ENAM

917 Words
Happy Reading and Enjoy “Tau gini resepsi di Jakarta aja” ujarnya padaku. Aku hanya menggedikkan bahuku. Di desa memang tidak selayaknya di kota besar, yang bisa menggunakan WO untuk acara pernikahan atau acara apapun yang formal-formal. Semua diurus oleh sanak keluarga yang datang dari beberapa daerah termasuk acara masak memasak. Apalagi keluarga Papa yang sengaja datang jauh-jauh dari Sumatera untuk menyaksikan acara pernikahan si bungsu. Malam ini acaranya adalah midodareni, malam dimana penyambutan tamu dari keluarga pengantin pria yang datang dan keesokan harinya akan dilaksanakan Ijab Kabul. Ruang tamu dirumahku sudah dipasang belasan kursi untuk acara besok. Beberapa sudut ruangan sudah dihiasi dengan bunga asli karena Amel meminta begitu, sementara tenda sudah dibangun didepan rumah untuk para tamu besok, ketika resepsi.  Rumit, apalagi aku yang benar-benar mengurus semuanya, Amel terima beres karena dia sudah cukup dipusingkan dengan acara-acara yang sudah berjalan sejak kemarin. “Udah gede kamu dek” kataku setelah meletakkan mangkuk bekas aku makan soto tadi dan mengambil air es didalam lemari pendingin. “Emang kalau nikah itu tandanya udah gede” katanya sembari mendengus, namun dia tak lagi melanjutkan makannya. “Kenapa nggak dihabiskan? Katanya laper” ujarku lalu mengambil posisi duduk disampingnya. “Males ah” jawabnya ketus, namun aku bisa melihat matanya yang berkaca-kaca. “Habiskan lah, nanti diomelin eyang loh” ujarku padanya. Namun dia menunduk, tak mengiyakan atau menolak, namun tetap mengambil sendok menyuapkan makannya dengan pelan. Bahunya bergetar dan aku merengkuhnya. “Kenapa?” tanyaku padanya. “Kenapa sih orang cuma bisa ngomongin kejelekan orang, kenapa orang-orang sini nggak seperti orang kota yang cenderung cuek” gumamnya sambil terisak pelan. “Kamu kenapa? denger apa sih?” tanyaku pura-pura tidak tau. “Semua orang ngomongin kakak, karena aku nikah duluan, dikira perawan tua lah, nggak laku lah, kenapa coba, bukan urusan mereka juga kalau kakak belum nikah sampai sekarang, ya kan kak?”  Aku menghela nafasku, ternyata bukan cuma aku saja yang mendengar gunjingan itu, di desa seperti ini orang-orang lebih peduli tentang kehidupan orang lain yang menurut mereka seru untuk digosipkan, apalagi kalau wanita sampai sudah berumur tapi belum juga menikah, sepertiku. “Ya udah sih dek, biarin aja” jawabku dengan suara bergetar. Dia memelukku erat, dan air matanya tumpah di bahuku, aku dengan susah payah menahan agar tidak ikut menangis. “Kak… apa ini Karena Rion kakak nggak juga ketemu calon suami?” tanyanya dengan isak tangis yang masih terdengar. Helaan nafas kembali lolos dari mulutku. Rion adalah pria yang hampir ku nikahi, dan aku bersyukur bahwa semua itu gagal. Dia selingkuh dan selingkuhannya hamil 5 bulan, diam-diam mereka menikah siri, aku bersyukur sekali waktu itu karena tau kebenarannya. Karena kalau tidak, aku hanya akan bahagia di atas kebohongan. Kehobongan yang bagai bom waktu, akan meledak kapanpun, dan akan menyisakan kerusakan yang cukup parah setelahnya. Tak hentinya aku berucap syukur karena Allah telah membukakan mataku, menunjukkan keburukan Rion didepan mataku sekalipun itu sangat menyakitkan dan menimbulkan sedikit trauma, dulu. Dan lebih baik aku digunjing oleh orang lain dari pada aku harus merasakan ketidak bahagiaan jika suatu saat kedok Rion akhirnya terkuak ketika pernikahan sedang kami jalani.   2 tahun yang lalu. Aku dikasihani oleh banyak orang, gagal menikah karena calon suamiku berselingkuh. Aku tak peduli. Hampir 3 bulan aku berdiam diri di rumah ini, berusaha menjauhi apapun yang berhubungan dengan masa lalu kami, termasuk kota Jakarta, dimana tempat awal aku bertemu dengannya. “Nggak ada hubungannya sama Rion dek, emang belum ketemu aja jodohnya” ujarku padanya, lalu menyusap punggungnya. “Beneran nggak ada hubungannya kak?” tanyanya dengan nada ragu. Aku mengangguk pasti, karena setelah aku tau kalau Rion berselingkuh, rasa cinta itu seolah hilang, walau sempat sulit untuk move on. Bukan karena aku masih mencintainya, hanya sedikit waspada dan rasa takut yang mendera ketika seseorang menawarkan sebuah hubungan padaku. “Apartemen kamu udah jadi semuanya, sebenernya udah dari 2 bulan yang lalu sih” ujarku berusaha mengalihkan pembicaraan. “Serius?” tanyanya antusias. Aku memang tak menginformasikan apapun pada Amel, karena yang mengurus semuanya itu Jeremy, jadilah aku hanya mengontak Jeremy memperlihatkan hasil akhirnya. Dan dia puas dengan hasil kerja Reynald. Reynald, pria bermata keabu-abuan itu seolah hilang ditelan bumi, atau memang begitulah pria itu, atau karena kami memang tak memiliki hubungan sedekat itu. Aku tak bertemu lagi dengannya setelah semuanya selesai, dia mengurus bayarannya dengan Jeremy. Dia benar-benar sang pemikat hati dan menawan. Dia penuh pesona dan sayang sekali, aku tertarik hingga jatuh dalam pesonanya. *** Keluargaku sepakat untuk mengenakan kebaya ketika ijab Kabul akan berlangsung, seluruh wanita dikeluargaku sudah siap dengan kebaya berwarna coklat s**u yang begitu cantik dan anggun, rambutku bahkan sudah dipakaikan sangul kecil untuk menopang penampilanku kali ini. Luar biasa, aku merasa aku yang akan menikah hari ini. Mobil pengiring pengantin datang dan keluarga Jeremy turun dari mobil bersama keluarganya, dan ku dengar kali ini Kakak Jeremy akan datang, karena pada acara midodareni semalam pria itu belum bisa datang. Jujur saja aku cukup penasaran dengan pria yang sejak dulu tak pernah ku lihat. Ketika semua keluarga Jeremy yang tak seberapa datang dan keluargaku minus Amel menyambut kedatangan calon besan. Namun, Fokusku berada pada pria yang berdiri di samping kiri Papa Jeremy dan pria itu tersenyum padaku, seolah dia telah menemukan sesuatu yang menarik. Aku mengenal pria itu, setelah bertahun-tahun menghilang kami kembali dipertemukan dalam kondisi seperti ini. Ya Tuhan… rasanya aku ingin berhambur memeluk pria itu. Dia adalah pria yang sempat menjadi bagian dari hidupku 8 tahun yang lalu. Hansen….. mantan kekasihku sekaligus sahabatku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD