HAPPY READING
***
Siapa yang tidak kenal Rara Adora wanita berbakat memiliki kemampuan bernyanyi dan pernah meraih penghargaan The Most Favorite Female Grammy Award Indonesia. Tentunya seluruh Indonesia tahu ketenaran Rara. Banyak ujaran kebencian yang dilontarkan kepadanya, baik di akun media sosialnya miliknya.
Saat ini Rara menutup komenta akun social media miliknya. Apapun yang ia posting telah berimbas kepada kehidupan pribadinya, membuat mental dan psikologinya terganggu. Rara mencoba mengerti tentang dirinya, bahwa dia adalah selebrity, dan kehidupan sehari-harinya menjadi santapan publik.
Komentar miring yang dilakukan nitezen, karena Bimo dan Anya menikah. Menyebabkan dirinya menutup kolom komentar sementara. Netizen tidak tahu kebenarannya, bahwa ia adalah korban dari Bimo dan Anya.
Ia juga melihat banyak media yang menyiarkan berita tentang pernikahan Anya dan Bimo. Tidak hanya artis saja yang menjadi pusat perhatian nitizen namun pernikahan selebgram menjadi perbincangan sehari-hari. Ia tahu siapa Anya Asmeralda, dia adalah seorang selebgram ternama, kini pernikahan itu menjadi santapan public. Pernikahan Anya dan Bimo di gelar sangat mewah. Netizen akhirnya tahu siapa Bimo dia adalah pengusaha sukses di negeri ini.
Bimo sudah mencuri banyak perhatian public. Beberapa undangan podcast dengan youtuber terkenal, dia sangat mengispirasi anak muda untuk berbisnis. Ia juga menyatakan secara terang-terangan mengatakan bahwa ia menyukai Anya Asemralda dibanding dirinya. Itu yang membuat hatinya jatuh berkeping-keping. Video itu viral menjadi buah bibir masyarakat dan mencemoohnya.
Jika ditanya siapa paling gampang mengumbar komentar di media social dan sok tahu, seluruh artis di dunia ini tahu bahwa itu adalah netizen.
Netizen itu sebutan untuk orang yang aktif di dunia maya dengan istilah kerennya warga internet atau citizen of the net. Para netizen sangat memudah kan memainkan jemarinya, berceloteh, ngoceh dan menghakimi orang lain tentang apapun itu.
Banyak kalangan menyebutkan bahwa “netizen maha benar” atau netizen selalu benar, itu berarti netizen tidak pernah salah. Anekdotnya menjadikan netizen merasa boleh mengomentari apapun. Padahal netizen itu adalah orang yang paling sok tahu di dunia ini. Setiap postingannya menjadi viral dan menjadi santapan publik.
Semua linimasa media social miliknya i********:, f*******:, twitter dan sejenisnya dibanjiri komentar miring. Bahkan akun-akun lambe murah, lambe viral, akun infotaiment, akun publik yang terkenal lainnya menjadi semakin tenar, dampak artikel tentang dirinya.
Disitulah kadang netizen menyebalkan bahkan sangat menjengkelkan. Menurutnya netizen itu tidak maha benar. Netizen itu adalah biang kegaduhan atau biang kerok. Tahu sedikit tapi komentar banyak. Sok bijak, sok paling tahu, seolah-oleh paling dekat dengannya. Mencari-cari kesalahan sampai lupa diri apa yang telah mereka lakukan membuat psikologi seseorang bisa terganggu.
Hal-hal yang tidak perlu dikomentari dan mereka mengomentari. Baginya Netizen itu kaum paling cerewet di dunia ini. Terlalu mudah menghujat dengan bebas. Bahkan dengan embel-embel atas nama hak asasi manusia. Kalau dinasehati langsung menyajawab baper, nyolot, mulut gue, pikiran gue, usil amat. Begitulah netizen sok tahu, yang senang nyinyir meninggalkan jejak komentar negative di mana-mana. Mulai menghina, membenci dan menyalahkan tanpa tahu informasi yang sebenarnya.
Adapun beberapa komentar miring dirinya di youtube. Hebatnya lagi bahwa netizen itu tukang debat. Ia membaca satu persatu komentar yang masuk di youtube channelnya.
“Dari dulu gue emang nggak suka sama Rara, dasar pelakor. Keliatannya sih alim dan baik-baik. Ckckck ujung-ujungnya malah mau ngerebut suami orang. Emang munafik nih orang. Cepat konfirmasi ke public kalau berani.”
“Artis paling munafik sejagat raya. Banyak drama, liat aja bentar lagi bunting tuh dia.”
“Rara kecentilan, selalu ngegas nih orang ngomong. Jejak digital nggak bisa dihapus.”
“Belum kena batunya nih artis, dongak banget.”
“Gaya ngomongnya, ihh amit-amit.”
“Keluarganya kompak nutupin tingkah anaknya yang kayak cabe-cabean.”
“Menurut saya sih Rara tidak sombong, tapi mungkin dia merasa capek dengan berita yang tidak benar, kalian jangan menghujat andai kalian menjadi artis dan selalu di sudut kanan dengan pertanyaan yang tidak benar apakah kalian tetap sabar? Tapi di sini terlihat Rara tetap melayani wawancara walaupun sambil berjalan.”
“Hati hati kalau komen apa lagi perempuan entar kemakan omongannya sendiri, artisnya aja lagi happy mau ke luar negri, dasar hatter kurang sajen mulutnya.”
“Anya dan Bimo aja happy-happy aja, hatter heboh banget dah, kurang kerjaan.”
“Jangan suka menilai orang dari TV, belum tentu omangan lo benar.”
“Nyolot aja lu !”
“Idih baper amat yak.”
“Dugaan kalian salah namanya juga artis dan wartawan selalu bikin gosip. Dan yang bilang Rara munafik koreksi diri kalian sendiri.”
“Pantesan jodohnya susah, orangnya kayaknya gini sifatnya.”
“Tega banget Rara ternyata selama ini mau rebut Bimo dari Anya.”
“Anya paling terbaik.”
“Namanya juga cewek gatel.”
“Gedeg juga dengernya, keluarga Anya masih kalah jauh dari keluarga Rara.”
“Anya mah, aslinya memang dari keluarga terpandang. Kaya dari lahir, bukan kayak si Rara si missqueen.”
“Orang tuanya sih Rara kayaknya kompak gitu, nutupin kekurangan anaknya.”
“Boong berjemaah, anak sama ortu sama aja.”
“Rara mah OKB = Orang Kaya Baru.”
“Wadaw coments nya pada gitu-gitu amat ye. Hahaha Saya kalau jadi artis dah stress kali ya, karena gak kuat mental suka di gosipin ini itu. Wkwkwk mending jadi orang biasa aja ah aman.”
“Hhhhhhhhh gak cape yeh hujat orang lain. Mending kalian diem deh, hujat sana, hujat sini yg komen yang pada heboh.”
“Murah.”
Masih banyak lagi komentar negativ memenuhi youtube channelnya. Rara melirik Resti yang masuk ke kamar. Wanita itu adalah asisten sekaligus managernya. Resti lah yang selalu mengatur jadwal pekerjaanya.
“Kenapa Res?” tanya Rara.
“Beneran lo mau ngosongin semua acara lo beberapa bulan ke depan?” Resti memastikan bahwa tindakan Rara salah, memilih mundur dari dunia hiburan. Ia sering mengatakan kepada Rara bahwa gossip-gosip itu akan memudar dengan seiringnya waktu. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan toh, job yang berdatangan sangat banyak kepadanya.
Namun Rara malah berkata tegas, ia ingin istirahat untuk beberapa bulan kedepan, untuk menata hati dan pikirannya.
“Iya, enggak apa-apa kan gue nggak manggung sebulan?”
“Iya, enggak apa-apa kok.”
Rara menarik nafas panjang, “Kesel banget gue denger berita ini.”
“Owh berita Anya, Bimo dan lo itu. Lo dituduh pelakor? Udahlah, jangan pikirin netizen emang sok tau, lebih baik kita refresh yuk !”
Alis Rara terangkat, “Ke mana?” Tanya Rara.
“Nge bar, rilexs lah sebentar.” Resti ingin menghibur Rara yang sedang patah hati, ditinggal menikah dengan mantan kekasihnya bernama Bimo.
Jujur ia sudah lama sekali tidak menegak alkohol dan lupa sudah berapa lama ia tidak bersenang-senang. Untuk gossip, ia tidak ingin membahas lagi, karena ia tahu bahwa netizen yang mudah baperan itu.
Walau ia sulit menerima atas tuduhan itu karena mereka tidak tahu duduk persoalnya. Kadang hidup itu perlu menegak sedikit alkohol untuk melupakan masalah yang ada.
“Kapan?” tanya Rara, ia menutup ponselnya dan berdiri tegak, ia melirik jam menggantung di dinding menunjukan pukul 19.20 menit.
“Sekarang lah.”
“Di mana?”
“Di Fable.”
“Oke. Gue ganti baju dulu ya,” ia tidak menolak atas usul Resti asisten sekaligus managernya.
***
Rara masuk ke dalam kamar, ia membuka lemari. Ia mengambil bodycon dress berwarna hitam tanpa lengan. Rambut panjangnya ia ikat ke belakang, ia tidak mengenakan aksesories apapun di sini kecuali cincin permata di jari manis nya. Ia perlu bersenang-senang malam ini setidaknya membuat hidupnya sedikit rileks tanpa memikirkan pekerjaan.
Rara mengoles makeup pada wajahnya, ia tahu bahwa idaman wanita Indonesia memiliki kulit putih, pipi tirus, hidung mancung dan alis yang lentik. Tentu saja ia sangat beruntung memiliki semua aspek itu. Walau ia sudah memilikinya namun ia tidak pernah melupakan bagaimana cara bermake up.
Menurutnya merias wajah itu sangat penting dan setiap wanita berhak untuk menggunakan make up bahkan menjadi keharusan. Pentingnya bermake up tentu saja dapat menambah keperyaan diri, Tak dipungkiri bahwa salah satu memanjakan diri yaitu makeup. Inilah salah satu alasannya dirinya untuk menghargai diri sendiri.
Tidak butuh waktu lama ia sudah menyelesaikan make upnya. Ia memandang Resti mengenakan rok pensil dan tang top bertali spaghetti. Resti selalu tahu apa yang menjadi kebutuhannya, bahkan menghiburnya dikala mantannya menikah dengan wanita pilihannya. Dan sedangkan saat ini netizen sedang menghakiminya.
“Udah?”
Rara mengangguk, “Iya ini udah selesai,” ucap Rara,
Rara tidak ingin menunjukan kesedihan sedikitpun pada dunia. Rara mengambil tas LV di lemari, ia memasukan ponsel, lipstick, eyebrow, dan foundation. Resti menarik nafas panjang ia melangkah keluar kamar sambil menenteng sepatu Dior berwarna senada.
“Udah lama banget kita nggak nge Bar, terakhir kayaknya dua tahun lalu deh, pas acara ulang tahun lo,” ucap Resti mencoba mengingat, wanita itu memasang high heelsnya. Ia akui bahwa Resti adalah asisten sekaligus manager paling bisa diandalkan. Ia mempercayakan sepenuhnya kepada Resti untuk mengatur seluruh pekerjaanya bahkan hasil honor manggungnya.
Yang ia suka dari Resti yaitu dia sangat jujur, bahkan sangat detail, semua pemasukan serta pengeluarannya di catat oleh Resti. Di kala suka dan duka Resti selalu ada untuknya, bahkan hal seperti inipun dia sangat menghibur.
Rara tersenyum, “Iya, udah lama banget.”
“Siapa tau di bar kita dapat cowok,” ucap Resti.
“Males banget gue kenal sama cowok lagi, kebanyakan tukang selingkuh. Males banget pacaran !”
“One night stand aja kalau gitu,” ucap Resti lalu terkekeh, mereka masuk ke dalam lift. Ia melirik Rara artisnya, ia akui bahwa Rara itu sangat cantik.
“Lo kok mikirnya one night stand?” Tanya Rara.
“Kebanyakan denger lagu “Cinta Satu Malam” nih lagu dangdutnya Melinda asyik banget. Lagi booming di tik tok, jadi kepikiran gitu. Gimana one night stand.”
“Ah lo, aneh aja deh. Jangan ngaco ah !” Rara terkekeh, namun dibenaknya penasaran seperti apa one night stand.
Lift membawa mereka menuju basement, Resti memandang Rara, “Oiya, lo jangan pikirin netizen lah. Nanti juga bakalan reda juga.”
“Iya sih, cuma gue risih aja di omongin enggak-enggak. Padahal gue kan korban dan udah putus juga sama Bimo. Kok gue yang disalahin, gedeg banget !” Dengus Rara.
Tidak butuh waktu lama pintu lift terbuka, “Konyol banget sih netizen, mereka nomong kadang nggak nyambung gitu. Gokil banget, kadang ribut sesama mereka. Gue sampe ngakak tuh bacanya.”
“Bener banget, mereka yang buat opini, mereka yang berantem. Ujung-ujungnya emosi dan mereka tawuran secara personal,” Rara tertawa geli.
“Apalagi yang komentar sok ngasih nasehat, kalau aurat jangan diumbar-umbar. Semoga diberi hidayah. Yaelah, emang kita mau posting apaan ya? Masa gue harus pakek baju daster, pakek gamis, pakek hijab, lah gue kan cewek normal pakek tang top, mini dress. Jangan samain gue sama artis yang pakek hijablah. Jelas-jelas agama gue beda.”
“Tau tuh, kadang nggak mikir dan nggak nyambung banget.”
“Apalagi komentar yang isinya hujat sekaligus jualan. Jualan-jualan dilapak gue nggak apa-apa, tapi jangan nambah-nambahin komentar jahat.”
“Setuju sama lo !”
“Resek banget netizen, bar-bar.”
“Bener banget !”
Rara dan Resti melangkah menuju mobil mercy milik Rara yang terpakir sempurna. Resti membuka kunci central lock dan terdengar bunyi pintu terbuka.
“Pak Danar udah balik?” tanya Rara ia menatap mobil Alphard di terparkir di samping mobilnya. Pak Danar itu adalah driver yang mengantar Resti dan Rara,
“Iya udah.”
“Tumben nggak bawa mobil?”
“Katanya rumahnya lagi ada tamu, nggak ada lahan parkiran lagi. Jadi simpen sini aja, takut lecet soalnya kalau taruh tepi jalan, apalagi akses rumahnya sempit.”
“Owh gitu.”
Resti dan Rara masuk ke dalam mobil, tidak lupa memasang sabuk pengaman. Beberapa menit kemudian mobil meninggalkan area tower apartemen. Rara menyandarkan punggungnya di kursi, ia menghidupkan audio mobil dan sepanjang perjalanan mereka mendengarkan radio kesayangan mereka. Mobil membelah jalan, dan Resti memperhatikan jarak mobil dan motor di hadapannya.
***
Anak gaul Jakarta pasti tau di mana tempat untuk bersenang-senang. Fable salah satu club yang tidak pernah sepi didatangi oleh party people. Salah satu yang ia sukai dari fable karena interior club nya sangat keren karena ada ruang outdoor dan indoor.
Rara dan Resti melangkah kan kakinya menuju menuju club. Mereka memilih duduk di ruang outdoor karena di dalam club berisik dan full. Awalnya mereka ingin masuk ke dalam, berhubung karena suasana full mereka memilih diluar untuk bersantai. Rara memandang gedung pencakar langit dan alunan music, ia memandang kearah panggung.
Rara memandang Resti memesan brandy di bar, tidak butuh waktu lama minuman mereka datang. Rara menikmati alunan music, ia meraih gelas brandy dan menyesapnya secara perlahan.
“Gimana endorsement?” tanya Rara.
“Banyak banget sih yang masuk. Lo kapan mau posting?”
“Gue boleh off nggak besok?”
“Boleh banget. Lo istirahat aja dulu,” ucap Resti menyesap barndy nya. Resti memegang perutnya, Rara lalu mengerutkan dahi.
“Lo kenapa?”
“Gue sakit perut.”
“Ya ampun.”
“Gue ke belakang dulu ya bentar, gue mau pup. Lo enggak apa-apa kan gue tinggal bentar.” ucap Resti.
“Iya nggak apa-apa sih. Lo hati-hati di toilet soalnya banyak yang mabok di sana.”
“Iya-iya lo tenang aja,” ucap Resti.
Rara menatap punggung Resti melangkah masuk ke dalam club. Sementara Rara masih menikmati alunan music dan brandy. Rara memandang seorang pria tidak jauh darinya. Tepatnya berada dua table dari dirinya. Pria itu mengenakan kemeja hitam dan celana jins. Pria itu bersandar di kursi, tangan kirinya menopang kepala dan tangan kanannya memegang gelas vodca. Dia adalah tamu paling sexy diantara tamu lainnya di sini. Penampilannya keren, rambut sedikit berantakan dan kemeja tergulung hingga siku, jam tangan mahal melingkar di tangannya.
Seketika tatapan mereka bertemu sekian detik. Tatapan itu sulit ia artikan. Rara lalu mengalihkan pandangannya ke arah panggung. Ia tidak ingin pria itu menyalah artikan kenapa ia menatapnya. Ada perasaan tidak enak menghantuinya,
“Hai …!”
Otomatis Rara menoleh kearah sumber suara. Ia mendongakan wajahnya, memandang pria yang beberapa detik lalu ia tatap. Kini pria itu tepat di depan matanya, ternyata pria itu lebih tampan dari jarak dekat. Tangan pria itu memegang gelas berisi vodka dan dia menyungging senyum.
“Hai …” ucap Rara seketika, ia merasa tidak enak jika tidak menyapa balik.
“Sendiri?” ucapnya.
Suara berat pria itu seketika membuatnya merinding. Otot bisepnya terlihat dibalik kemeja yang dikenakannya. Ia membayangkan bagaimana hotnya pria itu di ranjang.
“Sama teman, tapi lagi di belakang,” ucap Rara berusaha tenang.
“Boleh duduk?”
Entah dorongan apa, ia lalu mengangguk begitu saja, “Iya boleh.”
***