When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
*** Menatap kota Zürich di malam ini seperti metafora diri sendiri, meski terlihat berkelas karena cahaya lampu kota tapi aku tidak bisa meraih atau sekedar ingin tahu cahaya apa di baliknya. Rumit, tak ada kata yang mampu menggambarkan rasaku ini biarkan dia pergi meninggalkan semuanya. Jika kita di takdir-kan bersama pasti ia akan datang untuk menggenggam tanganku dan mengajakku berjalan beriringan. Apa yang sedang aku pikirkan? It's enough Candice! Dia pria yang tidak mempunyai komitmen dalam hidupnya. Dia hanya mengenal cara untuk menjadi wibawa dan mendapatkan kesenangan. Pria yang hanya tau letak kemenangan saja, pria yang__sudahlah!__ aku harus mulai memungut semangat untuk lembaran baru dalam menyusuri jalan hidupku. Jika tuhan mengizinkan aku ingin melupakan semu