KERJASAMA

1490 Words
“Bukankah menurut kalian rencana Tuhan itu luar biasa? Mempertemukan kita dengan pasangan dengan cara tak terduga. Tetapi bisakah kita memotong bagian ‘perkenalan’ sebelum mulai berkencan? Jujur menurutku itu membosankan.”  -Siren Vegakira ***  Siren menatap laki-laki di hadapannya dengan senyum lebar, dia tidak berhenti mengamati dari atas sampai bahwah dan terus menggumamkan seruan bahagia sehingga membuat bingung laki-laki di hadapannya.  “Nona-“  “Siren,” potongnya, Siren mengulurkan tangannya. “Siren Vegakira.”  “Ah,” dia menerima uluran tangan Siren, menjabatnya. “Nash.”  “Nash?” ulang Siren. “Hanya ‘Nash’?”  “Ya. ‘hanya’ Nash.”  Mengangguk, Siren kembali tersenyum. “Great. Nama yang bagus.”  “Terima kasih,” jeda. “Jadi apa yang Nona- maksud saya.. Siren. Apa yang ingin Siren tawarkan pada saya?”  “Ah, jadi begini,” Siren berdehem. “Tolong jangan terkejut atau tertawa selama lima menit? Atau lebih. Jadi aku akan menjelaskannya padamu.”  “Silahkan.”  Siren tersenyum. “Aku adalah seorang penulis novel romansa-komedi, karirku baik-baik saja tetapi tiba-tiba editorku mengatakan bahwa karyaku akhir-akhir ini menyajikan kisah romansa yang monoton dan dia menyuruhku untuk mencari pasangan. Ini TMI tetapi aku sudah menjomblo selama enam tahun dan laki-laki yang dekat denganku hanya editorku.”  “Lalu kenapa tidak berpasangan dengan editor novel Nona Siren saja?”  Nash kembali menyematkan ‘nona’ tetapi tidak apa-apa, jenis laki-laki kaku yang cukup menarik perhatian Siren.   “Dia suami sepupuku.”  “Oh, maaf.”  “Tidak apa-apa,” Siren menggeleng, santai sekali. “Jadi Nash, kau sudah menikah?”  “Belum.”  “Sudah bertunangan?”  “Belum.”  “Sudah memiliki kekasih?”  Nash tersenyum. “Belum.”  Sial, lihat senyumnya.  “Lalu kau adalah pilihan yang tepat,” Siren bertepuk tangan sekali. “Kau ingin membantuku? Tidak, sebelum itu kau keberatan jika aku menanyakan umur dan pekerjaanmu? Maksudku.. aku memang sudah lancang menanyakan status hubunganmu tetapi begitulah. Berapa umurmu?”  “30 tahun bulan depan.”  “Sip. Bagaimana dengan pekerjaanmu?”  “Barista. Saya seorang barista.”  Menganga, Siren sampai berdiri. Jika dia tidak ingat harus menjaga image di depan pria bernama Nash ini- meskipun sebenarnya dia sudah menghancurkan sedikit imagenya- tetapi Siren ingin berteriak sekencang-kencangnya. Nash sangat cocok dengan lelaki impiannya!  “Nash, aku mungkin sudah keterlaluan tetapi.. maukah kau membantuku? Aku membutuhkan pacar- bukan pacar sungguhan yang melibatkan perasaan atau segala macam, hanya sementara.. kau bisa menyebutnya sebagai pacar sewa- jangan dulu tersinggung, aku akan membayarmu. Kau tahu.. berapapun- tidak, aku lupa aku tidak memiliki uang sebanyak itu. Mari diskusikan bayarannya setelah kau mengatakan iya.”  “Iya.”  “Oh my gosh!” Siren bertepuk tangan berkali-kali dengan keras. “Kau langsung menyetujuinya? Ini luar biasa, kenapa sangat sulit mencari pria sepertimu? Jika aku tahu kau ada di sekitarku, aku tidak akan menghabiskan waktuku selama tiga hari untuk berkenalan dengan sepuluh orang pria.”  Nash hanya diam, dia memperhatikan Siren dengan senyum kecil di bibirnya. Nash bahkan tidak menyela dan menunggu sampai Siren selesai dengan kata-katanya.  “Jadi sampai kapan saya akan menjadi pacar ‘sewaan’ Nona?”  “Luar biasa, kau bahkan tidak membahas bayaranmu dulu,” Siren mengambil napas, mencoba menenangkan dirinya yang terlalu bersemangat. “Sampai novelku selesai, kau tahu.. aku sedikit membutuhkan suasana romansa, apa yang biasa dilakukan orang-orang saat berkencan.”  “Baiklah, rencananya kapan Nona akan menyelesaikan karya Nona?”  “Sebelum tahun ini berakhir,” Siren terkekeh. “Empat bulan. Aku sudah menemukan ide baru sekarang, wajahmu membuat otakku berjalan dengan lancar.”  “Wajah.. saya?”  “Ah, kau tampan. Jujur saja, kau adalah tipe idealku.”  Nash tertawa, renyah sekali. “Jujur sekali,” katanya.  “Wow, suara tawamu juga bagus. Kau tidak ada niatan menjadi DJ radio? Voice act? Aku pikir aku akan menikmati acaranya.”  “Apa Nona selalu begini?”  “Huh?”  “Maksud saya.. jujur. Apa Nona selalu sejujur ini?”  Siren mengangguk. “Hm. Jika itu pujian maka aku akan berkata jujur.”  “Jika bukan?”  “Aku akan menyimpannya sendiri dalam hati. Terkadang ada orang yang tidak bisa kita nilai hanya dari penampilan luar dan ada pula orang yang belum bisa kita tebak watak aslinya bahkan setelah berteman selama bertahun-tahun,” Siren mengedikkan bahu. “Ada beberapa orang yang mau menerima saran tetapi tidak sedikit juga yang langsung merasa buruk setelah menerima saran. Kau tahu.. mental orang bebeda-beda dan kita tidak bisa langsung men-judge mereka dengan standar kita.”  Nash menatap Siren dalam. “Akan menyenangkan jika setiap orang memiliki pemikiran seperti itu.”  “Yah,” Siren meringis. “Tuhan menciptakan surga dan neraka dengan alasan, bukan?”  Tawa Nash kembali terdengar.  “Tetapi kenapa kau belum bertanya tentang bayarannya?”  “Oh,” Nash mengibaskan tangannya. “Tidak perlu. Saya akan melakukannya dengan sukarela.”  “Aku tidak bisa memiliki hutang budi dengan siapapun, bagaimana jika aku tidak bisa membalas kebaikanmu?”  “Eum,” Nash diam sejenak. “Kalau begitu traktir saya makan setiap harinya.”  “Tiga kali sehari?”  Dia terkekeh. “Tidak, hanya sekali dalam sehari.”  “Kau kaya?” tebak Siren tiba-tiba.  “Saya?”  “Melihat bajumu- maksudku kau memakai jaket kulit yang tidak bisa aku tebak harganya tetapi kau tidak bisa menyembunyikan harga asli dari kaos putih yang kau pakai, merknya terlihat jelas dan aku tahu itu asli.”  Nash memperhatikan pakaiannya. “Begitukah? Ya, keluarga saya.. berkecukupan? Nona bisa mengatakannya seperti itu.”  “Cukup untuk membeli kaos seharga tasku,” gumam Siren. “Kau serius tidak ingin dibayar? Mungkin aku tidak seberkecukupan seperti keluargamu tetapi penghasilanku lumayan.”  “Cukup traktir saya makan saja.”  “Dengar, Nash, jika kita keluar dari mall ini.. aku tidak akan menawarimu bayaran lagi, jadi cepat katakan sekarang.”  “Pakai saja uang itu untuk mentarktir saya.”  “Aku akan mentraktirmu dengan uang lain.”  “Tidak perlu karena saya juga akan memanfaatkan Nona.”  Siren tampak terkejut. “Ya?”  “Ah, menurut saya akan sangat menyenangkan bisa memiliki kekasih seornag penulis. Saya rasa kita bisa saling bertukar pendapat karena Nona pasti sudah tidak asing lagi dengan perbedaan karakter antar manusia.”  “Nash, aku tidak sehebat itu. Jika boleh jujur, terkadang aku terbawa emosi dalam karakter yang aku suka dan ikut tidak menyukai karakter antagonis atau sebaliknya.”  “Karena itu ini akan menjadi sangat menarik,” Nash tersenyum. “Nona ingin mencari pengalaman berpacaran setelah enam tahun sendiri dan begitupun juga saya.”  “Kau juga ‘sendiri’ selama enam tahun?” tanya Siren polos.  “Apa?” Nash terkekeh. “Tidak, bukan itu maksud saya.”  Salah tingkah, Siren berdehem. “Benar, kau tidak mungkin melajang selama enam tahun.”  “Saya baru melajang selama empat bulan, Nona.”  Tiba-tiba Siren memajukan tubuhnya. “Kau sudah memastikan bahwa mantan kekasihmu tidak akan datang padaku dan menyiramku dengan air?”  Menggelengkan kepalanya, Nash tersenyum. “Dia sudah memiliki suami, Nona.”  Siren menjentikkan jari. “Bersuami? Oke. Omong-omong mantan kekasihku sudah memiliki anak dan istri.”  “Mantan kekasih dari enam tahun yang lalu?”  “Kau meledekku?” Siren memicingkan matanya. “Apa-apaan nada suaramu?”  “Saya tidak mencoba untuk meledek Nona, saya hanya memastikan.”  “Ya, kau meledekku.”  “Nona belum bisa melupakannya?”  Jujur, Siren mengangguk. “Maksudku.. aku tidak memiliki niatan merebut atau kembali padanya tetapi aku bersamanya selama empat tahun dan tidak mudah melupakannya. Em.. kami putus karena alasan sepele dan ternyata dia langsung menemukan penggantiku- auh, sialan itu.. bagaimana bisa dia selingkuh dariku? Menurutku aku tidak kalah cantik dari istrinya.”  “Apakah ini tidak apa-apa? Nona banyak memberitahu saya tentang perasaan Nona.”  “Tidak apa-apa, aku mempercayaimu,” Siren berkedip dua kali. “Kau akan menyebarkannya?”  “Tidak,” Nash menggeleng dan tersenyum. “Untuk apa saya melakukan itu?”  Setelah membahas tentang apa yang harus mereka berdua lakukan, Siren mengatakan bahwa dia akan membuat kontrak resminya dan Nash mengiyakan segala perkataannya sehingga membuat percakapan mereka berjalan dengan sangat lancar, tanpa hambatan.  “Kau besok bekerja?” tanya Siren.  “Tidak, saya mulai bekerja lagi lusa. Ada apa?”  “Kau keberatan bertemu orangtuaku?” tanya Siren, dia meringis. “Aku hanya.. ini sudah keterlaluan, kan? Benar, tidak perlu-“  “Kita akan berangkat jam berapa?” potong Nash. “Ini hal baru, bertemu orangtua kekasih saya. Tentu saja saya akan melakukannya.”  “WAH,” Siren takjub. “Kau benar-benar ‘mudah’, kenapa aku baru menemukanmu?”  “Karena Nona tidak mencari lebih jauh?”  Menurut Siren, hanya ‘Nash’ ini sangat menakjubkan. Dia sempat berpikir bahwa Nash langsung setuju karena dia membutuhkan uang tetapi tidak, dia orang ‘berkecukupan’ dan tidak meminta bayaran. Lalu sekarang dia juga langsung setuju bertemu dengan orangtuanya.. apa Nash seorang kriminal? Ha ha, tentu tidak. Iya, kan?  Lalu.. kita nikmati saja?  ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD