Killa berjalan menuju taman di belakang sekolah, awalnya dia hendak pergi ke rooftop namun terpaksa dia harus kembali turun.
“Di sini juga adem kok.” Gumam Killa seraya mendaratkan bokongnya di atas rumput.
Killa memilih tempat di dekat danau kecil, dia juga menyandarkan tubuhnya pada pohon yang berada di sana.
Pandangannya menatap langit, pikirannya terus teringat pada kejadian beberapa menit yang lalu di rooftop.
Flashback ON
Killa menghentikan langkahnya tepat di depan pintu masuk menuju rooftop, tanpa pikir panjang dia langsung membukanya.
‘KLIK’
Killa langsung terkejut sekaligus marah dan kecewa saat pintu terbuka lebar, “astaga.” Gumam Killa pelan seraya membungkam mulutnya, yang sedang dia lihat saat ini adalah sosok yang selama setengah jam tadi menghabiskan waktu bersamanya kini tengah duduk bermesraan dengan Niki.
Zacky yang duduk membelakangi pintu pun tak mengetahui keberadaan Killa, sedangkan Niki duduk di atas pangkuannya dapat melihat jelas kalau Killa berada di depannya.
Mata Killa berkaca – kaca saat Niki dengan sengaja mencium Zacky dan lelaki itu malah membalasnya, dia juga melihat Niki yang tengah tersenyum miring melihatnya di sela kegiatan nya.
“Hey.” Ucap Zacky, “kok tiba – tiba?” Tanya Zacky saat Niki mulai mengecupi seluruh permukaan lehernya.
Zacky yang kaget pun hanya bisa pasrah karena Niki menyerangnya, sementara itu Killa yang sudah tak bisa membendung air matanya pun langsung pergi dan menutup pintunya dengan kencang sehingga membuat Zacky terlonjak kaget.
“Siapa?” Kaget Zacky bertanya kepada Niki.
Killa masih bisa mendengar suara Zacky, namun dia tak tahu apa yang Niki jawab.
Flashback OFF
“Huft.” Helaan nafas dikeluarkan Killa, “harusnya gue gak usah terlalu seneng tadi.” Gumamnya seraya memejamkan matanya menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya, “tidur Killa, tidur.”
...
Satu jam sudah berlalu, saat ini Geva tengah melangkahkan kaki panjangnya menuju rooftop. Dengan bekal satu keresek di tangannya, dia berniat untuk menyusul Killa.
Sesampainya di rooftop Geva tak menemukan Killa di sana, yang dia lihat hanyalah Zacky yang sedang memainkan ponselnya seraya tiduran di atas sofa.
“Bang!” Panggil Geva seraya menghampiri Zacky.
Zacky melirik sekilas Geva, “ada apa Va?”
“Dari tadi di sini?” Tanya Geva seraya mengedarkan pandangannya.
“Hm.” Angguk Zacky.
“Lo lihat Killa gak?” Tanya Geva mendaratkan bokongnya di samping Zacky.
“Gak.”
“Lo bener dari tadi bang?” Tanya Geva, “pas lo ke sini gak lihat Killa?”
Zacky menggelengkan kepalanya, “Bel istirahat selesai gue udah di sini.” Sahut Zacky masih sibuk memainkan ponselnya, “dan gue gak lihat temen lo itu.”
Geva menganggukkan kepalanya kemudian berdiri, “ah iya bang, gue kira dia di sini. Soalnya tadi pas di kantin dia bolos mau ke rooftop, kayaknya dia di taman deh.” Tutur Geva, “kalo gitu gue pamit ya Bang.”
Zacky tak menyahuti Geva, terpikir dalam kepalanya kalau Killa ke sini setelah pulang dari kantin, besar kemungkinan orang yang tadi menutup pintu rooftop adalah gadis itu. Pikir Zacky.
Kembali kepada Geva yang tengah menuruni tangga hendak mencari keberadaan sahabat sekaligus mantannya itu, “eh Bang Fahrul.” Sapa Geva menghampiri Fahrul yang tengah berjalan ke arahnya dari taman.
