Jonathan melirik Jasmine sekali lagi sebelum dia masuk ke dalam mobil. saat di dalam mobil pun dia kembali melirik wanita itu melalui kaca spion. Dia menggelengkan kepalanya saat sesuatu tiba-tiba terlintas di pikirannya.
"Jalan pak!" Perintahnya kemudian pada supir. Sang supir mengangguk dan melajukan mobil yang di kenadarainya.
Jonathan menggandeng Jordan memasuki gedung perkantorannya, dia memang selalu membawa putranya ke kantornya. Jordan tidak betah hanya bersama dengan pelayan di rumah. Bocah kecil itu sebenarnya tidak mudah dekat dengan orang baru.
"Selamat siang pak," Sapa resepsionis saat Jonatahan melewati mereka. Jonathan mengangguk pendek, membalas sapaan itu.
Jonathan membawa putranya masuk ke dalam ruangannya, dia kemudian mengambil paper bag berisi makan siang yang sudah di pesankan oleh sekretarisnya. Jonathan meletakkan di meja sofa yang berada di ruangannya, dia kemudian membuka satu kotak dan meletakkannya di depan Jordan.
"Sebelum makan berdoa dulu," Kata Jonathan menghentikan tangan Jordan yang hendak menyuap nasi ke dalam mulutnya. Jordan menurunkan sendoknya dan mengikuti ucapan sang papa untuk berdoa.
"Amin.." kata Jonathan, dan Jordan meutup doa nya. Tidak menunggu waktu lagi mereka langsung menyantap makan siangnya.
"Bagaimana hari pertama sekolah di sekolah baru?" Tanya jonathan setelah mereka selesai makan.
"Seru, pa. teman-teman Jo banyak dan mereka juga baik sama Jo, " Katanya bercerita dengan semangat.
"Bu guru jasmine juga sangat baik" Tambahnya lagi. Jordan kemudian membongkar kotak mainan yang memang tersedia di kantor Jonathan. Jonathan menemani putranya bermain sebentar sebelum kembali ke meja kerjanya dan mulai sibuk dengan tumpukan berkas yang harus dia tanda tangani.
Sesekali Jonathan memperhatikan Jordan yang sibuk menysun mainan lego miliknya. Lalu pandangan Jonathan berhenti pada sebuah pigura yang dia letakkan di meja kerjanya.
"lihat putramu sayang, dia tumbuh besar dan sangat pintar. Dia juga sangat pengertian dan tidak banyak menuntut" Gumamnya pada foto seorang perempuan yang sedang menggendong anak kecil di perutnya yang besar sambil tersenyum bahagia.
Jonathan mengusap foto itu dengan penuh kerinduan. Valerie, istrinya meninggal saat berjuang melahirkan anak kedua mereka, dan sepertinya wanita itu tidak ingin kesepian makanya dia membawa serta putri kecil mereka ke surga.
"Bu guru Jasmine, mirip dengan mama iya pa," Kata Jordan yang entah kapan sudah berada di sampingnya. Jonathan mengalihkan pandangannya pada putranya. Sepertinya Jordan juga menyadari kemiripan mereka.
"Mama mu masih lebih cantik" Kata Jonathan sambil mengelus kepala putranya lembut.
"Tapi bu guru Jasmine juga tidak kalah cantik" Kata jordan ngotot.
"Iya, bu guru jasmine juga tidak kalah cantik." Jonathan mengalah dia mengikuti ucapan putranya. Sejak melihat wanita itu pagi tadi, Jonathan jadi sangat merindukan mendiang istrinya. Wanita mengingatkannya dengan Valerie.
"Kamu tidak punya tugas rumah?" Tanya Jonathan mengalihkan pembicaraan.
"Ada, menggambar pohon," Jawab Jordan.
"Lalu kenapa tidak di kerjakan?" Jordan memamerkan cengirannya saat di tanya.
"Nanti aja pa, saat di rumah. Jo masih mau main" Jawab bocah kecil itu.
"Jo, Tugas itu nggak boleh di tunda-tunda. Kerjakan sekarang selagi kamu luang, mainnya masi bisa nanti" Tegas Jonathan.
"Baik pa," Jawab Jordan patuh dan langsung duduk di sofa dan membuka tas sekolahnya. Dia mengeluarkan buka gambar, pensil serta krayon, lalu sibuk dengan tugas sekolahya itu.
***
Jasmine sedang berada di sebuah kafe yang tidak jauh dari sekolah tempatnya mengajar. Dua minggu lalu dia baru saja berpacaran dengan sang pemilik kafe.
"Kamu sudah pesan?" Tanya Angga lembut. Hubungan mereka sedang hangat-hangatnya sebagaimana orang baru pacaran.
"Sudah, aku baru pesan menu baru kamu." Jasmine menunjuk sebuah gambar makanan di menu yang tersedia di meja.
"pilihan yang bagus, aku jamin kamu akan ketagihan" Angga mengangkat kedua jempolnya ke hadapan san pacar. Baru dua hari di luncurkan, menu barunya itu sudah menjadi favorit di di kafenya sejak kemarin.
"Mau pindah ke ruangan aku nggak?. Biar lebih privat" Tawar Angga.
Jasmine menggeleng. "Di sini aja, kalau pindah keruangan kamu yang ada kamunya malah kerja" Tolak Jasmine. Jasmine mengatakannya bukan tanpa alasan, satu minggu yang lalu saat makan di ruangan pria itu, Angga memang sibuk bekerja.
Anga tersenyum meminta maaf, "Kamu masih ingat aja" Katanya.
Pembicaraan mereka di potong oleh pelayan yan adatang mmembawa pesanan Jasmine.
"Terimakasih" Ucap Jasmine pada pelayan yang mengantarkan makanannya. Sementara Angga hanya mengangguk pada pegawainya itu.
"Wah!, ini memmangg enak" Kata Jasmine setelah meloloskan suapan pertamanya. Angga tersenyum melihat ekspresi pacarnya itu. Sementara Jasmine tidak banyak bicara lagi dia menekuni makannya.
"Pelan-pelan, tidak ada yang minta" Kata Angga sambil menodorkan tissue kehadapan Jasmine. Jasmine mengangkat kepalanya dan menerima tissue dari tangan Angga dan mengusap bibirnya dengan gaya hati-hati.
Belum Jasmine menghabiskan makanannya, sebuah panggilan masuk ke ponsel Angga. Angga melihat Jasmine dengan senyum lemah, yang mengartikan kalu pria itu harus pergi.
Meskipun kecewa, Jasmine tetap tersenyum. "Pergilah" Katanya.
"Maaf, tidak bisa menemani kamu lebih lama dan juga tidak bisa mengantarkan kamu pulang" Angga terlihat sangat merasa bersalah.
"Kita masih bisa menghabiskan waktu bersama di lain hari" Kata Jasmine mengurai rasa bersalah di mata sang kekasih.
"Terimakasih buat pengertian kamu, sayang" Jasmine mengangguk, dia merona dengan panggilan Angga.
Jasmine kemudian kembali dengan naik angkutan kota ke rumah kontrakannya.
***
Jasmine memasuki kelasnya dengan menenteng buku di tangan kirinya. "Selamat pagi Bu Jasmine!" Ucap anak didik Jasmine.
"Selamat pagi" Balas Jasmine sambil tersenyum. Dia kemudian meletakkan bukunya di atas meja.
"Bu Jasmine absen dulu iya" Kata Jasmine, lalu menyebut satu-satu nama anak-anak di kelas itu. Setelahnya dia memulai pelajaran dan sesekali bercanda dengan anak-anak.
"Baiklah anak-anak, pelajaran kita tutup hari ini" Katanya saat bunyi bell, tanda jam pelajaran berakhir terdengar.
Jasmine berjalan menuju ruang guru sambil menyapa beberapa mudrid yang baru keluar dari kelas mereka masing-masing.
"Bu Jasmine!" Panggil salah satu anak kecil dari belakangnya, anak itu adalah Jordan.
"Ada apa Jo?" Tanyanya lembut.
Jordan memamerkan senyuman khasnya, "Aku mau makan siang dengan bu guru" Ucapnya pelan, berharap Jasmine tidak akan menolaknya.
"Aku udah ijin sama papa, dan papa mengijinkan" Tambah Jordan lagi. Jasmine melihatnya dengan rasa bersalah.
"Maaf iya sayang, bu guru ada janji dengan seseorang" Tolaknya halus. Wajah Jordan berubah mendung, dia menunduk.
"Iya udah deh, Jo tunggu papa jemput aja. Permisi bu Jasmine" Jordan kemudian berbalik dan meninggalkan Jasmine.
Jasmine menggigit bibir bawahnya merasa bersalah, tapi dia juga sudah punya janji dengan Angga, kalau tidak dia suda pasti menerima ajakan Jordan dengan senang hati.
Setelah mengammbil tasnya dari ruang guru, Jasmine melangkah menyusuri lapang sekolah yang luas, dia sesekali bersenandung menginat dia akan kencan dengan Angga.
Saat melewati gerbang sekolah, Jasmine tidak sengaja melihat Jordan duduk sendiri di bangku halte. Jordan melihat dengan sedih anak kecil lainnya yang berjalan bergandengan dengan ibunya. Jasmine teringat kalau Jordan sudah tidak punya ibu.
"Angga"
"Iya". Balas Angga dari sebrang telepon, Jasmine memutuskan untuk menemani Jordan makan siang.
"Aku minta maaf, sepertinya kita tidak jadi jalan hari ini"
"Kenapa?" Angga terdengar tidak terima dengankeputusan s epihak Jasmine itu.
"aku ada urusan mendadak" Ucap Jasmine, tidak sepenuhnya berbohong.
"Iya sudah, tidak apa-apa. Semoga urusan kamu cepat selesai". Balas Angga. Pria itu terdengar menghela napasnya sebelum memutuskan sambungan telepon. Jasmine mendesah halus, dia merasa sangat bersalah pada Angga. Namun dia juga tidak bisa mengabaikan Jordan begitu saja.
Jasmine menyimpan ponselnya, lalu menghampiri Jordan ya menunduk lesu.
"Hai,"
Jordan mengangkat kepalanya saat mendengar suara dari orang yang sudah dia kenal. "Bu Jasmine?". Jasmine mengangguk.
"Ayo katanya mau makan siang dengan bu Jasmine." Jasmine memberikan tangan kananya untuk di sambut anak kecil itu. Jordan langsung menyambut tangan Jasmine dengan semangat, wajanya seketika berubah ceria. Dia tidak ingin menanyakan soal Bu Jasmine yang punya janji dengan orang lain. Yang penting sekarang dia bisa makan siang dengan gurunya itu.
Bersambung...