“Siap?” tanya suara bariton di ujung telepon. Akshita Eshvarya Abhimata atau Shita menulis pada ID kontak yang menghubunginya adalah Mr Shadow.
“Siap lah. Tenang saja,” jawab Shita
“Jadi kamu makan siang dengan mertua lalu makan malam dengan calon mertua suamimu?” goda Mr Shadow.
“Betul, sangat betul,” jawab Shita.
“Oke selamat berjuang,” kata Mr Shadow.
“Wish me luck ya,” pinta Shita.
“Pastilah, masa nggak?” jawab Mr Shadow.
Shita jadi sering sedih ketika dua tahun lalu dia kembali bertemu dengan Mr Shadow lelaki yang pernah sangat diharapkan untuk menjadi pendampingnya. Tapi saat mereka baru berteman akrab, belum sampai taraf menjalin cinta, tiba-tiba Mr Shadow pamit pada dirinya untuk pindah ke Belanda. Dengan alasan kakeknya menyuruh dia ambil kuliah hukum saja. Padahal mereka baru saja semester pertama. Tiba-tiba sang kakek menyuruhMr Shadow kuliah di sana ganti jurusan. Di sini Shita mengambil prodi Bisnis Digital dengan fokus mata kuliah Manajemen Inovasi, E-commerce, Transformasi Digital agar siap menjadi pimpinan perusahaaan milik ayahnya.
Sedang Mr Shadow mengambil kuliah di Administrasi Bisnis dengan fokus mata kuliah Manajemen Pemasaran, Manajemen Keuangan, Manajemen SDM, ini juga Mr Shadow ambil guna memegang perusahaan kakeknya.
Sesudah pindah ke Belanda, Mr Shadow benar-benar menghilang. Tidak bisa dihubungi sama sekali. Seharusnya kalau dia tidak menghilangkan mereka tetap bisa berhubungan walau pakai nomor Belanda sekali pun tapi Mr Shadow benar-benar hilang tak ada jejak, seakan ada pagar yang menghalangi dia menghubungi Shita.
Mereka baru kembali bertemu dua tahun lalu, setelah Shita menikah satu tahun dengan Zulchair Pandji Nareswara atau Zul, pria yang sangat memuja Shita. Zul lebih tua tiga tahun dari Shita.
Zul bukan dari orang berharta seperti Shita dan Mr Shadow. Dia hanya anak pegawai biasa. Bisa kuliah karena dapat beasiswa. Itu pun tidak bisa meneruskan S2 karena tidak ada lagi beasiswa yang dia dapat. Sedang orang tua Zul masih harus membiayai dua adik Zul yaitu Andy dan Age.
Setamat kuliah Zul bekerja di perusahaan Shita, disitulah mereka berkenalan saat itu Shita sedang kuliah di S2 dan memegang jabatan wakil COO ketika itu. Wakil CEO Tanvika Chandrakanta, bunda Shita sang bunda dan COO adalah Hamzah Sangaji orang kepercayaan Balamani Abhimata, ayah Shita.
Satu tahun setelah berkenalan, Zul dan Shita menikah. Tentu saja menikahnya secara besar-besaran tak mungkin Balamani Abhimata dan Tanvika Chandrakanta melepas putrinya tanpa pesta besar-besaran. Sedangkan Shita adalah anak tunggal.
Sejak menikah dengan Shita, Zul diangkat menjadi wakil COO sedang Shita adalah COO-nya, tapi kadang Zul lebih sering menjadi marketing karena dia jago sekali negosiasi dengan rekanan, sesuai jalur kuliah yang diambilnya yaitu Ilmu Komunikasi. Zul sangat menguasai bidang Komunikasi Korporat, Public Relations dan Media Massa.
Keluarga Zul tahu, selama ini semua dicover oleh Shita. Mereka sangat bersyukur Zul dapat Shita.
Siang ini orang Rafandra Nareswara, Papa Zul dan Windriya Syandana, Mama Zul senang karena Shita mengundang mereka makan siang, tapi Shita bilang ini adalah undangan surprise, diam-diam untuk rencana memberi kejutan pada Zul. Jadi Windriya dan Rafandra tidak boleh bicara apa pun pada Zul. Tentu saja orang tua Zul sangat senang, anak mereka akan mendapat kejutan dari istri tercinta.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Papa dan Mama mau makan apa lagi?” tanya Shita dengan manisnya.
“Sepertinya kamu sajalah yang pesankan kamu lebih tahu menu terenak di sini,” kata Windriya.
“Oke Mama nggak boleh banyak makan yang kolesterol tinggi ya Ma. Jangan sampai nanti tambah sakit,” Shita pun menuliskan pesanan yang baik buat kedua mertuanya. Mereka makan bertiga. Di belakang ada sekretaris Shita, juga dua orang lelaki yang entah siapa. Mereka makan di meja yang lain.
Ruangan ini ruangan private, sehingga hanya ada orang yang menyewa ruangan tersebut saja. Tapi Shita minta dua meja yang diletakkan berjauhan.
“Mama dan Papa sehat kan? Ada keluhan apa?” tanya Shita. Dia memang selalu perhatian pada kedua mertuanya. Mertuanya juga sangat menyayanginya.
“Nggak. Kami nggak punya kekurangan apa pun. Kami juga rutin kontrol seperti yang kamu selalu tegaskan,” kata Windriya
Mereka bercerita tentang segala hal, tentang kebun Rafandra. Tentang kemajuan Age dan Andy kuliah dan semua hal.
Windriya dan Rafandra tahu Shita mencegah hamil sampai tahun ketiga pernikahan, jadi tahun ini dia mulai akan program buka alat KB.
Dulu waktu mau menikah Shita sudah bilang pada orang tua Zul dan kedua orang tuanya saat lamaran, bahwa dia akan menunda kehamilan sampai tiga tahun, agar benar-benar sudah mapan cintanya pada Zul, dan kedua orang tuanya setuju. Jadi tidak akan ada yang tanya tentang mengapa mereka belum punya cucu.
Itu sudah digariskan oleh Shita. Memang dia bilang dia masih ingin berprestasi, berkarya dan segala macamnya. Zul pun tidak keberatan. Yang penting mereka menikah.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Apa pendapat Mama dan Papa kalau ada orang tua yang mendukung perselingkuhan anaknya Ma?” kata Shita santai.
“Ah itu sih orang tua gila, masa dia mendukung perselingkuhan. Apalagi pelaku perselingkuhan adalah anaknya,” kata Windriya serius.
“Kalau Papa bagaimana Pa, kalau ada orang tua seperti itu?”
“Bantai saja orang tua nggak punya otak seperti itu ! Masa anaknya selingkuh kok didukung,” balas Rafandra.
“Wow Papa sama Mama orang tua yang hebat. Aku salut loh punya mertua seperti kalian. Aku sangat bangga Papa dan Mama benar-benar patut diacungi jempol. Tidak setuju dengan perselingkuhan.”
“Aku juga sepaham dengan Papa dan Mama,” kata Shita. Mereka pun terus melanjutkan makan.
“Ini sekarang tahun ketiga. Apa kamu mau mulai membuka program KB-mu atau bagaimana?” tanya Rafandra.
“Apa Papa sudah nggak sabar ya Pa? Pengen punya cucu?”
“Kalau pengen punya cucu pastilah. Tapi nggak buru-buru juga. Kan sejak lamaran dulu kamu sudah mengatakan bahwa akan menunda punya momongan. Jadi Papa sama Mama tidak menargetkan. Sedapatnya saja. Setidaknya kami sudah tahu kalian berkomitmen seperti itu,” ucap Rafandra.
“Ya Shita sih akan mulai membuka KB kalau memang tidak ada kendala di pernikahan kami,” ucap Shita.
“Memang ada kendala apa?” tanya Rafandra.
“Kendalanya? Aku tidak percaya Papa belum tahu.”
“Apa maksudmu?” tanya Windriya.
“Papa dan Mama tadi bilang orang tua gila, masa dia mendukung perselingkuhan. Apalagi pelaku perselingkuhan adalah anaknya dan bantai saja orang tua nggak punya otak seperti itu! Masa anaknya selingkuh kok didukung, itu tadi ucapan Mama dan Papa, tapi Mama Papa sendiri mendukung perselingkuhannya Zul!” ucap Shita memandang tajam kedua orang mertuanya.
“Apa sih maksudmu?” tanya Windriya tak enak hati.
Shita mengangkat tangan kirinya dengan ibu jari dan jari tengah ke atas.
Lalu layar di dekat meja mereka terbuka. Di situ tampak gambar Windriya dan Rafandra sedang makan bersama dengan Anya dan Zul.
“Mama dan Papa menyetujui Zul selingkuh. Ini buktinya.”
“Jangan bilang kalian nggak tahu siapa Zul buat Anya dan siapa Anya buat Zul.”
“Bahkan Mama menerima banyak hadiah dari Anya. Mama nggak pikir tiap bulan aku kasih Mama berapa? Nafkah kuliah Age dan Andy berapa? Tapi hadiah yang tak seberapa dan baru tiga kali diberikan Anya itu sudah Mama rasa paling hebat.”
“Mulai hari ini semua dana aku stop Ma. Dan mohon kosongkan rumah kalian, mobil kalian aku tarik juga dua motor Andy dan Age. Dan semua tabungan aku bekukan!”
“Kalian tidak boleh bicara apa pun soal pertemuan ini dengan Zul. Atau Age dan Andy juga tak boleh membocorkan sampai besok pagi. Kalau kalian berempat lapor pada Zul kalian akan berhubungan dengan polisi!”
Lalu Shita mengangkat tangan kiri dan sekarang terlihat jari manis jari tengah dan telunjuk yang keatas.
Saat itu pintu terbuka dan dua orang polisi perempuan dan lelaki berdiri di depan pintu. Windriya dan Rafandra pucat pasi.
Kemudian satu jari telunjuk tangan kiri Shita tunjukkan. Saat itulah dua orang lelaki yang bersama sekretaris Shita maju membawa kertas yang sudah bertuliskan nama kedua orang tua Zul di atas kertas berlogo kantor pengacara bahwa mereka tidak akan bicara apa pun sampai besok pagi. Kalau mereka bicara maka mereka akan langsung ditangkap polisi tanpa bisa meminta pembebasan.
Di kertas itu juga pernyataan kalau dalam waktu1X24 jam mereka akan keluar dari rumah yang selama ini mereka tinggali tanpa membawa barang apa pun selain pakaian.
“Silakan Papa dan Mama tanda tangani kalau mau keluar dari ruangan ini. Kalau nggak ya nggak apa-apa. Kalian nggak akan pernah bisa keluar. Tapi langsung masuk penjara.”
“Kalian hidup dari aku. Kedua adiknya Zul sejak SMA sampai kuliah dari aku. Mama operasi uang aku. Semuanya dari aku dan kalian menusuk aku sangat dalam dengan menyetujui perselingkuhan Zul dan Anya. Jadi sekarang selamat siang. Kalian berhubungan dengan pengacara aku, juga polisi-polisi itu.”
“Kalian bukan lagi mertuaku. Ingat mulai hari ini kalian beresin semua barang, mobil, rumah dan motor silahkan serahkan pada pengacara. Semuanya akan diambil alih dan rekening sudah aku bekukan sejak tadi pagi.”
“Tadi Papa sendiri yang bilang bantai saja orang tua nggak punya otak seperti itu! Masa anaknya selingkuh kok didukung! Sesuai dengan kata-kata Papa itu, aku akan bantai kalian sekeluarga terutama Zul. Dia merangkak akan kerja di mana pun tak akan ada yang bisa menerima.”
“Dan calon besan baru kalian akan aku buat bangkrut sehingga Zul yang harus menopang keluarga mereka,” kedua orang tua Zul langsung pucat pasi terlebih saat Shita melenggang meninggalkan ruangan tersebut.