“Jadi?” Suara baritone itu bertanya pelan, namun tampak tak acuh pada lawan bicara di hadapannya saat ini. “Pernikahannya Minggu depan.” Ketukan di atas tombol keyboard itu terhenti. Ditambah tatapan yang terlalu tajam untuk menatap sebuah layar komputer. Suasana berubah sunyi. “Apa kau akan hadir, Roland?” Justin bertanya, dengan nada suaranya yang dingin. “Tergantung perintah Anda, sir.” Roland yang saat ini berdiri di hadapannya dengan setelan jas rapi, menjawab dengan tenang. “Tentu saja kau harus, begitupun aku.” Dan mata yang menatap tajam pun beralih pada sosok perempuan yang saat ini tengah bersandar di sofa, tertidur pulas. *** Pukul 13.04, ketika melirik jam elegan yang bertengger di dinding ruangan itu, Hana mengerjapkan matanya berulang kali. Dan terkejut mendapati di