"Kamu dimana?" tanya Kenzo yang kini tengah berdiri di ruangannya ia kini tengah berbicara dengan seseorang di telpon.
"Lagi di jalan bro, kenapa menelpon ku di luar jam kerja seperti ini? Aku masih di pasar nih antar mama belanja." Protes Arka.
Ya ini memang baru jam setengah tujuh pagi dan bosnya itu sudah menelponnya sepagi ini. Sementara sudah ada kesepakatan di antara mereka, Kenzo tidak bisa menghubungi Arka di luar jak kerja yang mereka sudah tandatangani, kecuali jika dalam keadaan darurat yang menyangkut tentang pekerjaan mereka.
"Apa kamu lupa apa yang aku perintahkan semalam?" Kenzo mengernyitkan alisnya. Semalam ia memang meminta Arka untuk mengangkut semua barang-barang itu ke rumah Jelita, gadis burik yang tinggal hitungan Minggu akan menjadi istrinya.
"Ya ampun bro aku tidak lupa dengan titah mu itu hanya saja ini juga masih terlalu pagi gila apa lu ngirim barang sepagi ini ke rumah orang. Kang kurir ekspedisi saja belum bangun jam segini. Lagian kerajinan banget sih lu tumben-tumbenan ke kantor jam segini." Gerutu Arka.
"Aku nggak mau tau yang jelas kamu kirimkan semua barang ini sekarang!" Kenzo mematikan sambungan telponnya lalu berbalik arah dan pergi dari depan ruangannya.
Sementara di pasar sana pria tampan dengan tampilan elegan nya tengah berdiri di depan pintu mobil dengan mulut komat kamit memandang layar ponselnya.
"Dasar lu bos sialan. Ngalahin emak gue aja serem bener kalau marah." Gerutu Arka yang kini sibuk mencari nomor di layar ponselnya. "Nggak sabaran amat sih jadi orang, tapi lebih baik di marah emak gue ketimbang di marah sama mantan mafia itu." Lanjutnya lagi.
"Mommy maaf kan anak mu ini tapi aku harus pergi, nanti mommy naik ojek aja ya pulangnya. Ada tugas negara yang jauh lebih penting yang harus anak mu ini laksanakan mommy!" ucap Arka dengan terburu-buru pada mommy yang kini ia telpon.
"Dasar anak durhaka kamu." Belum habis sumpah serapah sang ibu Arka sudah mematikan teleponnya dan bergegas masuk ke dalam mobil untuk meninggalkan kerumunan pasar itu.
Arka juga baru berdiri lima menit di sana tapi langsung di sambut dengan tatapan penuh kekaguman dari para wanita di sana baik remaja maupun ibu-ibu bahkan yang sudah berumur kepala lima juga yang seakan melihat seorang bidadara yang begitu tampan turun dari kayangan.
*****
Ruangan Kenzo.
"Kalian angkut semua barang-barang ini dengan hati-hati ke mobil box di loby utama. Susun semua dengan rapi, Asep kamu pastikan semua dalam kondisi baik dan tidak kusut seperti wajah mu itu apalagi sampai ada yang cacat." Titah Arka dengan suara bijaksananya pada para cleaning service yang bertugas pagi itu. Sementara Asep adalah pimpinan scurity di mall itu yang tampangnya selalu seram dengan kumis tebalnya tidak pernah ada yang melihat pria bertubuh besar itu tersenyum. "Nanti ambil bonus kalian di mang Asep ya." Lanjut Arka yang kini berdiri di samping ruangan mengawasi para pekerja itu sedangkan pak Asep menuntun pekerja yang sudah membawa paper bag di kedua tangan mereka ke mobil box yang dimaksud bosnya itu.
"Okey pekerjaan beres. Saatnya kembali ke rumah untuk bersantai sejenak. Eh kirim pesan dulu lah ke si garang biar dia nggak ngamuk lagi." Arka berbicara sendiri seraya mengetik pesan ke Kenzo.
Arka.
Perintah telah dilaksanakan, aku akan datang terlambat hari ini.
Tak perlu menunggu lama balasan dari bos besarnya sudah masuk.
Kenzo
Tak perlu kembali ke kantor, temani aku ke rumah gadis burik itu. Aku tunggu kamu di tempat si Pretty.
Arka mulai menghela nafas kasarnya. "Aish ngapain harus ketemu di tempat si wanita jadi-jadian itu sih." Gerutunya.
Pretty adalah pemilik bar terfavorit di kalangan para anak muda yang cukup terkenal di wilayah itu, setiap hari pengunjung selalu rame di sana bahkan mereka harus memesan tempat terlebih dahulu kalau tidak mau bensin terbuang sia-sia untuk perjalanan kesana. Namun yang Arka tak suka dari tempat adalah sang pemiliknya yang merupakan seorang lelaki yang merubah wujudnya menjadi wanita jadi-jadian. Tapi jangan salah Pretty yang bernama asli Bimantara itu sangatlah cantik bahkan Arka pernah jatuh hati sebelumnya dan mendekati Pretty namun dibiarkan begitu saja oleh Kenzo.
Dengan berat hati Arka pun masuk ke dalam ruangan bosnya dan mempersiapkan diri sana. Mandi dan mengganti pakaian tentunya. Di dalam ruangan Kenzo tidak hanya sekedar ruangan untuk bekerja saja namun ada ruangan khusus di sana yang begitu lengkap sudah seperti sebuah apartemen yang bebas di akses oleh Kenzo maupun Arka. Bahkan dua pria itu sudah menjadikan ruangan itu sebagai rumah ke dua mereka.
Setengah jam berlalu Arka pun sampai di Last Bar tempat dimana Kenzo sudah duduk manis dengan Pretty di meja bar.
"Hallo my sweet heart." Sapa Pretty dengan wajah bahagianya yang secerah mentari melihat pria yang dulu mengejarnya kembali datang mengunjungi rumah nya itu. Arka dan Kenzo memang sudah tiga bulan ini tak pernah mengunjungi tempat itu.
Melihat si wanita jadi-jadian itu Arka langsung bergidik ngeri, sementara Kenzo tak bisa menahan diri untuk tidak tertawa.
"Bahagia lu ya di atas penderitaan sahabat lu ini." Arka kesal.
"Kamu menderita kenapa sweet heart?" Pretty malah kepo dengan wajah polosnya yang kini terlihat cemas dengan ucapan sang pengagumnya itu.
"Eh wanita setengah jadi, lebih baik kamu diem aja deh nggak usah kepo sama urusan gue. Dan sekali lagi gue peringatkan jangan pernah manggil gue dengan sebutan sweet heart lagi!" Bentak Arka yang mulai geram. Arka malah mengingat bagaimana dulu ia berjuang mendekati Pretty dan itu membuatnya semakin emosi sendiri.
"Allahuakbar kok malah marah sih tampan? Tapi kamu tambah ganteng deh kalau lagi emosi begitu." Pretty malah semakin memuji dengan gaya centilnya.
"Sekali lagi lu ngomong gue buat lu kembali ke wujud asal lu!" Ancam Arka dengan wajah memerahnya.
"Ya salam. Ih Aa Arka mah serem banget."
Sementara Kenzo malah terus tertawa melihat kelakuan dua pria itu, eh salah satu pria dan yang satunya lagi pria setengah wanita.
Arka yang sudah begitu murka kini mengangkat sebuah botol minuman yang ada di depan meja Kenzo dengan harganya tentunya tak kaleng-kaleng itu ke arah Pretty namun Kenzo dengan sigap berdiri dan menahannya.
"Sudah dia hanya bercanda jangan terlalu serius begitu." Bisik Kenzo seraya menurunkan lengan Arka. "Kalau begitu kami permisi dulu ya Pret aku masih ada urusan. Thanks ya minumannya, bayarnya bulan depan seperti biasa." Lanjut Kenzo berpamitan seraya membalik tubuh atletis Arka dan membawanya pergi dari tempat itu. Beruntungnya Bar belum buka jadi tidak ada yang menyaksikan keributan mereka.
"Hati-hati ya sayang-sayangnya aku, ganteng-gantengnya aku sering-sering berkunjung ya!" Pretty melambaikan tangannya melepas kepergian dua pria tampan itu.
"Kamu serius amat sih nanggepin Pretty? Dia hanya bercanda, walaupun sekarang dia berpenampilan setengah wanita dia itu sedang jatuh cinta pada seorang wanita yang cantik. Sementara lu belum laku-laku?" tutur Kenzo memberikan informasi.
"Halah nggak ngaruh informasi lu sama gue. Tetap saja aku tak suka melihat kelakuannya. Lagian mana ada cewek mau sama wanita jadi-jadian begitu. Lu juga sudah puas kan ketawain gue." Ucap Arka dengan sinis nya.
"Lah kamu masih marah bestie. Astaga sudah lah masa lalu ya masa lalu lagi pula Pretty tak pernah menganggap itu serius hanya saja kamu terlalu lucu ketika marah dan ketika menyukai seseorang bro." Kenzo menepuk bahu sahabatnya itu.
"Lantas itu yang membuat mu terus mengerjai ku waktu itu?" Arka benar-benar kecewa.
"Tentu, tapi bukan kah semua itu terbayar lunas kemarin. Kamu sudah puas membelanjakan gadis burik itu dan menghabiskan begitu banyak uang ku? " Kenzo membela diri.
"Lah bukannya itu juga atas perintah mu. Kenapa malah itu jadi salah ku sekarang?" Arka tak terima.
"Sudah kita harus segera berangkat, bocah itu sudah menunggu terlalu lama jangan sampai kita sudah di sana dia sudah pingsan dan tak sadar sadar." Kenzo mengakhiri perdebatannya tentu dengan ia yang selalu jadi pemenangan.
"Eh lu tadi seriusan ngutang sama itu cewek jadi-jadian?" tanya Arka ketika mereka sudah ada di dalam mobilnya.
Lihat Arka memang mudah marah tapi marahnya juga tak akan bertahan lama itu lah yang membuatnya sering dijahili bosnya itu.
"Ya kagak lah, aku sama dia cuma bercanda saja. Mau taro dimana muka gue masa ngutang di cafe." Bantah Kenzo.
"Ya kali aja lu bangkrut setelah gue borong banyak barang kemarin buat calon istri lu itu." Arka memulai perjalanannya meninggalkan Last Bar dan menuju ke rumah calon istri bosnya itu.
"Sialan lu ya, belanja cuma segitu nggak akan ngabisin duit gue." Kenzo menepuk bahu asistennya itu.