When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
“Sial! Topeng ini sangat panas!” pekik Li Han sembari menarik tangannya dan mengibas-kibaskan telapak tangannya ke udara. Ia tak menyangka jika topeng itu bahkan lebih panas dari pada bara api. Tapi anehnya, bahkan tak tercium aroma terbakar dari kulit wajah Kaili. Dalam kesempatan berikutnya, Li Han melapisi tangannya dengan aliran tenaga dalam. Membuat permukaan tangannya akan terlindungi ketika ia melepas topeng emas yang selalu melekat di wajah Kaili, dan juga semua Keluarga Istana yang lain. Satu helaan napas. Dua helaan napas. Tiga helaan napas. Empat pendekar itu menanti dengan perasaan yang seragam. Penasaran, bagaimana rupa di balik topeng emas itu. “Menurutmu, apakah wajahnya akan sama dengan lukisan ini?” Liu Danzo menentengkan lukisan kulit lembu pada Liu Zimin dan Patriark