PEREMPUAN MENARIK

1741 Words
“Ada beberapa hal dalam diri seseorang yang membuat kita tertarik dan untuk alasan-alasan sepele dan untukku melihat betapa santainya dia berbicara lalu caranya memuji orang lain, jujur dia membuatku tertarik dengan sangat mudah dan aku ingin tahu lebih tentangnya." -Nash *** Ramainya mall hari itu membuat Nash tidak bisa fokus kepada tujuan asalnya dan dia malah berakhir menelpon seseorang. “Dimana kau?” Terdengar suara ribut dari seberang telpon yang membuat Nash berdecak. Temannya memang benar-benar gila, mereka memiliki janji untuk bertemu tetapi entah dia sedang bersama siapa dan tidur di kasur siapa sekarang.  “Sepertinya aku tidak bisa pergi- hey, babe, aku sedang bertelepon, oke?” Dengusan Nash terdengar. “Kau pasti sudah gila, kekasih siapa yang kau tiduri?”  “Hei, man, dia masih perawan. Kau pikir aku siapa? Aku tidak pernah meniduri kekasih orang lain.” “Ya,” Nash berpindah tempat karena di tempatnya berdiri mulai ramai. “Seperti kau tidak hampir meniduri kekasih Papa mu.” Tawa terdengar dari seberang. “Bagaimana pun aku belum menidurinya. Hah, apa menurutmu aku harus menidurinya? Toh dia juga bersedia.” “Jangan mencari masalah dengan Papa mu, kali ini aku tidak ingin membantu.” “Tuan muda, kau jahat sekali,” sahutnya dan suara kekehan terdengar. “Kau akan membalas Nilam kali ini?” “Untuk?” “Dia merebut kekasihmu!” Nash mendengus. “Mereka sama-sama menginginkannya. Apa untungnya bagiku jika aku membalasnya? Aku tidak sedang berada dalam mood yang bagus untuk menyusun rencana balas dendam dan sebagainya.” “Benar, lagipula sampah memang cocok berada di tempat sampah.” “Rigel,” tegur Nash pelan. “Mereka manusia.” “Kau sedang mencoba melucu? Hah, selera humormu payah sekali.” Begitulah, Nash tidak pandai melontarkan candaan dan dia ingin sekali santai seperti Rigel tetapi dia tidak bisa, atau mungkin dia belum menemukan orang yang tepat dan karena itu dia tidak bisa melakukannya? “Jadi kau tidak akan membalasnya?” Rigel tampak kecewa. “Man, aku bahkan sudah menyiapkan alkohol untuk merayakan kemenanganmu.” “Sudahlah, selesaikan urusanmu dengan wanita itu dan temui aku malam ini.” “Kau tidak ingin mencari wanita? Kenapa selalu menggangguku?” “Kenapa harus mencari ketika kau ada?” Rigel terus mengumpat, merasa jijik dengan perkataan Nash dan membuat laki-laki berjaket hitam dan berdiri sendirian di sebelah toilet di dalam mall itu tertawa karena merasa leluconnya berhasil membuat Rigel emosi. “Cari wanita lain saja,” ujar Rigel sambil berdecak. “Kau akan menemukan yang lebih dari Aylin, jadi berhenti menyalahkan diri-“ “Aku tidak pernah menyalahkan diri,” aku Nash, dia tersenyum miring.  “Ya, kau tidak menyalahkan diri." Rigel mengangguk meskipun dia tahu temannya tidak bisa melihatnya. “Kau hanya terus bertanya-tanya apakah kau kurang untuknya. Dengar, man, wajah polos tidak menjamin segalanya. Dia selingkuh dengan sepupumu sendiri, dengan orang gila ambisius yang selalu memusuhimu tanpa alasan.” Temannya itu selalu berhasil melukai harga dirinya dengan fakta-fakta. Nash sendiri langsung masuk ke dalam toilet setelah panggilan terputus, hanya ada dua orang di dalam jadi dia masuk ke dalam bilik toilet hanya untuk duduk. Lima menit. Tepat lima menit Nash langsung berdiri dan keluar dari bilik sebelum dia melihat seorang wanita berdiri di ambang pintu dengan tatapan takjub dan ... dia bersiul. Siapa wanita ini? Orang aneh? “Wow ... tampan sekali.” Nash menaikkan alisnya. “Sepertinya Anda salah masuk toilet, Nona,” tegurnya. Menunggu wanita- tidak, apa dia masih anak-anak? Dia baru masuk kuliah atau masih sekolah? Pertanyaan seperti itu tiba-tiba muncul di benak Nash. “Ah,” dia mengedip-ngedipkan matanya. “Di sini bukan toilet wanita? Ah, perutku!” Dia bahkan tidak terlihat terkejut melihat Nash dan sekarang dia bertanya apakah itu toilet wanita? Bukankah itu sudah jelas? Tidak mungkin Nash yang salah masuk toilet, bukan? “Bisakah aku memakai sanitary pad ku di sini?” Itu bukan pertanyaan sepertinya karena wanita itu langsung menepuk lengannya dan masuk ke dalam bilik toilet di belakangnya. “Tolong tetap berjaga di sini, aku janji ini tidak akan memakan waktu lama,” teriak wanita itu dari dalam bilik. Apa Nash perlu kembali menegurnya? Ya, tentu saja. “Nona? Toilet wanita-“ Namun belum selesai dia berbicara, wanita itu sudah memotong perkataannya dan meminta Nash untuk tidak meninggalkannya sendiri karena ada satu hal yang ingin dia tawarkan padanya dan saat itulah Nash mendengar permintaan tolong paling lucu seumur hidupnya. Namanya adalah Siren, seorang penulis novel romansa-komedi dan sedang mencari seorang laki-laki untuk menjadi kekasih sewaannya selama empat bulan sampai novel yang sedang dikarangnya selesai- “Kau ingin membantuku? Tidak, sebelum itu kau keberatan jika aku menanyakan umur dan pekerjaanmu? Maksudku.. aku memang sudah lancang menanyakan status hubunganmu tetapi begitulah. Berapa umurmu?” -dan menurut Nash, Siren ... dia sangatlah lucu. “30 tahun bulan depan,” jawab Nash cepat. Siren mengacungkan jempol. “Sip. Bagaimana dengan pekerjaanmu?” “Barista,” Nash tersenyum kecil saat menyebutkan pekerjaannya. “Saya seorang barista.” Saat itulah Nash melihat betapa bersemangatnya Siren, dia tampak bahagia sekali setelah mendengar pekerjaannya dan Nash bisa melihat itu dari ekspresi wajahnya yang sangat ceria. Nash tidak tahu akan ada orang yang bereaksi seheboh itu setelah mendengar pekerjaannya, Nash jadi bertanya-tanya apakah Siren menyukai kopi atau apakah bahagia bisa sesederhana itu? Nash.. ingin lebih banyak melihat sisi Siren. “Nash, aku mungkin sudah keterlaluan tetapi.. maukah kau membantuku? Aku membutuhkan pacar- bukan pacar sungguhan yang melibatkan perasaan atau segala macam, hanya sementara.. kau bisa menyebutnya sebagai pacar sewa- jangan dulu tersinggung, aku akan membayarmu. Kau tahu.. berapapun- tidak, aku lupa aku tidak memiliki uang sebanyak itu. Mari diskusikan bayarannya setelah kau mengatakan iya.” “Iya,” jawabnya langsung. Seperti yang Nash katakan dalam hatinya, dia ingin melihat Siren lebih sering dan karena Siren adalah seorang penulis, dia ingin mengenal gadis itu lebih jauh untuk beberapa alasan. Lagi-lagi reaksi heboh Siren menjadi pemandangan yang menyenangkan untuk Nash. Dia kemudian dengan semangat menawarinya gaji tetapi Nash hanya meminta ditraktir saja, uniknya Siren langsung menebak bahwa kaos yang dipakainya adalah buatan desainer dari merk ternama dan dia percaya kaos yang aku pakai itu asli. Ada banyak yang Nash ingin tahu dari Siren, dia ingin melihat sisi lain dari orang lain dan mempelajarinya- bukan untuk hal-hal buruk, dia hanya ingin lebih memahami orang lain dengan banyaknya perbedaan karakter di sekitarnya. “Kau benar-benar ‘mudah’, kenapa aku baru menemukanmu?” tanya Siren, dia kembali memasang ekspresi takjub. Dia sangat jujur dan tidak bisa mengontrol ekspresi wajahnya. “Karena Nona tidak mencari lebih jauh?” balasku. Lalu kami berpisah tidak lama setelahnya, dia pergi dengan taksi tetapi kami melupakan sesuatu; tidak bertukar nomor ponsel. Berhubung taksi yang ditumpangi Siren sudah agak jauh, Nash langsung menghentikan taksi lain dan meminta supir taksi untuk mengikuti taksi di depannya. “Bagaimana bisa selucu ini?” Nash terkekeh. “Bagaimana cara aku menemuinya besok jika dia tidak memberikan nomor ponselnya padaku?” Sepertinya Siren memang lupa dan karena itu juga sekarang sekarang Nash juga sampai di kawasan apartemen dengan taksi yang ditumpanginya. Entah Siren sadar bahwa dia sedang diikuti atau tidak tetapi saat penulis itu turun dari taksi, dia bahkan tidak menoleh ke lagi dan berjalan tenang. “Dia benar-benar lupa atau dia sengaja melakukannya? Dia tidak mungkin menipuku, bukan?” Nash turun dari taksi, dia memperhatikan Siren yang berjarak sekitar sepuluh langkah di depannya dan ketika Nash berniat untuk memanggilnya, Siren sudah membalikkan badannya. “Tak- oh?” dia menunjuk ke arah Nash. Ekspresinya benar-benar terkejut tetapi dia kemudian mengusap dadanya dan menghela napas lega. “Oh Tuhan, bagaimana bisa kau ada di sini?” “Mengikuti Nona,” jawab Nash, dia menoleh ke belakang dan menunjuk taksi yang ditumpanginya. “Kenapa Nona tiba-tiba berbalik?” “Aku lupa meminta nomor ponselmu,” dia terkekeh. “Lalu bagaimana denganmu? Kenapa mengikutiku?” “Agar Nona dapat meminta nomor ponsel saya,” Nash mengedikkan bahu. “Bukankah kita harus bertemu besok?” “Ya,” Siren mengeluarkan ponselnya. “Berapa nomor ponselmu?” Nash menyebutkan nomor ponselnya dan Siren langsung menghubunginya. “Dimana kita akan bertemu besok?” “Bandara.” “Huh?” Siren tersenyum. “Ini cara yang licik tetapi kau sudah menyetujuinya.” “Dimana rumah orangtua Nona?” “Lawang, Malang.” Melihat Siren yang tidak terlihat bersalah sama sekali, Nash ikut tersenyum. “Saya benar-benar sudah dijebak rupanya.” “Oh?” Siren menahan tangan Nash. “Kau tidak bisa mengurungkannya, aku sudah terlanjur bahagia jadi jangan membatalkan semuanya. Kau tidak merasa kasihan padaku? Meskipun tidak, tolong bantu aku, hm?” Nash tidak menolak atau mengiyakan, dia hanya menatap Siren. “Bagaimana, ya? Eum.. kau tahu, aku akan membayar semua biaya kita berdua menuju Malang jadi kau tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun. Tolong bantu aku, jika tidak mereka akan mulai menjodohkanku dengan duda banyak anak atau dengan laki-laki yang tidak ingin memiliki anak,” Siren masih menggenggam tangannya. “Nash? Aku akan menulis di tempat kau bekerja, aku akan meningkatkan angka penjualanmu sehingga kau akan dianggap pahlawan oleh bosmu jadi tolonglah penulis yang sedang putus asa ini.” “Apa selain membantu Nona dalam menulis sekarang saya juga harus membantu Nona menghadapi masalah keluarga?” “Itu.. jika ada masalah dalam keluargamu dan kau butuh bantuanku, langsung kabari saja aku. Bagaimana? Aku mohon jangan mundur, sangat sulit menemukan orang sepertimu.” Mengangguk, Nash menatap tangan Siren yang masih menggenggamnya dengan erat. “Baiklah, jam berapa penerbangannya?” “YES!!” Siren mengepalkan kedua tangannya, selebrasi. “Aku sudah memesan tiket di dalam taksi tadi dan tara.. jam setengah sepuluh pagi. Kita tidak akan lama di rumah orangtuaku, hanya menunjukkan wajah sebentar dan kita bisa jalan-jalan sebentar entah itu ke museum atau tempat wisata lainnya dan pulang pada sore harinya.” “Bagus,” Nash balik menggenggam tangan Siren dan gadis itu langsung terkejut. “Apa kita bisa memulainya sekarang?” “Huh?” Siren mengedip-ngedipkan matanya. “Memulai apa?” “Hubungan kita,” Nash tersenyum, dia mendekatkan wajahnya ke wajah Siren dan melihat bagaimana bola mata gadis itu hampir keluar karena terkejut dengan tindakannya. Sayangnya, Nash hanya ingin berbisik. “Aku akan meninggalkan panggilan Nona mulai dari sekarang dan karena kau sangat jujur, aku juga akan melakukannya. Kau.. cantik.” Lalu semuanya akan dimulai dengan sangat natural. Nash ingin mengetahui tentang Siren lebih jauh, dia ingin melihat bagaimana seorang penulis menjalankan imajinasinya dan mengubahnya dalam bentuk tulisan yang akan membuat pembacanya terhanyut. Mari kita mulai saja. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD