When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
“Sialan! Kekuatan macam apa ini?!” Zhou Fu mengumpat. Kali itu ia mengumpat menggunakan mulutnya setelah beberapa saat sebelumnya ia berbicara panjang lebar tanpa menggunakan mulut. “Kita perlu banyak bicara!” celetuk gadis itu yang juga kini berbicara menggunakan mulut. Ia memejamkan mata seperti sedang membayangkan sesuatu. Tetapi, ketika ia ingin mengucapkan sebuah kalimat, terdengar suara langkah-langkah kaki mendekat. “Ada yang datang,” Zhou Fu bergumam. “Tak perlu kau perjelas! Telingaku tidak tuli!” sahut Zhao Yunlei dengan wajah sangat ketus, sepertinya apapun yang keluar dari bibir Zhou Fu tetap akan membuatnya merasa marah. “Aku tidak menuduhmu tuli!” sergah Zhou Fu tak mau kalah, “mengapa perempuan suka sekali marah-marah? Bukankah marah hanya membuang-buang tenaga? Di mana