang biasa pasti banyak yang ngeback up dia," ucap Jin Young kesal. "Bener! Ngeback up ya? Bisa juga dia melakukan tindakan tutup mulut pada beberapa pihak ... kalo gini caranya kita gak boleh berhenti ngebongkar kebusukan mereka!" ujar Jun Cheol tegas. Mendengar ucapan Jun Cheol membuat Jin Young mengangguk-anggukkan kepalanya tanda ia setuju dengan pemikiran Jun Cheol, tapi karena perutnya mulai berdemo untuk diisi akhirnya Jin Young bergegas memesan makanan untuk mendamaikan perutnya. Sedangkan Jun Cheol menatap keluar jendela dengan pandangan yang terlihat sedih, marah, benci dan perasaan lainnya yang bercampur aduk di dalam hatinya, lalu tak lama ponsel Jun Cheol berdering membuat Jun Cheol mengangkat panggilan telepon tersebut. "Bagaimana hasilnya? Sudah menyerahkah?" tanya seseorang itu senang. "Kenapa saya harus menyerah?" tanya Jun Cheol dingin. "Bukankah sudah jelas alasannya untuk anda menyerah?" sindir seseorang itu senang. "Dengan Ancaman? Jika saya menyerah hanya karena ancaman saya tidak mungkin menjadi detektif sampai sejauh ini pak tua," tutur Jun Cheol dingin. "Lebih tepatnya peringatan pak detektif, jadi bagaimana?" sahut seseorang itu datar. "Mau anda mengancam saya atau apapun itu tidak berarti saya harus berhenti dari apa yang telah saya sepakati sebelumnya, lagipula tidak selamanya rahasia itu bisa tersembunyi pak tua! Akan ada saatnya semua keburukan anda terbongkar!" tutur Jun Cheol dingin. "Anda mengancam saya? Saya pastikan anda akan menyesal pak detektif! Saya tanya sekali lagi jika anda masih dengan kebodohan anda ...," ujar seseorang itu terhenti. "Jika saya bodoh saya tidak mungkin menjadi seorang detektif pak tua! Mau berapa kalipun anda bertanya pada saya, saya tetap akan melanjutkan kasus ini!" tutur Jun Cheol tegas. "Anda terlalu sombong pak detektif! Sepertinya anda ingin kejadian yang lalu terulang kembali? Saya tidak keberatan melakukan hal yang anda takutkan," ucap seseorang itu senang. "Silahkan lakukan apa yang anda inginkan tetapi saya tidak akan membiarkan siapapun ikut terlibat dalam masalah yang anda buat! Tak cukupkah satu nyawa melayang tanpa alasan? mau berapa nyawa lagi yang anda sia-siakan pak tua?" ujar Jun Cheol dingin. Mendengarkan ucapan Jun Cheol membuat seseorang di sana memutuskan teleponnya dan Jun Cheol menghela nafasnya kasar, rasanya saat ini Jun Cheol ingin memukul sesuatu tapi Jun Cheol tak ingin membuat masalah di sini. Dengan langkah cepat Jun Cheol segera berjalan keluar dari kamarnya lalu ia pergi mencari tempat latihan Taekwondo untuk meredakan amarahnya yang seakan-akan menekan hati Jun Cheol setelah apa yang ia lihat hari ini. Sesampai di tempat latihan Jun Cheol segera membayar untuk menghabiskan waktunya disini, lalu tak lama Jun Cheol segera melakukan peregangan kecil sebelum dirinya tenggelam dalam amarahnya dan tanpa basa-basi ia memukuli samsak yang tergantung dengan cukup keras dan cepat seakan-akan musuhnya memang ada di hadapannya saat ini. Walaupun sejujurnya Jun Cheol tak seharusnya seperti ini tapi Jun Cheol merasa menyesal dan marah pada dirinya sendiri karena ia merasa telah gagal melindungi hal yang berarti baginya kala itu, waktu memang tak mungkin bisa ditarik kembali hingga dengan terpaksa Jun Cheol memilih untuk tak ingin mengingat hal yang tak ingin ia ingat. Dengan begitu Jun Cheol telah membekukan kembali hal yang menurut Jun Cheol tak mungkin untuk kembali di singgahi, di saat Jun Cheol sibuk dengan perasaannya tak lama ada seorang yang mendekatinya dengan tatapan yang terlihat lain. Jun Cheol sadar dirinya memang diperhatikan orang lain tetapi ia tidak ingin memperdulikan apapun saat ini, baginya Jun Cheol ingin meluapkan kekesalannya yang kembali teringat karena kotak misterius s****n itu. Merasa diabaikan membuat orang itu menyapa Jun Cheol tapi Jun Cheol tak mengalihkan fokus nya sedikitpun, hingga lama-kelamaan Jun Cheol merasa kesal dan risih karena namanya di panggil terus menerus membuatnya mengalihkan pandangannya dan menatap orang itu tajam sementara orang itu tersenyum lembut dan terlihat senang dengan respon Jun Cheol padanya. "Jun Cheol! Anda ada di sini, kenapa sendirian?" sapa seseorang lembut. |Bersambung|
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD