episode 14

1306 Words
Hah Aku terus menghela napas, hari ini adalah hari pertama ospek tapi aku marasa tubuhku tak baik-baik saja, mungkin karena aku terlalu lelah kurang istirahat dan makan telat, sedikit meringis saat tiba-tiba rasa perih dan panas menyerang lambungku, oh, ya, Tuhan, jangan -jangan ini gara-gara aku semalam menghabiskan 5 cangkir kopi agar tak kantuk, mau bagaimana lagi aku harus lembur mengerjakan pekerjaan kantor ku. Setelah rapi dan siap tak lupa topi berbentuk kerucut dari kertas manila yang sudah ku genggam, bukan buatanku tentunya, tapi kekasihku yang membuatkannya untukku, sekarang aku siap pergi kekampus walau tak yakin aku akan baik-baik saja. ****** Maulana memarkirkan motor supra X 125 di halaman, setelah itu ia melepaskan helemnya lalu melngkahkan kakinya mencari gadisnya dan kelompoknya, tak lama kemudian dia melihat sang kekasih yang di ganggu oleh seorang pria, seperti pria itu berusaha merayu kekasihnya, ia pun semakin mempercepat langkahnya tak ingin gadisnya terus di ganggu oleh pria lain. "Fir, "panggilnya. Firanda mengalihkan perhatiannga pada sang kekasih yang terlihat tak suka, mungkin karena dirinya di rayu oleh kakak kelasnya. "Kak, Lana, "balasnya sambil mendekat pada kekasihnya. "Ayo! Kita harus bergegas, yang lain sudah menunggu, sebenar lagi senior yang mengospek datang, "ucap Maulana. Gadis itu hanya mengangguk lalu pergi bersama pria itu. ***** Firanda Hari ini kak Lana terlihat sedikit pucat, dia juga sesekali mendesis seperti merasakan sakit, apakah dia benar -benar sakit? Aku sangat khawatir. "Kak, Lana, "panggilku. Dia mengalihkan sejenak perhatiannya pada ku, sebelum kemudian kembali memandang kedepan. "kak, Lana, sakit? "tanyaku. Pria itu tersenyum simpul, lagi-lagi dia melakukan itu, kenapa setiap kali aku bertanya begitu dia hanya menjawab dengan senyum. "Fir, kenapa dalam otakmu hanya ada penyakit,"ucapnya. Aku memanyunkan bibirku, bagaimana mungkin dia bisa mengatakan kalau dalam otakku hanya ada penyakit, memangnya otakku ini apa? Dasar, kak, Lana. "Fir, aku sudah bilang kemarin, aku ini sehat, setiap enam bulan sekali aku selalu cek kedokter,"ucapnya lagi. Aku tak percaya bahwa kekasihku melakukan itu, orang kaya memang beda. Grep... Eh,,, Jantungku berdebar saat dia tiba-tiba menggenggam tanganku, aku tersenyum bahagia dan kami pun terus berjalan karena sepertinya semua sudah berbaris di halaman. ***** "Perhatian! Perhatian semua, Adik-adik, hari ini adalah hari pertama ospek, nah, tidak usah tegang atau apapun, karena kakak -kakak senior disini tidak galak, kita sama-sama dewasa jadi kami hanya melakukan formalitas," ucap Reva didepan. Pria itu memperhatikan setiap juniornya. Maulana berdiri didepan groupnya, pria itu sangat tak nyaman, dia melirik kebelakang ia tersenyum melihat gadisnya terlihat tak fokus, rasa panas dan perih dalam perutnya semakin menyiksanya dan sekarang pandangannya jadi blur, "Ya, Tuhan, kenapa jadi begini si?! "batinnya kesal. Bruk... Semua orang terkejut melihat Maulana tersungkur , Firanda shock ia langsung menghampiri tubuh kekasihnya, "Kak, Lana! "panggilnya. Gadis itu berlutut didepan tubuh sang kekasih, dia mengambil kepala pria itu dan meletakkan dalam dekapannya. Reva segera menghampiri bossnya, "Boss, kau kenapa?"tanyanya panik. Maulana hanya diam dengan mata tertutup, tubuhnya terasa lemah, Siapa suruh dirinya tak menuruti perintah kakaknya. "Bawa ke Uks saja, " usul Reva. Setelah itu beberapa orang membantu mengangkat tubuh pria itu. Firanda menatap cemas sang kekasih yang terbaring di ranjang ruang kesehatan, ia menggenggam jemari pria itu, lidahnya terasa kelu walau untuk mengatakan sesuatu,"Kak, Lana, jangan sakit," batinnya. ****** 19.00 hari juga telah gelap, tapi gadis itu masih setia menunggu kekasihnya sadar, sebenarnya pria itu tidak pingsan tapi tertidur setelah meminum obat pereda nyeri, namun gadis itu tak tau karena Reyhan dokter yang tadi memeriksanya bilang pria itu belum siuman, tapi tidak usah dibawa kerumah sakit, dasar dokter seenaknya. Maulana membuka matanya perlahan, ia merasa lebih baik dan tidak lelah juga ngantuk lagi, pria itu mengusap wajahnya dengan tangannya, dia menyerngit saat merasakan tangan yang satunya terasa berat, ia pun mengalihkan perhatiannya pada tangannya itu, dia terkejut melihat kekasihnya menggemaskan jemarinya dan menundukkan kepalanya, dia bahkan tak sadar jika dirinya masih berada diruang kesehatan. "Fir, "panggilnya. Gadis itu mendongak, matanya