When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Setiap kali kaki Zhou Fu menjejak ke bebatuan gua, ada sebuah tanda sepatu yang menjorok ke dalam seolah bebatuan tersebut hanyalah tanah gembur yang dilewati kaki pasca terjadi hujan. Patriark Yuan Kai mengerutkan alis tepat ketika melihat tanda kaki Zhou Fu bermunculan di permukaan batu. Jangankan dilewati kaki, hantaman tongkat besi saja belum tentu bisa membuat jejak di bebatuan goa di desa Malam. “Bocah ini memiliki sumber kekuatan lain selain dari tenaga dalam,” patriark Yuan Kai membatin. Dari jejak yang ditimbulkan kaki Zhou Fu yang mampu melubangi batu, jelas itu bukanlah kekuatan dari tenaga dalam aura hijau. Melihat lubang-lubang berbentuk jejak kaki itu, Patriark Yuan Kai mencoba menghitung berat beban tubuhnya. Ia lupa berapa ribu kilo bobot berat yang ia bebankan di punggun