Bab 21

1623 Words

Bab 21 "Bu, sudah enakan badannya?" tanyaku saat ibu menghampiriku di dapur. Setelah saat subuh tadi, aku pergi ke tukang sayur, belanja beberapa menu masakan. Mumpung masih ada sedikit rejeki, aku ingin memasak untuk keluarga di rumah. Bukan makanan mewah, hanya sedikit berbeda dari biasanya yang lebih sering makan dengan mi rebus dan telur. "Sudah sehat. Kemarin ibu hanya syok saja. Ngga habis pikir sama si Seno itu." Tangan ibu mengambil alih pisau yang kupegang saat kutinggal untuk menggoreng lauk. "Maklum saja, Bu. Namanya cinta, ya begitulah." Aku berucap sambil tersenyum. Tak bisa dipungkiri, begitulah cinta membutakan mata manusia. "Cinta ya cinta, tapi logika harus jalan. Kalau nggak mampu membahagiakan ya jangan memaksakan diri, apalagi sampai mengambil hak saudaranya," su

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD