Tangan Bulan mencengkram erat kedua lengan Andra yang bertumpu pada kasur, mengapit tubuh kecilnya. Tak bisa untuk menahan desahan ketika suaminya bergerak lebih cepat dan semakin cepat. Beberapa detik kemudian tubuh Andra melemas, sama seperti tubuhnya. Deru nafas keduanya terdengar bersahutan. Sudut bibir Andra tertarik ke atas, membentuk sebuah senyuman penuh kepuasan. Ia lebih membungkuk, melumat bibir Bulan sebentar. Saling tatap, sama-sama tersenyum dengan wajah lelah. “Enak, nggak?” Pertanyaan Andra yang beneran nggak penting ini membuat kedua pipi Bulan sedikit panas. Bibirnya berkedut, kepalanya memberi anggukan pelan. Melihat wajah yang makin menggemaskan, Andra kembali meraup bibir mungil itu. “Mau lagi?” Kepala Bulan menggeleng dengan cepat dan itu membuat Andra mengeryit,