“Kenapa Va?”
“Lo dari mana Bang?”
“Abis dari sana.” Tunjuk Fahrul pada sebuah bangunan yang tak terpakai.
Geva menganggukkan kepalanya, dia tahu jika bangunan itu adalah tempat di mana kelas dua belas selalu berkumpul.
“Lo lihat Killaa di taman gak?”
Fahrul menunjuk ke arah pohon yang berada di dekat danau, “gue gak tahu itu Killa atau bukan, cuman dia orang yang ada di taman.” Tutur Fahrul.
“Oh okay Bang, thanks ya.” Ucap Geva yang langsung diangguki Fahrul, “lo mau ke mana emang Bang?”
“Gue mau ke rooftop, susul Zacky.” Jelas Fahrul, “kalo gitu gue cabut dulu Gev.”
“Yo i Bang.”
Setelah kepergian Fahrul, kini Geva berjalan menuju pohon di mana kemungkinan Killa berada di sana.
Sesampainya di dekat pohon itu, Geva tersenyum lebar saat menemukan Killa tengah tertidur dengan santai.
Geva melirik roti yang masih terbungkus plastik di samping Killa, “lo belum makan apa – apa.” Gumam Geva pergi menuju kantin kemudian kembali dengan membawa semangkuk bakso di nampannya.
“Killa.” Panggil Geva membangunkan Killa.
Killa tak berkutik, dia seolah tak terganggu oleh Geva.
“Killa, bangun dulu.” Ujar Geva seraya mengusap – ngusap pipi Killa.
“Engh.” Lenguh Killa merasa terganggu.
“Bangun dulu, lo belum makan.”
“Hmm, lima menit lagi Bang.” Rengek Killa tak menyadari kalau yang memanggilnya adalah Geva.
“Bangun Killa, nanti mag lo kambuh.” Ujar Geva mencoba sabar.
Killa tak menggubris ucapan Geva, dia malah menarik tangan Geva seraya mengubah posisinya tidur di atas rumput dengan lengan Geva berada di pelukannya.
Geva mendesah kesal, “lo selalu gini, gimana kalo yang ngebangunin lo bukan gue atau Sam.” Gerutu Geva tak suka akan tingkah Killa yang seperti itu.
Geva melirik ke arah rok Killa yang sedikit terangkat memperlihatkan setengah paha putihnya, “bangun.” Ujar Geva seraya menarik tangannya kemudian membenarkan letak rok Killa.
“Engh abang, bentar dulu.” Gumam Killa kembali meringkukkan tubuhnya di samping Geva.
“Gue Geva bukan Sam.” Gerutu Geva melihat baju seragam Killa terangkat, “bangun, kalo gak mau gue marah.” Ancamnya seraya mengangkat tubuh Killa agar kembali duduk.
“Killaa.” Geram Geva kesal karena Killa masih asyik tidur, “KILLA!”
Killa terlonjak kaget mendengar teriakan Geva di sampingnya, “lo ngapain teriak – teriak ish, sakit nih.” Rajuk Killa seraya mengusap – ngusap telinganya.
Geva menatap Killa kesal, “lo gak boleh bolos kalo gak sama gue.” Ketus Geva membuat Killa mengernyitkan dahinya heran.
“Kenapa harus gitu?” Tanya Killa seraya mengucek matanya namun ditahan oleh Geva, “kebiasaan.” Ujar Geva seraya menangkup wajah Killa.
“Hm.” Dehem Killa masih berusaha mengumpulkan nyawanya.
“Lo dari tadi di sini?” Tanya Killa seraya menjauhkan wajahnya dari Geva.
“Iya.” Sahut Geva masih kesal.
“Lo kenapa sih? Ada masalah apa sama gue?” Tanya Killa yang risih karena Geva terus menatapnya.
“Ada banyak banget.” Ujar Geva.
“Apa?”