meneteskan air mata saat melihat sang kekasih telah membuka matanya. "Kak, Lana, sudah bangun?"tanyanya memastikan. Pria itu tersenyum simpul dalam hati dia berfikir'apakah dari tadi dia menunggu ku bangun? ' "Kenapa, kau menunggu ku bangun? "bingungnya. Gadis itu menatap kekasihnya aneh. "Kak, Lana, tadi pingsan, dokter, Reyhan, bilang kakak belum sadar, jadi aku menunggunya, aku takut kakak akan mati, "jawabnya polos. Maulana menghela napas, bagaimana mungkin kakaknya itu bisa mengarang cerita hingga membuat gadisnya sangat khawatir begitu bahkan sampai rela menunggunya bangun. "Fir, dia hanya mengerjaimu, aku ini sehat, hanya tadi malam aku menghambiskan lima gelas kopi jadi tadi pagi maag ku kambuh, hhh kalau tadi tentang pingsan, itu hanya karena, kak, Reyhan, memberiku obat tidur agar aku bisa istirahat total, "jelasnya. Gadis itu terdiam, ia tak tau harus bagaimana, apakah harus kecewa atau senang?. Maulana memandang sekitar, ia menghela napas mengetahui ternyata dirinya masih berada diruang kesehatan dan hari nampak gelap, pria itu kembali memandang gadisnya, rasanya ia tak akan mungkin membiarkan gadis itu pulang sendirian akan sangat bahaya untuk seorang gadis malam-malam berjalan sendiri. "Emm, Fir, ayo! Ku antar kau pulang, "serunya. Gadis itu hanya mengangguk lalu bangkit dari tempat duduknya. Maulana turun dari ranjang lalu menggenggam tangan sang kekasih, membawanya keluar dari ruang kesehatan kampusnya. Sepanjang perjalanan Firanda selalu memperhatikan punggung tegap pria itu, entah kenapa dia selalu merasa takut jik dia tak dapat melihatnya lagi, ia ingin selalu bersamanya selamanya, tapi saat dia tau bahwa kekasihnya itu orang kaya, hatinya ragu kalau hubungan mereka akan berjalan lancar tanpa ada halangan. ***** Firanda Mataku tak pernah lepas dari punggung tegap kekasihku, aku takut jika suatu hari nanti kami harus berpisah, kasta kami sangat berbeda aku hanya seorang rakyat jelata sedang dia adalah putra raja akankah kami bisa bersatu, aku mencintainya sangat tanpa aku tau kalau dia seorang bangsawan. Dug... Aduh, Aku rerus melamun hingga tak sadar dia telah menghentikan langkahnya dan berakhirlah aku menabrak punggungnya. "Kau melamun, Fir? "tanyanya sambil menatapku. Jantungku berdebar tidak karuan saat mata itu menatapku, selalu saja seperti ini tak pernah berubah. "Ah, tidak, kak, Lana, "jawabku bohong. Dia terkekeh, pasti dia menertawai kekonyolanku, orang bodoh mana yang bisa berbohong dengan cara semacam itu, jelas-jelas sangat kelihatan kalau tadi aku sedang melamun, kalau tidak mana mungkin aku bisa menabrak punggungnya saat dia berhenti. "Ada apa? Kau masih berpikir kalau aku ini pria penyakitan?"tanyanya curiga. Eh? Rasanya aku ingin menertawakan diriku sendiri, kenapa aku selalu berfikir kalau tiap orang itu sekarat? mungkin karena diriku keseringan membaca n****+ sad romance seperti mata hati misalnya, aku tersenyum simpul lalu menggelengkan kepalaku. "Tidak, kak, Lana, "jawabku jujur. "Lalu, kenapa kau melamun? "tanyanya penuh selidik. Ku palingkan wajahku kesamping, sungguh aku tak tau harus jujur atau tidak, seandainya aku bicara jujur kalau aku sangat takut kehilanggan dirinya karena kasta kami, apa itu tidak memalukan?. "Fir, " suara lembut itu mengalun merdu di telingaku. Ku rasakan tangannya menyentuh wajahku lalu membawanya menghadap padanya hingga kini kami saling bertatapan. Matanya yang tajam namun sangat lembut saat menatap ku membuatku semakin tak berdaya dan ingin selalu memandangnya, "Katakan, Fir! Apa yang kau pikirkan?"tanyanya lembut. "Kak, Lana, kasta kita sangat berbeda, apakah mungkin suatu hari nanti kita tak akan berpisah?" akhirnya aku bisa mengungkapkan keresahanku, aku tak perduli lagi apapun pendapatnya setidaknya aku sudah lega. Sret... Tak ku sangka dia justru mendekapku dalam pelukannya, rasanya sangat hangat, seumur hidup baru kali ini ada yang memberikan pelukan sehangat ini, biasanya jika aku resah dan mengatakan pada seseorang meski keluarga ku, hanya makian dan hinaan yang ku terima, ku harap ini adalah balasan doa yang selalu ku panjatkan padami Ya, Tuhan. "Fir, kau harus percaya padaku, apapun yang terjadi aku tak akan meninggalkan mu, aku akan selalu mencintai mu selamanya, tak perduli apapun kasta kita, bukankah Tuhan tidak pernah melihat hambanya dengan harta dan kedudukannya? Tapi dalam hatinya, percayalah aku selalu mencintaimu," ucapnya menenangkan ku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD