Chap 8. Gadis bernama Eleana

1114 Words
Flash back 5 tahun yang lalu, Zidan yang pada waktu itu masih berumur 22 tahun mempunyai kekasih kecil yang bernama Eleana Wilson yang baru berumur 17 tahun. Meski jarak umur mereka cukup jauh, namun hubungan yang sudah mereka jalin cukup untuk membuat keduanya merasakan jatuh cinta. Tepat di malam ulang tahun Eleana, Zidan sengaja membawa Eleana ke sebuah taman dengan lentera sebagai cahaya. Di tengah hamparan bunga Zidan sudah mempersiapkan sebuah meja dengan cake tart serta satu buah kado kecil. Eleana yang melihat hal itu tentu saja merasa takjub dan semakin mengagumi sosok Zidan yang penuh dengan kejutan. "Zidan, apa semua ini kamu yang mempersiapkannya?" Tanya Eleana dengan senyum datarnya, tidak biasanya bagi Eleana yang periang berubah begitu pendiam tanpa ekspresi. "Karena malam ini adalah ulang tahun gadis kecilku, tentu saja aku harus memberimu kejutan," Zidan menyalakan lilin yang berada di cake. Dia mengambil cake tersebut dan membawanya ke hadapan Eleana untuk di tiup,  "Eleana buatlah permohonan dan tiup lilinnya." Eleana dengan tersenyum manis memejamkan matanya untuk membuat permohonan dan meniup lilinnya. Entah mengapa, Zidan merasa Eleana terlihat berbeda dengan dirinya yang biasanya. Meski Zidan merasa ada yang janggal dari sikap Eleana, namun ia enggan untuk merusak suasana yang sudah di nantikan. "Selamat ulang tahun Eleana". Zidan meletakkan cake di meja, Zidan dengan sengaja melingkarkan tangannya di pinggang Eleana disaat mereka sedang berdiri berhadapan satu sama lain. "Hei Zidan, apa yang sedang kamu lakukan?". Bisik Eleana yang merasa risih melihat tangan Zidan yang seenaknya melingkar di pinggang nya. "Diamlah, biarkan aku memelukmu". Zidan mengecup kening Eleana dengan lembut dan memeluknya tanpa mendengar perkataan Eleana. Pelukan hangat Zidan membuat Eleana membalas pelukan tersebut, untuk sejenak mereka terdiam tanpa berkata-kata. "Eleana, katakan.. Sebenarnya apa yang sedang kamu sembunyikan. Mengapa kamu terlihat begitu gelisah?" Bisik Zidan lembut. Mendengar pertanyaan Zidan sontak Eleana terkejut, ia dengan cepat melepas pelukan Zidan. Zidan yang mendapat perlakuan tidak biasa dari Eleana semakin merasa bahwa Eleana sedang dalam keadaan tidak baik. "Zidan.. Kita menjalin hubungan sudah 2 tahun lamanya. Jika aku mengatakan aku yang saat ini ada di hadapanmu, suatu saat berubah menjadi sebuah bidak tanpa hati dan perasaan dan menghancurkan segalanya yang ada didepanmu, apakah kamu akan tetap mencintaiku?" Eleana berkata dengan lirih dan mengalihkan pandangan nya agar tidak melihat kedua manik tegas Zidan. "Apa maksudmu Eleana, Apakah ada seseorang yang sedang mengancammu?". Tanya Zidan tegas. Ia meraih wajah Eleana dan memaksa Eleana untuk melihat kedua matanya. Namun dengan kasar Eleana melepas tangan Zidan dan balik menatap Zidan. "Meski tidak ada yang mengancamku sekalipun, orang tuamu tidak pernah menyukaiku. Mungkin apa yang di pikirkan orang tuamu ada benarnya juga". Jawab Eleana dengan tatapan sayu di selimuti senyum simpul untuk menggambarkan perasaannya saat ini. "Eleana, orang tuaku memang kurang menyukaimu. Tapi itu tidak ada hubungannya dengan hubungan kita!  Kamu tahu, aku selalu berdiri tegak di depan semua orang yang menentangku. Bagiku, semua yang ada di depan ku tidak ada yang mampu keluar dari dalam kendaliku. Tapi satu hal yang tidak dapat aku kendalikan dan aku pahami di dunia ini, yaitu tentangmu dan perasaanmu. Sejauh apa kamu menyembunyikan niatmu, atau sedalam apa kamu membohongiku, aku benar-benar tidak dapat mengukurnya. Hanya kamu yang dapat memporak-porandakan benteng ketegasan ku, Eleana.” "Zidan, dunia begitu luas. Ada begitu banyak hal yang lebih mengerikan dari pada sebuah kematian. Mungkin ini terakhir kalinya kita dapat bersama untuk jangka waktu yang lama. Kamu boleh membenciku seumur hidup mu, meski begitu aku tetap tidak akan bisa kembali padamu lagi.” Eleana berjalan mundur dengan air mata yang jatuh dari kelopak matanya yang memang sudah tidak dapat di bendung. Zidan melangkahkan kakinya untuk mendekati Eleana, namun wanita itu mencegah nya, "Cukup. jangan mendekat lebih dari ini!". Tegasnya. Eleana membalikkan badan dan berjalan menjauh dari pandangan Zidan.  Flash Back Off "Jangan.. Jangan pergi Eleana. Tidak..!". Seketika Zidan terbangun dari tidurnya dengan keringat dingin yang membasahi sekujur tubuhnya. "Huft.. mimpi yang sama. Mengapa aku selalu di hantui perasaan menyakitkan ini?". Zidan bangun dari tidurnya, sudah 5 tahun lamanya Zidan terus di hantui dengan mimpi yang sama, seakan ia terus terikat dengan hubungan yang kandas tanpa penjelasan yang pasti dari Eleana. Hilangnya Eleana setelah hari itu merupakan pukulan terberat bagi Zidan. Bukan karena dia terlalu menggila karena cinta, namun karena kepergian Eleana yang membawa seluruh perasaan Zidan hingga tidak tersisa sedikit pun untuk orang lain, membuat Zidan tidak terima dengan orang yang membuat hubungannya dengan Eleana kandas begitu saja. Matahari telah terbit, wajah gusar dan pucat yang mewarnai wajah Zidan buru-buru di hilangkan dengan menyiramkan air shower di atas kepalanya. Rasa hangat air yang membasahi tubuhnya mampu melebur kegusaran yang menyelimuti perasaannya. Setelah selesai mandi, Zidan keluar dari kamar mandi dengan memakai handuk kimononya. Dia mengambil setelah jas yang ada di lemari pakaian, serta aksesoris seperti jam tangan swiss yang selalu melekat di pergelangan tangannya. 15 menit telah berlalu, Zidan keluar dari kamar menuruni tangga menuju ruang makan. Disana sudah ada Dean yang berdiri menunggu Zidan keluar. Zidan duduk di meja makan yang sudah penuh dengan sarapan yang di siapkan oleh para pelayan. "Tuan Muda, agenda anda hari ini adalah meninjau pelabuhan yang sudah anda targetkan". "Bagaimana dengan pihak mereka, apakah mereka setuju untuk memindah hak kepemilikan dari Pelabuhan tersebut?". Tanya Zidan sembari memakan sarapan yang ada dihadapannya. "Menurut informasi yang didapat, Direktur dari pelabuhan Banyu Biru adalah seorang pria paruh baya yang tidak mudah di kendalikan. Kemungkinan untuk dia bekerja sama dengan kita itu sedikit sulit". Balas Dean. "Didunia ini tidak ada yang sulit. Jika Direktur dari Pelabuhan Banyu Biru sulit kita kendalikan, cari orang lain yang memiliki wewenang setingkat dibawahnya. UANG SELALU BERBICARA, aku tidak percaya semua Institusi Pemerintah akan sebaik dirinya". "Baik Tuan Muda, segera saya akan menyelidiki lebih lanjut". "Ingat! Pastikan kita mendapat Pelabuhan itu, karena Pelabuhan Banyu Biru adalah akses paling baik untuk meluaskan bisnis hingga ke Asia Tenggara. Kita ke kantor sekarang". Zidan telah selesai memakan sarapannya, dia beranjak dari meja makan untuk keluar menuju mobil untuk membawanya ke kantor Universitas Kenward di ikuti Sekretarisnya Dean. Drrt.. Drrrt.. Tiba-tiba ponsel Zidan bergetar, dia mengambil ponsel yang ada di sakunya dan melihat sebuah panggilan dari Ibunya. "Ada apa Ibu memanggilku?".  "Zidan, Pernikahanmu sudah ditetapkan akan di laksanakan seminggu mulai dari hari ini. Ibu dan Ayah berharap, kamu sudah mulai belajar merubah sikapmu dan menerima Nabila sepenuhnya. Ini semua demi kebaikanmu". "Ibu tidak perlu mengatakan kebaikan, karena kebaikanku telah hilang sejak lima tahun yang lalu. Sudahlah, aku akan ke kantor". "Tunggu nak, 2 hari lagi kakakmu  Darek akan terbang ke Indonesia. Ibu harap kamu dapat akur dengannya meski hanya di depan Nabila. Ibu tidak ingin kalian membuat keributan apapun". "Terserah Ibu!". Zidan memutus panggilan-nya dan meletakkan ponselnya dengan kasar karena terbawa emosi yang tersulut karena keputusan orang tuanya. *** Hallo kakak.  maaf bintang telat up dari jadwalnya . bab ke 8 udah rilis dan selamat membaca. ohya intip donk n****+ bintang yang lain caranya klik akun bintang, nanti keluar semua n****+ bintang yang sudah binyang publish. selamat membaca dan terima kasih
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD