Menolak

1002 Words
Dhira terus mencerna cerita Vero dengan seksama, mendengar alur cerita yang begitu rumit, bahkan dirinya mampu merasakan bila dia berada di posisi masa itu. Hingga akhirnya Vero kembali mengingat kan Dhira pada masa mereka bersama menjalin hubungan. "Bahkan aku masih menyimpan sesuatu yang akan aku berikan untuk mu hari itu." Vero menyentuh kulit halus tangan Dhira, kali ini tak ada penolakan dari sang pemilik mungkin karena ia terlalu larut dalam cerita itu. Dhira menatap Vero dengan wajah bingung, seolah bertanya melalui tatapan mata nya yang sangat dalam. "Dhira, percayalah aku tidak pernah berniat untuk meninggalkan kamu. Perasaan aku masih sama seperti yang dulu, belum ada satu pun perempuan yang menggantikan posisi kamu di hati aku." smbil mengelus lembut punggung tangan Dhira, terlihat jelas dari wajah Vero bahwa ia berkata sungguh sungguh. Dhira terdiam, masih tak bersuara, menghela nafas perlahan mengatur setiap detak jantung yang berdegup begitu cepat membuat d**a terasa begitu sesak. "Hubungan kita tidak bermasalah, hanya saja kesalah pahaman yang membuat kita terpisah jarak tanpa komunikasi." Tatapan mata yang penuh dengan harapan membuat Dhira luluh lantah seakan kembali pada masa lalu. "Tapi kenapa kamu enggak pernah menghubungi aku? Empat tahun kamu pergi tanpa kabar, dan sekarang kamu kembali begini saja? Kamu pikir aku apa?" Perkataan Dhira tak serta merta membuat Vero kehabisan cara untuk membujuk sang pujaan hati untuk menerima nya kembali. Genggaman tangan yang sedari tadi begitu erat, kini mulai renggang saat Vero merongoh salah satu kantong celana nya. Dhira mengerutkan dahi nya menatap penuh tanya pada setiap pergerakan Vero. Sebuah kotak kecil bulat berbahan buldru berwarna merah hati terletak rapi di antara tangan mereka berdua. Vero membuka tutup kotak tersebut menampilkan kilauan indah di dalam nya, sebuah cincin berlian dengan potongan princess yang memukau. Biasa nya wanita yang menjadikan potongan berlian princess sebagai model berlian favoritnya adalah sosok yang disiplin dan terorganisir. Mereka juga menyukai fashion dan merupakan wanita yang berjiwa modern tapi memiliki respek tinggi terhadap masa lalu sesuai dengan kepribadian Nadhira. Sungguh terkejut nya Dhira hingga membuat mata nya membulat sempurna dengan tangan satu tangan yang menutupi mulut nya menatap Vero penuh makna, bisa di bilang penuh harap. "Vero..." menanti sebuah penjelasan dari pemilik cincin tersebut. "Aku mau kamu menjadi pendamping hidup ku Dhira, menyambung kembali harapan deni harapan yang dulu pernah kita inginkan berdua sampai tuhan yang memisahkan raga kita." Tulus, itu lah yang tertangkap dari sorot mata pria yang menginginkan perempuan cantik ini, tak ada sedikit pun kebohongan yang terlihat. "Are you serious?" kata itu lah yang dapat Dhira ucapkan di balik kebahagiannya. Sambil mengangguk lalu mengatakan "Very serious." Dengan wajah yang benar ada nya, keseriusan itu seolah mampu mengobati luka yang telah lama terpendam. Guratan bahagia terpampang nyata di paras cantik Dhira, semua penantian dan rasa sakit yang tertahan selama kurang lebih empat tahun terakhir terbayar lunas. Senyuman yang terbit di wajah itu harus nya sudah dapat menjadi isyarat bahwa ia menerima ajakan dari sang pemilik cincin berlian indah tersebut, tapi tiba tiba senyuman itu perlahan menghilang di iringi gerakan menarik tangan yang di genggam Vero. Vero mengerutkan dahi nya melihat perubahan wajah Dhira yang terlihat begitu jelas. "Kenapa?" dengan lembut Vero bertanya. Dhira menggeleng samar, menarik nafas perlahan "Maaf, a-aku enggak bisa menerima nya." Dhira terbata bata untuk mengatakan penolakan ini, lidah terasa kelu fikiran dan hati nya kini tak sejalan. "Tapi kenapa Dhira? Aku sudah mempersiapkan semua nya untuk kamu. Apa kamu masih belum bisa maafin aku?" sngguh kecewa perasaan Vero saat ini, sedih, kaget, semua jadi satu. Dhira menundukkan pandangan nya sejenak, menghirup oksigen sebanyak mungkin, perlahan pandangan nya kembali terarah pada sosok pria yang sangat mencintai nya "Aku sudah memiliki calon suami." Entah siapa yang dimaksud oleh perempuan itu, tapi ucapan nya begitu tegas membuat Vero menggeleng tak percaya. "Siapa? Aku tahu kamu juga masih mencintai aku Dhira. Kamu tidak bisa membohongiku." Tak terima dengan penolakan yang di lakukan oleh Dhira, sebisa mungkin ia meminta Dhira untuk tetap bersama nya. Tak sanggup untuk menipu perasaan nya sendiri, tak ingin terjebak di dalam kesedihan mendalam Dhira bangkit dari tempat duduk nya "Maafkan aku Vero. Aku harap kamu jangan mencari aku lagi." Dengan air mata yang menggenang di pelupuk mata indah nya, Dhira pergi meninggalkan Vero yang masih mengharapkan nya, meninggalkan begitu saja makanan favorit mereka berdua tak tersentuh sedikit pun. "Dhira... Dhira..." teriak Vero untuk menghentikan langkah Dhira, tapi kenyataan nya Dhira memilih untuk tetap melangkah kan kaki nya menjauh dari Vero. Di selimuti rasa yang berkecamuk di d**a nya, Vero hanya bisa tertunduk lemah meraup wajah nya secara kasar sambil menatapi cincin berlian yang sengaja di persiap kan nya dari jauh jauh hari untuk melamar sang pujaan hati. Jika dulu tempat ini menyisakan luka mendalam bagi Dhira, kini pun kembali menyisakan luka dan kesedihan mendalam untuk Vero, seolah karma sedang menunjukkan jati dirinya pada Vero. **** Dhira yang tengah mengemudikan mobil nya kembali harus meluapkan perasaan nya yang tak menentu saat ini dengan menumpahkan semua bendungan air mata yang sejak tadi di tahan nya. Suara isak tangis yang pecah menjadi pengganti irama musik di dalam mobil itu, membiarkan d**a nya di penuhi sesak yang begitu menyusahkannya untuk bernafas. Dhira menghentikan laju mobil nya saat melewati salah satu tempat favorit mereka, taman bunga dengan beberapa ayunan gantung di dalam nya. "Kamu tahu perasaan ku yang sebenarnya. Seandainya dulu kamu enggak pergi ninggali aku tanpa kabar, mungkin saat ini aku perempuan yang merasa paling bahagia di dunia ini Vero." Membiarkan air mata membasahi pipinya, merasakan sakit yang telah lama terpendam. Semua kenangan indah mereka sewaktu bersama terlintas begitu jelas, seakan waktu kembali pada empat tahun silam, Dhira dan Vero bagaikan dua magnet yang saling bersatu, mereka juga di gadang gadang menjadi best couple yang sangat serasi dari segala sudut yang terlihat, terutama paras keduanya yang terlihat sedikit memiliki persamaan di bagian tertentu. 'Aku enggak tahu sampai kapan aku bisa membohongi perasaan ini. Jika tuhan masih mengizinkan kita bersama, aku janji enggak akan pernah melepaskan kamu, Vero. Tapi jika tuhan berkata lain, aku selalu mendoakan yang terbaik untuk kita berdua.' Batin Dhira.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD