When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
“Ha ha ha! Leluconmu benar-benar menggemaskan, Bocah-bocah tak tahu diri!” tawa Kaili meledak di udara. Terdengar sedikit janggal sebab suaranya menunjukkan bahwa Kaili setidaknya ada di kisaran usia tiga puluh atau empat puluh tahun. Tetapi, Kaili bahkan menyebut para pendekar senior yang berusia enam puluhan tahun dengan sebutan ‘bocah’. “Ayo, kalian bisa maju satu per satu atau bahkan main keroyok. Bagiku itu sama saja!” Ketika Li Han hampir maju seorang diri, Dong Hengli berseru memberi peringatan. “Pendekar Li, Kaili yang saat ini memiliki kekuatan yang entah berapa kali lipat dari terakhir kita bertemu dengannya! Ada baiknya kalian menyerang bersama-sama!” Li Han menoleh ke belakang, seolah ia ingin mendengar penjelasan lanjutan dari Dong Hengli. Liu Danzo, Liu Zimin dan Patriark