Bagian 23 Setelah Ibu kembali ke rumah, ia langsung menyeret kopernya yang masih tergeletak di ruang keluarga dan membawa koper tersebut ke kamarnya. Di sini, aku sudah bersiap untuk menerima kemarahan ibu. Pasti ia akan marah besar saat menyadari bahwa barang-barang kesayangannya sudah tidak ada di tempatnya. Oke, mari kita mulai menghitung. Aku yakin belum sampai pada hitungan ke sepuluh, pasti Ibu sudah berteriak. Satu, dua, tiga, emp- Aira …! Tuh kan, benar! Baru dihitungan ke empat saja Ibu sudah berteriak. Dan teriakan Ibu berhasil mengagetkan seluruh penghuni rumah. Ibu pun datang menghampiriku dengan mata yang memerah dan tangan mengepal. "Kamu pindahin ke mana semua barang-barang Ibu, Aira? Jawab?" "Barang-barang apa maksud Ibu?" tanyaku pura-pura tidak tahu. "Nggak usa