2. Demi Bertahan Hidup

1083 Words
Lintang merasa inilah cobaan terberat dalam hidupnya. Selain urusan sekolah yang sudah di ujung tanduk juga kondisi sang Ayah yang semakin parah. Di rumah sakit Lintang mencoba tegar, sebab dirinya adalah panutan adik lelakinya yang baru menginjak kelas lima sekolah dasar. Sebagai seorang kakak dia ingin mengajari pada adiknya jika hidup ini keras, dan kita tidak boleh lemah. "Farel, apa ibu sudah tahu?" tanya Lintang gelisah. "Sudah, Kakak. Paling masih di dalam perjalanan," jawab adik Lintang pelan. "Nak, sebaiknya kita pulang saja, nanti kasihan ibumu jika harus membayar biaya rumah sakit," sela ayahnya Lintang terbata - bata. "Ayah tenang saja, Lintang sudah dapat pekerjaan sampingan. Jadi untuk biaya rumah sakit mau meminjam uangnya Kia terlebih dahulu," jawab Lintang menenangkan Ayahnya. "Kerja apa? Kamu kan masih sekolah?" tanya Ayahnya Lintang cemas. "Kerja di toko pusat oleh - oleh, tokonya buka 24 jam. Jadi Lintqng dapat bagian kerja malam. Tidak apa - apa kan, Ayah? Itung - itung bisa membantu ibu," bujuk Lintang meminta doa restu. "Baiklah jika itu memang keinginan kamu, doakan Ayah biar bisa segera sembuh. Kalau Ayah sembuh nanti bisa bekerja lagi," jawab Ayah Lintang bersedih sebab tidak berdaya. Sebagai kepala rumah tangga hatinya sangat pilu melihat keluarganya menderita, sedangkan dirinya sendiri tidak bisa berbuat apa - apa. Malah menjadikan beban karena penyakit yang tak kunjung sembuh. "Ayah kalau ingin sembuh jangan banyak pikiran, ya," bujuk Lintang. "Iya, Nak. Terima kasih banyak karena kamu menjadi anak yang berbakti pada orang tua," jawab sang Ayah terharu. Sedangkan Desty hanya duduk saja melihat keluarga yang selalu rukun meskipun kekurangan. Gadis itu sadar jika kehidupan tidak ada yang sempurna. Desty semenjak lahir kebutuhannya selalu tercukupi. Tapi mengenai kasih sayang dia kurang diperhatikan. Makanya dari sekian banyak teman yang dia pilih adalah Lintang. Bukan karena kepintarannya saja tapi Lintang seseorang yang tulus. Sebab banyak juga pertemanan yang nampak harmonis di luar tapi justru saling saingan, bahkan ada yang sampai menusuk dari belakang. "Des, aku mau bicara sebentar di luar," ajak Lintang sambil berbisik. Desty mengangguk dan segera menyusul Lintang kelaur dari ruangan. "Desty, soal tawaran bantuanmu tadi itu aku mau, buat membayar biaya rumah sakit. Dan aku juga sudah yakin mau bekerja sebagai pemandu karaoke. Tolong rahasiakan semua ini dari siapapun juga ya? Aku tak ingin keluargaku sampai tahu," pinta Lintang memohon. "Apa kamu sudah yakin?" tanya Desty yang tidak tega temannya bekerja di tempat seperti itu. "Yakin, kamu bisa lihat sendiri bagaimana kondisi keluarga aku. Uang yang aku pinjam darimu sudah buat bayar rumah sakit. Dan sekarang aku masih ada tanggungan sekolah serta tunggakan kontrakan," jawab Lintang yang tidak memiliki jalan lain lagi. "Baiklah, besok sepulang sekolah aku akan mengantar kamu untuk mendaftarkan diri. Aku kenal dengan pemilik tempat karaoke itu. Akan aku pastikan biar kamu bisa bekerja dengan aman di sana," balas Desty menenangkan. Lintang menangis, sebab dia merasa beruntung memiliki sahabat yang baik dan selalu ada ketika dia butuh. Padahal Lintang hanyalah dari keluarga miskin yang di sekolah sering di bully oleh beberapa teman karena penampilannya yang cupu dan kusam. "Hay, jangan menangis! Sebaiknya kita segera kita urus administrasinya bisa urusan selesai. Kita juga harus segera membayar tunggakan kontrakan agar nanti kalian tidak di usir," bujuk Desty memberi kekuatan. "Terima kasih, terima kasih, Desty. Di masa depan, jika aku sudah menjadi orang yang sukses maka aku akan membalas semua kebaikanmu," jawab Lintang sambil menghapus air matanya sendiri. "Dengan Uang? Aku tidak tergiur dengan materi. Cukup sayangi aku saja," balas Desty tertawa. "Hey, apa kamu jatuh cinta padaku? Buktinya kamu masih saja jomblo, padahal yang mengejar kamu banyak sekali di sekolah," goda Lintang kembali ceria. "Aku gadis normal ya, hanya saja aku merasa di sekolah kita tidak ada yang menarik perhatianku," jawab Desty sambil merangkul Lintang melewati lorong. Lintang terkejut juga, sebab tadi saran dokter Ayahnya itu di suruh menginap di rumah sakit selama empat hari. Di tambah biaya infus dan obat - obatan semuanya berjumlah 3,5 juta. "Desty?" bisik Lintang yang takut jika temannya itu tak memiliki uang sebanyak itu. "Tenang saja," jawab Desty sembari memberikan kartu kreditnya pada petugas. "Des, apa Mama dan Papa kamu tidak akan curiga jika kamu tiba - tiba mengeluarkan uang banyak?" tanya Lintang penasaran. "Kamu tak perlu memikirkan itu, lagian mereka juga tidak akan punya waktu untuk mengurusi hal beginian," jawab Desty santai. Setelah melunasi biaya rumah sakit mereka berdua kembali ke ruangan Ayah Lintang. Dan di sana rupanya sudah ada Ibunya Lintang yang terlihat sedih. "Bi, bagaimana kabarmu?" sapa Desty. "Yah, beginilah," jawab Ibunya Lintang lemas tapi tetap berusaha tenang. "Bu, jangan memikirkan soal biaya rumah sakit. Barusan sudah aku melunasinya," bujuk Lintang menenangkan hati ibunya. "Desty, terima kasih banyak ya. Kamu selalu membantu Lintang saat dia kesusahan," Ucap Ibunya Lintang pada Desty. "Sama - Sama, Bibi. Aku senang kok bisa membantu Lintang. Selama ini dia juga sering membantu aku," jawab Desty tulus. "Ibu tenang saja. Mulai besok aku bekerja, jadi nanti bisa mengembalikan uangnya Desty walau dengan cara dicicil," sela Lintang menenangkan. "Barusan adikmu sudah bercerita kalau kamu mau kerja," balas Ibunya Lintang merasa bangga pada putrinya. "Doakan Lintang ya Bu, Ayah," pinta Lintang mohon doa restu. "Iya, nak. Kami selalu mendoakan mu," jawab Ibu dan ayahnya Lintang bersamaan. "Kalau begitu Lintang pamit dulu ya, mau bayar uang kontrakan," kata Lintang. "Hati - hati nak, jaga diri baik - baik," tutur ayahnya Lintang tersenyum lega. Lintang termenung, maksud sang Ayah jaga diri baik - baik itu bukan hanya sebatas menjaga diri dari kecelakaan atau kesialan. Akan tetapi juga sebagai seorang perempuan harus bisa menjaga kehormatan. Sekalipun mereka dari keluarga miskin jangan sampai mereka dipermalukan oleh perbuatan yang tercela. "Iya," jawab Lintang mengangguk pelan. "Kak, kalau nanti dapat gajian aku dibelikan kue ulang tahun ya?" pinta Farel bersemangat. "Iya adikku sayang, doakan kakakmu ini selalu ya?" jawab Lintang merasa jika keputusannya itu sudah benar. Walaupun pekerjaannya nanti akan banyak bahaya tapi dia akan berjuang dengan keluarganya. "Iya, Kakak," jawab Farel riang. Lintang mengajak Desty untuk segera ke tempat pemilik kos, dia merasa lega akhirnya untuk sementara ini bisa tinggal dengan tenang. "Lintang, berat sekali hidup kamu ya? Tapi setidaknya kamu masih memiliki keluarga yang saling menyayangi, walau hidup pas - pasan tapi tetap bahagia," ucap Desty memberi semangat. "Kamu yang sabar ya? Semoga kamu bisa mendapatkan kebahagiaan seperti yang kamu inginkan," jawab Lintang tersenyum. Desty mengangguk, berteman dengan Lintang bukan hanya belajar tentang pelajaran. Tapi gadis itu juga bisa memahami arti kesabaran dalam menjalani kehidupan yang fana ini. Terkadang Desty sampai heran kenapa teman - teman di sekolah hanya memandang Lintang dari segi penampilan. Andaikan mereka mendalami sifat Lintang pasti hati mereka akan tahu betapa baiknya dan tulusnya Lintang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD