Zidan memutus panggilannya dengan menggenggam ponsel tersebut. Meremas dengan perasaan geram yang terpatri jelas di urat wajahnya. Apalagi saat mendengar Darek akan terbang ke Indonesia, membuatnya semakin bersemangat untuk menyambut kedatangan kakak yang selalu menjadi kesayangan Ibunya. Senyum smirk terlihat di sudut bibir Zidan yang sudah menantikan kakak tercinta nya.
Seorang kakak yang membuat sang Zidan menyimpan emosi tersembunyi di dalamnya. Tentu saja itu karena kejadian lima tahun lalu tidak luput dari ulah kakaknya. Meski Zidan tidak menemukan bukti secara detail, namun Zidan tahu dengan pasti bahwa Darek juga sempat menyukai Eleana.
'b******n itu. Untuk apa dia mengikutiku ke Indonesia?! Apakah dia kali ini juga menargetkan calon istriku? Sungguh jika itu terjadi. Aku tidak akan memaafkan mu, Darek!!' tangan Zidan mengepal erat, mata tajamnya menatap nyalang ke depan. Membayangkan apa saja yang terlintas di dalam pikirannya.
Di depan halaman yang sudah terparkir mobil sport, langkah Zidan terhenti lalu menoleh ke arah Dean. "Dean, 2 hari lagi persiapkan party meriah untuk menyambut kedatangan kakak tercinta ku. Dia tidak boleh kekurangan sedikitpun disini."
Segera Dean menyahut perkataan Zidan, padahal ia sedang fokus pada note yang di tangannya. Memindai jadwal Zidan hari ini agar tidak saling bertubrukan, "Baik Tuan Muda, adakah hal lain yang Tuan butuhkan?".
"Perintahkan sopir untuk mengantar Nabila ke kampus, aku tidak ingin mata-mata orang tuaku mengetahui kontrak pernikahan ini. Semua harus berjalan sesuai rencana".
"Baik Tuan, saya akan memerintahkan seseorang untuk mengantar jemput Nona Nabila." Jawaban terakhir Dean juga mengakhiri pembicaraan mereka pagi ini.
Dean segera membukakan pintu samping mobil tersebut dan mempersilahkan Zidan untuk masuk. Zidan memasuki mobil bersama Dean untuk menuju kantor Kenward Education. Karena memang agenda pagi yaitu memantau kinerja di kantor pusat Kenward Education, lalu siangnya adalah mendatangi pelabuhan banyu Biru untuk mengambil alih pelabuhan tersebut.
Target Zidan kali ini tidak lebih dari me monopoli pasar gelap kawasan Asia. Lewat jalur laut dan udara inilah, nantinya yang akan menjadi penghubung transaksi antar Negara di Asia. Karena Zidan memang dari awal ingin melebarkan sayapnya di benua Asia ini, sekaligus mencari serpihan petunjuk mengenai keberadaan Eleana, kekasih hatinya, yang kemungkinan keberadaannya di Asia cukup besar.
-
Pintu gerbang menjulang tinggi, menyapa setiap staff maupun mahasiswa yang akan memasuki kawasan Universitas atau kantor Kenward. Karena memang antara kantor dengan Universitas nya sendiri masih dalam satu ruang lingkup.
Berbagai kendaraan dari berbagai merk dan model berlalu lalang masuk melewati gerbang yang sama. Tak luput pula dengan Nabila yang sedang berjalan kali memasuki gerbang sambil memakan makanan yang ada di tangannya dengan menunjukkan ekspresi lucu dan menggaskan.
Bagaimana tidak, saat sedang memakan makanan sambil berjalan, Nabila sempat-sempatnya menggerutu. Zidan tahu itu dari mimik wajah yang Nabila perlihatkan.
"Dean, pelankan laju mobilnya." Perintah Zidan. Tentu saja untuk memperhatikan kelakuan calon istrinya yang bersikap acuh dengan kelakuannya.
Mobil melambat dan kini berada di belakang Nabila. Mengikuti dengan sangat hati-hati dan lambat agar tidak tertangkap basah. Beberapa kali senyum tipis tercetak di bibir Zidanekspresi mengamati calon istrinya, hingga merubah seketika perangaian Zidan yang terkenal berjiwa dingin minim ekspresi.
Sesampainya di jalur yang mencabang kedua arah yang berbeda, yaitu menuju Universitas dan satu sisinya adalah kantor yang mengelola yayasan Kenward. Dan disinilah Zidan tanpa sengaja menangkap sebuah hal yang membuat tangannya mengepal erat.
'Belum juga kontrak pernikahan itu berlaku, kau sudah berani bermain di belakangku, gadis nakal! Lihatlah, apa yang akan aku lakukan padamu nanti.' batin Zidan menatap tajam.
Di lihatnya seorang pria berkulit sawo matang menghampiri Nabila, bahkan sampai mendekap Nabila dari samping. Nampak sangat akrab dan mesra?!
Jauhkan pikiran kalian dari pikiran bahwa seorang Zidan cemburu. Ia hanya sangat tidak suka jika sesuatu yang sudah di klaim miliknya fi sentuh oleh orang lain meski itu seorang wanita sekalipun. Namun Zidan hanya membuang muka dari arah jendela pintu mobil, "Dean, mengapa begitu lamban! Percepat laju mobilnya"
Dean yang mendengar perkataan Zidan hanya bisa mengiyakan sambil melihat Zidan dari balik cermin yang menyorot tepat di belakangnya. Dean hanya bisa menghela napas melihat raut wajah Zidan yang tetap tenang meski nampak gurat kekesalan.
Ekspresi yang telah lama Dean tidak melihatnya dari seorang Zidan yang hanya tahu menyimpan kebencian dan menyimpan segudang penyesalan dan amarah. Dean yang melihat Zidan mampu menunjukkan guratan lain di wajahnya, tentu saja itu sebuah kabar baik. Setidaknya Zidan ada sedikit perubahan di hidupnya dan perlahan melupakan masa lalunya.
-Kantor Kenward Education.
Pagi ini seperti biasa, semua pegawai, staff dan para dosen sudah berada pada pekerjaan masing-masing. Dan Zidan sendiri sudah duduk di kursi kebesaran nya yang berada di lantai paling atas di gedung.
Sebuah ruangan yang cukup luas yang di rancang dengan dinding kaca, memperlihatkan langsung keadaan taman kampus. Dari ruangan Zidan tepat di belakang kursi kebebasannya, mampu menangkap hampir keseluruhan gedung masing-masing fakultas di kampus.
Kini Zidan sedang memeriksa Berkas-berkas yang masuk, apalagi sebentar lagi akan ada tahun ajaran baru. Maka dari itu, dari bagian staff administrasi pendaftaran dan modul pembelajaran baru menyerahkan beberapa berkas untuk di tinjau kembali.
Dean sendiri sedang melakukan tugasnya di samping ruangan Zidan. Selain membantu pekerjaan formal, Dean juga yang menjadi penghubung antara Zidan dengan markas pusat The Darkness.
Hampir 3 jam lebih Zidan berkutat dengan semua berkas dan laptop di depannya tanpa henti dan saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 11.00 siang. Zidan menutup laptopnya dan berkas yang berserakan di meja sudah selesai di kerjaan. Ia memutar kursi hitam yang di tempatinya. Dan kini nampak sebuah taman yang di kelilingi bangunan kampus.
Lagi-lagi mata Zidan tidak sengaja menangkap sosok wanita yang sempat membuatnya geram sedang berada di taman bersama seorang wanita yang nampaknya adalah teman Nabila. Zidan memutar kursinya kembali ke posisi semuala. Dengan suara lantang, Zidan memanggil Dean. "Dean!"
Dengan segera pintu terbuka dan datanglah Dean dengan raut tanya. "Ada apa Tuan memanggilku?"
"Perintahkan mahasiswi yang bernama Nabila Keisya Sunjaya untuk menghadap kantorku. Segera!" Titah Zidan tidak menerima penolakan.
"Baik Tuan." Dean keluar dari ruangan tersebut.
"Calon istriku. Kita akan bertemu lagi. Lihatlah, kali ini bagaimana kau akan bersikap?!" Zidan memasang senyum smirk di bibirnya. Menandakan bahwa sang pemangsa sudah menetapkan buruannya.
***
Hallo kakak. Maaf yah, Bintang bari up setelah setengah bulan hiatus. Setelah ini Bintang akan mencoba update normal meski tidak tiap hari. Hehe.. Karena pekerjaan dunia nyata pasti lebih penting. Ayo donk.. Tinggalkan jejak dengan berkomentar, agar bintang tahu siapa ajh yang baca dan bintang pastiin akan update sering sesuai dengan respon kalian.
Selamat membaca