Bab 17

1282 Words

Bab 17 "Mas Damar? Sejak kapan di sini?" kagetku sambil mengusap air mata. Buru-buru aku bangkit untuk mensejajarkan tubuhku dengan tubuhnya. Menata rambut yang kusut akibat kepalaku yang menunduk. "Sejak tadi, sejak kamu meracau sambil terisak," ucapnya datar. Mas Damar kemudian memintaku untuk mundur hingga kami berada di depan sebuah toko. Ia berdiri di depan pintu sebuah toko yang telah tutup. Sedangkan aku berdiri dihadapannya sambil menunduk, malu. "Ujian seperti apa yang sedang kamu hadapi?" tanyanya penuh selidik. Wajah tampan bermata cokelat dan beralis tebal ini menatapku penuh selidik. Mencari kejujuran dalam sinar mataku yang sembab. "Haruskah aku bercerita? Apa Mas Damar tidak jijik padaku setelah melihatku keluar dari gedung tadi?" "Mengapa harus jijik padamu? Kelua

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD