3. Diri Nando dan Amanda

2640 Words
"Yah Jon, Sarah udah balik sama kelvin! Andai aja Sarah pulang sama gue, si kelvin itu apain Sarah si? Padahal gak ganteng-ganteng amat si kelvin" Ananda menoleh kebelakang, berharap tidak ada anto disana. Ananda menelan salivanya kuat-kuat setelah melihat satu mahluk yang sangat ia takutkan. "Ka-kabuurrrr" teriaknya sambil segera berlari menuju gerbang "Sayang tungguin Anto! Anto anterin pulang!" Anto berlarian mengejar Ananda "Oh tuhan, kenapa tu anak gak bisa dikasih tau! Kak Nando tolongin Ananda lagi dong" gerutunya sambil berlarian "Bebep! Anto punya coklat kesukaan kamu nih" Ananda masih berlari sekuat tenaga, namun SYEET tangannya ditarik oleh seseorang dan membawanya kesatu ruangan, mulut Ananda dibungkam rapat-rapat oleh tangannya yang satu lagi. Kini Ananda menatapi pria itu dengan jantung yang berdebar, jarak mereka sangat dekat sehingga hidung mereka pun saling bersentuhan satu sama lain, Nando pun melepaskan tangannya dari mulut Ananda "Ka Nando?" "Kenapa sih anto selalu aja kejar lo!" "Ananda gak tau ka, gue juga sebel banget sama dia!" Tegasnya "Sttt jangan keras-keras! Nanti dia kesini" Nando meletakan jari nya dibibir manis Ananda sehingga membuat jantung Ananda semakin tak karuan. Ananda memilih duduk dan menyenderkan tubuhnya di tembok "Aduh cape banget" risaunya, Nando mendekati Ananda dan memutuskan untuk duduk di sebelahnya. "Nih!" Ia mengeluarkan air mineral dalam tasnya, Ananda membawanya ragu "Makasih ka" air mineral itu dibuka oleh Ananda dan segera ia minum. "Pelan-pelan aja! Gue gak bakal apa apain lo ko, dan jangan panggil gue ka! Kita kan seangkatan panggil gue Nando aja" ujarnya sambil tersenyum manis, Ananda hanya mengangguk "i-iya Nando" Cklekkrek Suara kunci yang diputar terdengar jelas oleh Nando dan Ananda membuat keduanya saling berhadapan kaget. Nando mengecek apakah pintu itu terkunci? Nando mendobrak-dobrak pintu nya namun tak terbuka sama sekali. "Kita kekunci!" Ujarnya panik "Tolong!!!" Teriak Ananda kaget "Bukain pintu nya! Siapa aja yang ada diluar!" Ujarnya lagi "Gimana dong? Ini semua gara-gara gue" Ananda menundukan kepalanya "Stt ini bukan salah siapapun! Kita telpon aja orang rumah" Nando berusaha untuk menyalakan hape miliknya "Abis batre lagi" gerutunya "Coba punya loe" suruhnya Ananda membuka layar ponselnya "Gak ada sinyal, ko bisa sih? Yaampun!" Teriaknya "Tenang-tenang semoga aja ada yang nemuin kita disini" Ananda memilih untuk duduk kembali "Awas dulu, pakai ini! Agar loe gak terlalu kedinginan" Nando menyimpan beberapa lembar koran yang cukup banyak dilantai, setelah selesai Nando menduduki koran tersebut "Duduk disini, sekarang rasa dingin dari lantai gak terlalu terasa" "Makasih" "Yaampun mimpi apa gue semalem? Hari ini gue bakalan full sama ka Nando, makasih banget tuhan! Ini semua juga karena loe anto! Makasih makasih makasih pokonyah" "Hei, kenapa ngelamun? Tenang aja ko, gue yakin bentar lagi bakalan ada yang nemuin kita!" "Semoga aja!" Semoga gak ada Ananda menatapi Nando sangat detail ketika Nando sedang sibuk dengan rambutnya, namun Nando menyadari apa yang telah Ananda lakukan sedari tadi. "Liatin apa??" Desisnya pelan, mampu membuat Ananda tersentak kaget. "E-engga!" “Gue tau ko" "Tau a-ap-a?" Tanpa disadari Ananda telah membuat pakaian lecet, karena ia remas remas ujung bajunya yang keluar. "Gue ganteng!" Jawabnya sangat percaya diri, ia tersenyum manis pada Ananda sementara Ananda mengalihkan pandangannya. Loe salah bell, menurut gue bukan loe cewek terbaik buat jadi pacar gue! Bukan karena loe pintar atau iq loe tinggi. Tapi seorang gadis disampingku kali ini, mampu membuatku tersenyum berkali-kali meski baru sekejap aku bersamanya, jadi berhentilah mengejarku bell, karena suatu saat loe juga bakal nyerah. Gumam Nando dalam hatinya, why? Ada hubungan apa Nando dengan Bella? Nando menatapi gadis yang kini tertidur dibahunya tanpa disengaja, setelah ia memakan beberapa makanan sisa bekal Nando. Kini sudah sangat malam, mereka menghabiskan waktu berdua di dalam gudang, namun tak banyak hal yang mereka bicarakan. "Lo cantik!" Desisnya pelan "Kenapa setiap Sarah punya temen, mereka semua selalu jatuh cinta ke gue?" Gumamnya dalam hati Tak berselang lama, Nando pun tertidur dengan pulasnya meski keadaan dalam gudang sangat tidak nyaman. *** "Sarah? Nando kemana sih? Coba telpon lagi!" Tegas Seli memandangi Sarah sangat khawatir "Ya, namanya juga anak muda! Pasti dia masih maen" tambah Nick yang baru datang dari dapur membawa cemilan untuk dimakan sendiri, karena Nick sangat rakus setelah menikah dengan Seli. "Iya mom pasti si Nando lagi maen, udah ah jangan ganggu!" Gerutunya dengan keadaan mulut yang sedikit ditahan, karena ia sedang maskeran sekarang. "Bapa sama anak gak ada bedanya!" Celoteh Seli melipatkan kedua tangannya dan menggeleng-geleng. Mata Sarah terbuka lebar, dahi nya mengernyit, ketika ada notifikasi yang menunjukan bahwa Johnny menanggapi foto nya dengan emoticon marah. Why anak gila? Ucapan itu kini terngiang dikepala Sarah. "What? Kenapa anak kelainan itu?" "Siapa yang kamu sebut kelainan?" Seru orang tuanya menatapi Sarah heran. "Gak, kepo ih" "Kids jaman now!" Desis Seli, menggeleng gelengkan kepalanya. Sarah berjalan menuju kamarnya, rasanya ia ingin memulai tidur malamnya. *** "Sarah! Bangun sayang!" Seli menggoyahkan tubuh Sarah yang masih berada dalam zona nyaman setelah membuka kan gorden. Sarah menggeliat, dan berhasil bangun karena suara Seli yang mampu membangunkan siapapun termasuk beruang hibernasi. "Napa sih mom?" "Babang ganteng belom balik!" Rusuhnya kembali menggoyah-goyahkan tubuh Sarah "Aahhh palingan dia nginep dirumah si yusup!" Desisnya kembali menarik selimut menutupi tubuhnya. "Yaampun! Abang kamu gak jelas keberadaannya, kamu malah nyantai-nyantai kayak gini" suara Seli kian meningkat, membuat Sarah semakin tak nyaman tidur. Sarah kembali menggeliat dan menatap Seli sebal "Mom, dia itu cowok! Bukan anak perawan" desis Sarah Seli memutar bola matanya sebal menghadapi Sarah, anak nya ini memang keras kepala. Seli memutuskan untuk pergi berniat menyiapkan sarapan untuk keluarganya.Sarah terbangun dan berusaha menetralkan tubuhnya, meskipun ia masih sangat mengantuk. Ia meraih ponselnya, mengetikan sesuatu untuk dikirim pada Nando. To : Babang so Eh kadal, loe dimana? Sejak kemaren kemana aja lo? Bikin nyokap bokap pusing aja! "Huh, gak kekirim lagi" "Eh, Sarah baru inget! Kan sekarang my boy kelvin yang mau jemput" Sarah segera bergegas ke kamar mandi miliknya, tak lupa membawa handuk pink yang tergantung. *** Sarah kini meletakan kakinya di sepatu abu yang akan ia kenakan hari ini, hari olahraga. Ia berdiri tegak lalu memandangi dirinya dicermin. "Oke gue udah cantik banget!" Desisnya pelan, ia menguncir satu rambutnya dengan sangat indah, cantik. "Sarah?" teriak seorang lelaki dari luar kamar Sarah, tak lain ialah kelvin. "Kelvin?" "Tungguin bentar lagi ko!" Ia berjalan seceroboh mungkin menuju keluar kamarnya, langsung membuka pintu kamarnya, benar saja kelvin sudah siap untuk sekolah ia sangat rapi, jaket bomber menyelimuti dirinya dan tatanan rambut berjambul yang sangat menarik. "Cantik banget kamu" "Makasih" Kelvin menarik tangan Sarah "Udah siang yuk ah!" "Siang ya? Sejak kapan kamu ada disini?" "Sejak tadi pagi, aku udah capek banget dengerin momi kamu ngomongin inilah itulah" desisnya pelan, ia memutar bola matanya. "Hmm, aku bilangin yaa?" Nada Sarah nampak menakut nakuti "Sstt jangan sayang" "Pasti telinga kamu ditarik lagi, terus hidung kamu di pencet lagi, terus mom minta kamu beliin martabak mas supri lagi" teriak Sarah histeris diiringi dengan tawaannya yang menggema seisi ruangan "Sayang udah diemm!" Kelvin menutup mulut Sarah dengan tangannya. "Apa kamu mau liat aku disiksa lagi sama momi?" Sarah menggeleng cepat "Makanya diem ya? Plis?" Ia pun mengangguk, kelvin lalu melepaskan tangannya yang menutup penuh mulut Sarah Sarah membuka cermin dalam sakunya "Omaygattt! Liatkan kelvin, bedak aku jadi luntur!" Gusarnya seperti anak kecil "Stttt! Diem, jangan bikin telinga aku sakit mulu dong yang. Kamu tetep cantik ko meski gak pake bedak" Sarah tersipu malu "Hmm beneran yang?" "Beneran!" Jawab kelvin cepat, sebenarnya ia sangat lelah menghadapi Sarah yang kekanak-kanakan, namun karena ia mencintainya, apa boleh buat? *** "Bunda! Johnny berangkat nih" Johnny nampak mencari cari bundanya kedalam dapur "Oh anak bunda berangkat sekolah nii? Bentar bunda cuci tangan dulu ya?" Ellena hendak mengulurkan tangannya kearah keran, namun dengan sigap Johnny menariknya lalu menciuminya dan memberi salam pada bundanya. "Hussh, tangan bunda kotor John!" "Gak kotor bunda" "Ayo kamu cuci tangan sini" Ellena menarik tangan Johnny kearah keran lalu membasuhnya dengan air keran. "Udah bunda, bersih!" "Ya sudahcepat pamit ke ayah!" Ellena mengelus-elus kepala Johnny penuh kasih sayang, Johnny mengangkat satu alisnya heran. "Loh emang ayah udah dirumah?" Ellena mengangguk cepat "Yes! Aku pengen nagih skeatboard jerman yang ayah janjiin" Johnny berlarian keluar dapur seperti anak kecil saja. Ellena menatapi nya dengan menggeleng-gelengkan kepalanya "Anak kamu joo! Untung masih ada darah aku dalam diri Johnny, jadinya kan dia sedikit aktif. Gak seperti kamu!" Desisnya pelan, Ellena tersenyum manis membayangkan kelakuan mereka pada masa remaja. "Hei, bangun!" Nando menggoyahkan tubuh gadis yang ada disebelahnya itu. Ananda mendesah pelan "Hmmh" ia membuka matanya lebar-lebar "Ups!" Tersentak kaget setelah ia baru sadar kalau ia sedang berada dengan seorang Nando davidson. "Aku fikir terjebak disini itu, cuma mimpi" desisnya pelan "Semoga aja ada yang nemuin" gerutu Nando dengan dirinya "Amin” Ananda berdiri di depan pintu, hendak mendobrak-dobrak pintu gudang itu dengan so kuatnya, namun disaat bersamaan pintu itu terbuka lebar sehingga membuat tubuh Ananda akan terkena dorongan pintu, namun lagi-lagi Nando menyelamatkannya, tubuh Ananda ia peluk erat dan punggungnya kini yang terkena pintu itu. Degup jantung Ananda semakin memburu, kala ia tahu bahwa dirinya sedang dalam dekapan Nando, lagi-lagi dan lagi Nando menyelamatkannya, apakah ini kebetulan? Bukan, ini memang sudah takdir. Nando menggerutu tak jelas nampak menahan sesuatu dibalik tubuhnya "Ehm, nan? Loe gak papa?" "E-engga ko" jawabnya cepat Orang dibalik pintu itu tak lain adalah adik kembar Nando bersama dengan kekasihnya "Yaampun jadi bener dugaan gue? Lah ko bisa bener ya?" Teriak Sarah histeris Nando dan Ananda sontak menjauh satu sama lain "Yaampun, nan Nda? Loe berdua gak papa kan" cemasnya "Ya engga lah" jawab Nando sedikit berbeda, ia nampak menahan sesuatu. "Nan? Lo gapapa?" Ananda mendekati Nando, memegangi punggungnya. "Aw!" Desisnya "Yaampun, punggung lo sakit nan? Coba gue cek ya?" Kemeja sekolah NandoAnanda buka dengan tatapan yang kian khawatir dibalik wajahnya. "Aduh, ko lebam gini?" "Nando kenapa sih Nda? Apa jangan-jangan loe bacok dia semaleman? Emang dia apain loe? Cepet cerita ke gue" celoteh Sarah Ananda nampak tak mendengarkan Sarah, ia fokus pada Nando, Ananda memboyong Nando meninggalkan gudang. "Mau kemana hey? Yaampun gak tau terima kasih banget sih loe berdua!" Teriak Sarah "Ikut ajalah" gerutu Ananda Sarah berlari cepat mendekati Nando dan ikut memboyongnya, sementara kelvin mengikuti mereka dari belakang. "Kel, bantuin napa? Jadi laki gentle dong!" Teriak Ananda "Gue boyong dari sudut mana?" Mereka nampak tak peduli dengan apa yang kelvin katakan. Tak lama mereka sampai diambang pintu UKS, Nando segera dibaringkan. "Babang, kamu kenapa?" "Dasar wajah tanpa dosa" gerutu Nando Sarah semakin kebingungan "Hah?" "Punggung dia sakit, gara-gara loe tadi buka pintu gudang kebangetan" Ananda menatapi Sarah malas Sarah nampak seperti berfikir "Oh, hehe. Soalnya kan Sarah sering liat tuh difilm film, kalo lagi jadi detektif itu musti seperti tadi buka pintu nya!" "Sejak kapan loe nonton film detektif?" Alis Nando mengangkat sebelah "Ehmm, sejak semalem" Nando mengangguk "Oh" namun ia nampak mengingat sesuatu "Hah? Dari mana loe dapet film detektif? Jangan bilang...." "Eh iya gue pinjem, pelit amat!" "Kayaknya gue harus simpan sinar laser dikamar gue mulai sekarang!" "Jahat!" Tegas Sarah "Yang, aku duluan ya? Bu Endah udah masuk kelas!" "Ehm, Ya sudah!" Kelvin pun pergi meninggalkan Sarah "Dah!" Teriak Sarah setelah kelvin berada diambang pintu. Ananda membawa sesuatu dari lemari "Nan? Loe udah enakan sekarang?" Setelah ia mengoleskan sesuatu dipunggung Nando. "Udah, loe emang pantes jadi dokter!" Nando tersenyum manis pada Ananda "Bang? Kalo gue pantes nya jadi apa?" Teriak Sarah cemburu karena tidak dipuji oleh kakaknya itu. Nando nampak berfikir "Tukang sayur lodeh!" "Hah? Apaan sih, gak lucu!" Sarah mengerucutkan bibirnya. "Eh, Sar! Dari mana loe tau kita digudang?" Gusar Ananda "Gak tau, feeling gue aja tiba-tiba kena ke gudang!" "Anak aneh" serentak keduanya. "Didalem lo ngapain aja sama babang gue?" "Terus pas loe tidur si Nando gimana sama loe?" "Dia tidur dimana? Deket lo?" "Si Nando gak ngapa ngapain loe kan?" Ananda hanya mengabaikan sahabatnya yang hiper itu, Nando pun juga sama, Sarah hanya membuatnya pusing dan hanya membuang-buang waktu saja. "Ananda!" Teriak Sarah "Hmm?" "Ko gak dijawab sih?" Ananda memutar bola matanya "Ya gue harus jawab pertanyaan yang mana?" Tegas lugas Ananda "Hmm.. yang mana aja boleh" "Serah deh! Gue mau ijin pulang" Ananda melangkah dengan lebarnya meninggalkan Sarah dan keluar dari ruangan UKS. "Loe bareng aja sama gue!" Teriak Nando yang berjalan mengejar mereka, Ananda refleks terhenti dan menatap Nando kaku, sementara Sarah menatapi kakaknya aneh. "Loe ko tiba-tiba ada disini? Katanya sakit, sono tidur lagi, biar Sarah temenin bang!" Nando meninggalkan Sarah sama seperti Ananda."Nyebelllliiiiiiinnnn" teriak Sarah dengan emosinya memandangi keduanya pergi meninggalkan dirinya. "Dasar spongeboob patrik! Gue sumpahin kalian pacaran!!!" Tambahnya lagi, seseorang mendekati Sarah dengan menepuk bahunya, Sarah tersentak menatap ke sosok disampingnya. "Sarah? Kenapa?" "Engga ko bel, lagi sebel aja sama si Nando dan Ananda! Ninggalin gue gitu aja" Bella menelan salivanya kuat-kuat "Hmm" gusarnya meninggalkan Sarah pergi"Eh bel, tungguin!!" *** "Mom!" Nando berjalan diikuti Ananda dibelakangnya yang berjalan gusar. "Nan anterin gue dulu aja? Ya" Nando mengabaikannya, ia malah pergi menuju dapur berjalan sesuai kehendaknya, s**l. Ananda menatapi kepergian Nando sebal, ia lebih baik duduk di kursi tamu.Ganteng sih emang, bikin gue cinta mati sama dia sih juga emang, tapi kalo gue terus-terusan sama dia, bisa bisa gue punya penyakit serangan jantung karena sikap dinginnya. Tak lama Nando dan Seli datang dari ruangan tamu "Oalah momi kira kamu nginep dirumah temen sayang, kamu lapar? Bentar deh momi masakin sesuatu buat kamu" "Momi liat itu yang ke jebak digudang bareng Nando!" Nando memberi kode pada ibunya, bola matanya ia arahkan pada Ananda sehingga ibunya pun melakukan hal yang sama. "Nan? Pacar kamu?" Teriak Seli histeris "Buk...." Seli pergi menuju Ananda dengan tangan yang ia buka lebar-lebar. "Siapa nama kamu sayang?" "Em, Ananda tan!" "Kamu cantik banget! Sejak kapan kalian pacaran?" "Hahh?" Ananda memandang Nando heran, sementara Nando menutup wajahnya dengan kedua tangan. "E-engga tan" "Hush, jangan malu-malu gitu sayang!" Ya ampun, gue makin heran sama keluarga Nando yang superduper aneh! Aneh banget. Anaknya es, emaknya api, anaknya yang satu lagi koslet. Seli menarik tangan Ananda cepat "Ayo, kamu pasti kecapean! Tante mau ajak kamu ke kamar Nando supaya istirahat" Ananda menatapi Nando semakin heran, Nando hanya membuang nafasnya berat tanpa membalas tatapan Ananda.Nando berjalan menuju toilet yang berada didapurnya hendak mandi, karena dikamarnya ada Ananda. Beberapa menit berlalu... "Nak, makan yang banyak dong! Jangan diliatin gitu, kasian loh. Kalo Nando yang digituin mah gapapa!" Ananda semakin kaku harus berbicara apa, pasalnya ia sudah sangat dimanjakan oleh momi Nando ia dipaksa untuk memakai sweter Nando dan pakaian lain, Ananda yang cerewetpun sekarang kalah telak oleh emak-emak zaman now. "Tante, Ananda pulang sekarang ya?" "Hah? Cepet-cepat amat sayang! Gak mau main dulu disini?" "E-engga tan makasih" "Ya sudah, Nandocepat anterin!" Bola mata Ananda keluar "Hah? Ananda naik taksi aja!" "Eittss gak boleh! Cepet siap-siap anterin Ananda!" "Iya yuk!" Nando berdiri dan memberi salam pada ibunya, sementara Ananda terus-terusan bermain dengan jantungnya yang semakin berdebar. Ya tuhan, ini benar-benar sudah diluar dugaanku. Ananda menatapi Nando yang sedang menyetir "Apa?" "Enggak ko!" "Maafin soal ibu gue ya? Dia emang kayak gitu" Ananda menoleh cepat kearah Nando "Ehm, gapapa ko!" "Lo itu ngapain sih liatin gue mulu!" Teriak Sarah menatapi Johnny sebal ketika ia baru memasuki kelas. "Geer" desisnya pelan Sarah menatapi Johnny semakin sebal dan mendekatkan wajahnya kearahnya "Alah, loe suka sama gue? Iuuu sori ya, cowok kaya loe itu gak pantes buat gue, loe kan cowok aneh! Ketergantungan obat-obatan! Gak bisa ngomong! Ahh masih banyak lagi keanehan loe!" Kedua teman Johnny menatapi Sarah aneh, pertama kalinya mereka menemukan wanita seperti ini "Loe ngejek gue?" "Itu namanya fakta!" Johny hanya menatapnya datar sangat datar "Udah gue bilang jangan liatin gue kaya gitu!" Teriak Sarah "Pempek bu Tati!" Gusar Johnny pelan "Apa?" Kini Johnny berpura pura berbicara so penting dengan kedua teman disampingnya itu. Sarah mengepalkan tangannya keras. "Eee!!" "Apa? Mau BAB?" Sarah meleos sebal meninggalkan Johnny, ia duduk dibangkunya. "Ke lapangan oy! Pak Tio udah nungguin" teriak Ahmad berlarian dari luar sana "Yuk yuk!" Teriak Sarah menarik tangan Bella, iapun sontak mengikuti Sarah. Sementara Johnny berjalan dengan santainya di belakang teman-teman wanita.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD