Hana berjalan di lorong koridor menuju kamarnya yang terletak di ujung. Kepalanya tertunduk dengan perasaan tidak karuan. Kejadian tadi masih terngiang di kepala Hana. Dan saat ini, tidak ada lagi yang dibutuhkannya selain mandi lalu mendirikan sholat. Hana pun berjalan semakin cepat. “Miss Hana!” Hana mendongakkan kepalanya ke depan, melihat Silia dengan wajah ceria berjalan menghampirinya. Sepertinya gadis itu baru saja selesai membersihkan kamar Hana. Hana tersenyum tipis pada Silia. Dari sorot matanya itu, sepertinya Silia menyadari sesuatu, yang lantas membuatnya memperlambat langkahnya mendekati Hana. “Ada apa, Miss Hana?” Hana menggeleng. Kemudian, pandangannya jatuh pada sebuah buku yang dipeluk Silia di dadanya. “Silia itu…” Hana menunjuk buku tersebut. Ah, bukan buku, i