Pernikahan

1962 Words
Satu bulan berlalu. Kini saatnya pernikahan Evans dan Daania digelar di salah satu hotel bintang lima, yang terletak di kawasan kota New York. Evans menggelar resepsi pernikahan bersama Daania di ballroom salah satu hotel miliknya. Suasana ballroom saat ini tampak meriah, dengan dekorasi pernikahan yang sangat mewah dan elegan, membuat mata siapapun yang memasuki ballroom dan melihat ke sekelilingnya pasti akan berdecak kagum tiada henti. Evans dan Daania mengundang ribuan tamu dari berbagai mancanegara, sebagian dari relasi Evans di dunia bisnis, hingga teman-teman Daania seprofesinya tampak hadir di tengah keramaian yang memadati ballroom. Semua tamu yang hadir bisa menikmati gala dinner super fantastis. Selain disuguhi suasana venue yang amat romantis, ditambah hiburan dari suara merdu Michael Buble, semacam private concert! Pernikahan Evans dan Daania yang digelar pada malam ini akan menjadi crazy rich wedding tahun ini, dikarenakan Evans memang berasal dari keluarga yang terpandang dan terhormat di kota New York, ia juga dikenal sabagai hot billionaire. Evans tak tanggung-tanggung merogoh kocek hingga ratusan miliar untuk menyelenggarakan acara pernikahannya. Luna dan Daania memilih dan menggandeng Sarah Haywood Weddings yang merupakan wedding planner ternama di dunia. Dan setiap tamu yang hadir akan mendapatkan suvenir sebagai ucapan terima kasih atas restu dan kehadirannya, Luna dan Daania sepakat untuk memberikan suvenir berupa dompet Hermes, brand mewah asal Prancis yang dikenal dengan Birkin Bag-nya. Tentunya crazy rich wedding ini tak luput dari sorotan media, pastinya berita pernikahan keduanya akan menjadi pembicaraan terhangat selama beberapa Minggu ke depan dalam setiap acara pemberitaan media. Para awak media yang hadir, fokus meliput momen sakral pernikahan mereka secara ekslusif dan disiarkan secara langsung di stasiun televisi milik Evans. Daania merasa sangat bahagia dan beruntung bisa menjadi ratu dalam semalam, berdampingan dengan sosok lelaki sempurna seperti Evans, dengan penampilannya yang sangat cantik dan elegan, hampir semua teman-teman artis yang datang ke pesta pernikahan Daania berdecak iri sekaligus takjub. Bagaimana tidak, Daania bisa memiliki suami yang sangat tampan dan kaya raya dengan harta berlimpah, karena Evans selama ini dikenal sebagai billionaire termuda di kota New York. Satu persatu tamu naik ke atas pelaminan untuk memberikan selamat dan doa terbaik untuk kedua mempelai pengantin yang tengah berbahagia. "Selamat atas pernikahan kalian, Nona Daania dan Tuan Evans. Semoga kalian hidup berbahagia selalu dan terus berada dalam lindungan Tuhan," ucap rekan bisnis Evans, seraya menjabat tangan kedua mempelai pengantin secara bergantian. "Selamat Nona Daania dan Tuan Evans, semoga Tuhan selalu memberikan keberkahan di dalam hidup rumah tangga kalian berdua. Semoga segera di berikan momongan yang lucu- lucu agar bisa meramaikan rumah besar kalian, Amin." Doa dan harapan baik baru saja disampaikan oleh manager keuangan di perusahaan Tobacco milik Evans, dia adalah Ranveer. “Hi dude! Hari perayaan pernikahanmu ini hanya akan berlangsung sesaat, tapi semoga cintamu dan cinta Daania akan terus tumbuh setiap saat. Semoga jadi pasangan yang sempurna dan selamat menempuh hidup baru sahabatku," ucap salah seorang sahabat Evans dari London yang bernama Raymond Weil. "Selamat atas pernikahanmu, adikku sayang. Sekarang Tuhan telah mengabulkan harapanmu yang sangat menginginkan agar dapat menikah dengan Evans. Jaga selalu cinta kalian berdua ya, jangan biarkan mahligai yang indah ini diracuni oleh ketidak jujuran yang dapat memisahkan kalian. Semoga pernikahan kalian berdua hanya bisa berakhir saat kematian menjemput, amin!" ucap Diandra menyampaikan doa terbaik untuk Daania dan Evans yang kini sudah resmi menjadi adik iparnya. "Happy wedding day! Selamat menempuh hidup baru. Setialah pada pasanganmu dan semoga Tuhan selalu melimpahkan kebaikan pada pernikahan kalian berdua." Doa terbaik lainnya terus terdengar untuk Evans dan Daania sepanjang acara pernikahan mereka. Hingga tak terasa, kini waktu sudah menunjukkan pukul 22.00 dan pernikahan pun sudah tiba di penghujung acara. Satu persatu tamu pergi meninggalkan ballroom dengan raut wajah penuh kebahagiaan dan rasa bangga, karena merasa beruntung bisa hadir di acara pernikahan crazy rich Evans dan Daania yang berlangsung sangat meriah dan mewah. Saat suasana di ballroom hanya menyisakan puluhan orang, Evans pergi meninggalkan ballroom menuju kamar pengantin yang sudah disiapkan oleh Luna, ia berlalu lebih dulu meninggalkan Daania yang masih sibuk dengan teman-teman dan saudaranya yang mengajaknya bercengkrama. Luna menatap kepergian Evans yang hanya seorang diri tanpa Daania. Kemudian Luna melangkahkan kakinya untuk menghampiri Daania, memintanya agar menyudahi perbincangan bersama teman-teman dan saudaranya. "Daania ini sudah malam, sayang. Sebaiknya kamu pergi ke kamarmu dan istirahatlah. Evans sudah menunggumu di kamar kalian," ucap Luna berbisik di samping telinga Daania, sembari mengusap bahu menantunya dengan lembut. Wajah Daania bersemu merah, membayangkan malam pertama indah yang akan terjadi beberapa saat lagi bersama lelaki idamannya. "Iya Mom, Daania pamit dulu ya," ucap Daania mengakhiri perbincangannya dan mulai melangkah meninggalkan ballroom, berjalan menuju kamar pengantin dengan dikawal oleh dua bodyguard yang sudah Luna perintahkan untuk menjaga Daania, karena sekarang Daania sudah menjadi bagian dari keluarga Cruise. Kedua bodyguard berhasil mengantarkan Daania sampai di depan pintu kamar pengantin yang berada di lantai lima belas, lantai teratas di hotel ini. Di lantai ini juga hanya ada satu pintu ruangan, kamar khusus untuk sang pemilik hotel, bila sewaktu-waktu Evans ingin bermalam di salah satu hotel miliknya. "Terima kasih ya, kalian sudah mengantarkan saya. Sekarang istirahatlah, karena saya tidak membutuhkan kalian lagi!" titah Daania pada kedua bodyguardnya dengan mengulas senyum di wajahnya. "Baik Nona, selamat beristirahat dan selamat malam," ucap salah satu bodyguard itu sambil membungkukkan setengah badannya. Keduanya berlalu pergi setelah Daania masuk ke dalam kamar. Sesampainya di dalam kamar, Daania melihat suaminya tengah asik bermain ponsel di atas ranjang. Ia menghampiri Evans dan duduk di tepian ranjang, kemudian tangan Daania mendarat di wajah tampan suaminya. "Honey, apa kamu menungguku? Sebentar ya aku mandi dulu," ucap Daania dengan percaya dirinya yang tinggi, mengira bahwa Evans tengah menunggunya untuk melewati malam pertama mereka. Momen seperti ini yang akan selalu menjadi saat-saat paling mendebarkan untuk pasangan pengantin baru. "Jangan sentuh aku!" gertak Evans dengan kasar. Dengan cepat lelaki itu menghempaskan tangan Daania yang berani menyentuh pipinya, membuat Daania mundur beberapa langkah karena takut dengan suara lantang Evans yang menggertaknya. Seketika tangan Daania langsung gemetar hebat, hingga membuatnya tercekat sangat kaget. "Ma-maaf, tapi kenapa aku tidak boleh menyentuh kamu? Bukankah kita sudah menikah?" tanyanya dengan rasa gugup yang menderanya saat ini. "Kau tahu bukan, aku menikahimu karena perjodohan antara Om Mario dan orangtuaku?!" "Benarkah seperti itu? Apa kamu tidak tertarik padaku, a-atau tidak ada perasaan cinta sedikitpun saat bertemu denganku, Evans? Dan bukankah sebelumnya kita pernah bertemu di stasiun tv, kita juga berkenalan pada saat itu dan mengobrol banyak saat beberapa bulan yang lalu. Kamu terlihat sangat akrab denganku kala itu." "Itu karena kau menjadi bintang tamu utama di stasiun tv itu dan aku harus bersikap ramah pada semua bintang tamu yang hadir di sana, karena stasiun tv itu adalah milikku!" Daania tercengang mendengar kenyataan yang diucapkan Evans. Ia semakin kagum dengan sosok lelaki yang kini menjadi suaminya. Evans lebih kaya daripada yang ada dibenaknya selama ini, malah Evans benar-benar kaya raya, tidak hanya pengusaha dari perusahaan properti, tobacco dan hotel saja, bahkan Evans memiliki stasiun tv juga, belum lagi usaha lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Namun Daania belum merasa puas, apabila Evans belum bisa mencintainya dengan sepenuh hati. "Evans, tolong izinkan aku untuk menjadi istrimu dan beri aku kesempatan untuk dapat membuatmu jatuh cinta kepadaku. Aku yakin suatu hari nanti kamu pasti bisa mencintaiku, dan aku janji aku akan menuruti semua perintah dan permintaanmu, asalkan kamu mau memberikan kesempatan itu untukku. Aku benar-benar sangat mencintaimu, Evans. Aku ingin kita selamanya bisa bertahan dalam pernikahan yang baru saja selesai kita laksanakan." Evans tampak tersenyum mengejek, kedua sudut bibirnya tertarik begitu saja karena merasa cukup puas dengan cara Daania yang mengemis padanya. "Baiklah kalau itu keinginanmu! Turuti semua perintahku tanpa memberikan penolakan sekalipun." "Baik, aku akan menuruti semua perintah kamu," jawab Daania dengan mata yang berkaca-kaca penuh harapan. "Tetaplah berpura-pura menjadi istri terbaik di hadapan keluarga besarku dan seluruh dunia, jangan katakan pada siapapun tentang hubungan kita yang sebenarnya, karena aku tidak pernah mencintaimu! Dan yang terakhir tetap bersikap manis di hadapan Mommy dan Daddy, tunjukkan pada mereka bahwa kau bahagia menjadi istriku!" Daania menelan salivanya dengan kasar, hatinya terasa teriris sembilu saat harus menerima perintah pahit seperti itu. Kalau Evans sudah berkata tidak pernah mencintainya, lalu apa arti pernikahan baginya, apa Daania hanya akan dijadikan istri pajangannya saja di hadapan seluruh keluarganya? Namun akhirnya Daania mengangguk, walau dengan berat hati. "Apapun keinginanmu akan aku menurutinya, tapi aku mohon sekali lagi, tolong jangan pernah tinggalkan aku Evans, karena ada nama baik keluargaku yang harus aku jaga." Evans kembali menyeringai penuh kemenangan. "Kau tenang saja Daania, selama kau tidak melanggar peraturan yang kubuat maka hidupmu akan baik-baik saja, dan aku akan memberikan semua yang kau minta asalkan kau bersedia dan patuh atas perintahku!" Daania menghela napas berat, rasanya saat ini ia tengah dicekik oleh kenyataan pahit yang baru saja diungkapkan oleh Evans, kalau ternyata pria yang saat ini menjadi suaminya seperti tidak memiliki hati, hingga sangat kejam mengatakan semua itu padanya yang baru saja dinikahi. Daania menelan salivanya dengan kasar, lalu menjawab dengan napas tercekat. "Te-terima kasih untuk kebaikanmu, Evans." "Ya, pergilah ganti pakaianmu dan tidur di sofa itu," tunjuk Evans pada sebuah sofa besar yang berada di seberang ranjang. "Aku tidak ingin satu ranjang denganmu!" imbuhnya lagi sambil mengibaskan tangannya untuk mengusir Daania, agar segera pergi dari hadapannya. Daania hanya mengangguk, lalu ia pergi melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya yang baru selesai menjadi ratu selama lima jam di hari pernikahannya. Hanya lima jam saja, karena setelahnya ia tidak lagi menjadi ratu, karena suaminya sendiripun tak menganggapnya sebagai seorang istri. Daania juga tidak dapat menyentuh suaminya, tidak seperti apa yang ia bayangkan selama beberapa hari belakangan ini. "Ya Tuhan, kenapa nasibku seperti ini? Kenapa Evans tidak sama seperti lelaki lainnya yang akan luluh saat melihat kecantikanku?" batin Daania merutuki nasibnya yang begitu pedih. Daania kembali berpikir, hingga timbul secercah harapan di dalam pikirannya. "Apa ini terlalu cepat untuknya? Ya, aku yakin dia belum siap untuk menikah sama seperti yang Papa bilang waktu itu. Aku harus sabar sampai berhasil mendapatkan hatinya!" batin Daania dengan harapannya. Daania semakin hanyut dalam pergulatan batinnya sendiri, sambil berdiri di bawah guyuran air hangat yang mengucur dari shower, ia terus berusaha menguatkan dan meyakinkan hatinya, bahwa sesuatu yang indah itu butuh proses dan kesabaran lebih untuk mendapatkannya, sama seperti dirinya yang harus berjuang untuk mengambil hati Evans. Setelah lima belas menit berada di kamar mandi, Daania keluar dengan menggunakan bathrobe, ia membuka almari untuk mencari pakaian yang kata Luna sudah disediakan selama mereka menginap di hotel. Evans memperhatikan gerak-gerik Daania yang sedang mencari pakaian tidur, ia tahu bahwa di dalam almari itu isinya lingerie semua. "Hah, isinya tidak ada piyama satupun? Untuk apa lingerie-lingerie ini, aku tidak membutuhkan ini semua karena Evans tidak akan menyentuhku!" gerutu Daania kesal di dalam hatinya. Dengan sangat terpaksa akhirnya Daania mengambil salah satu lingerie itu, ia memilih warna yang cocok dengan warna kulitnya. Daania pun mulai melepaskan bathrobenya dan memakai lingerie di depan almari itu, namun tanpa sadar dari belakang tubuhnya, sepasang mata Evans sedang mengamati seluruh tubuh Daania dengan memipihkan pandangannya. Evans telah menyaksikan langsung bagaimana lekukan tubuh Daania yang telihat sangat indah, bahkan ia sudah melihat setiap jengkal bagian tubuh belakang istrinya, namun seketika Evans tersadar dengan apa yang ia lihat saat ini, ia menelan salivanya dengan kasar, karena telah melihat wanita itu tanpa sehelai benang pun di hadapannya. Setelah Daania selesai mengenakan lingerie, Evans segera mengubah posisi tidurnya dengan membelakangi almari, agar Daania tidak menyadari bahwa Evans telah memperhatikan wanita itu sejak keluar dari kamar mandi. Daania segera berlalu menuju sofa besar yang diberitahu oleh Evans, ia merebahkan tubuhnya di atas sofa itu dan berusaha untuk memejamkan matanya, agar dapat melepas rasa lelah tubuhnya setelah seharian melayani para tamu undangan yang hadir, bukan lelah kerena melayani suaminya di malam pertama pernikahan mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD