**********
Karina sedang menunggu Bara di meja makan, pria itu sekarang sedang mandi dan Karina baru saja selesai memasak makan siang.
Tak lama Bara muncul, seperti biasa rambutnya masih meneteskan air. Karina berdecak, kenapa calon suaminya ini bebal sekali.
"Mas, berapa kali sih mau dibilangin, habis mandi itu rambutnya dikeringin dulu."
Bara menyentuh rambutnya. "Nanti kering sendiri," jawabnya. Yah jawaban seperti biasa saa Karina protes akan kebiasaan calon suaminya itu.
"Dibilangin ngeyel terus," sugutnya.
Bara duduk di kursi depan Karina. "Nanti Mas potong rambut biar nggak netes lagi air kalau habis mandi," ucapnya.
"Segitu malesnya ya ngeringin rambut? Sekalian aja botakin tu kepala."
"Ide bagus," ucap Bara dan Karina nyaris menganga, bisa - bisanya Bara malah mengiyakan.
"Ih jangan botak."
"Memangnya kenapa?"
"Jangan aja," jawabnya dengan nada yang terdengar manja di telinga Bara.
Bara tersenyum, walau begitu Karina sudah dengan sigap menyendokkan nasi dan lauk pauk kepiring Bara.
"Jadi jelek ya kalau Mas botak?"
Karina menggeleng. "Nggak, Aku jadi nggak bisa ngejambak kalau nggak ada rambutnya."
Bara hanya menggeleng, ia ingat dulu saat Karina tidur di dalam mobilnya entah karena memang ia sedang sangat lelah atau memang Karina sangat kesal pada dirinya, saat Bara membangunkannya, gadis itu justru menjambaknya dengan sekuat tenaga, sampai rambut bara lepas dan menempel di tangan Karina.
"Kenapa senyam senyum?" tanya Karina melihat tingkah aneh Bara yang tersenyum sendiri
"Nggak kenapa - kenapa, cuma keingat kejadian lucu tapi menyakitkan di masa lalu," jawabnya menaikkan bibir, tersenyum penuh arti.
Karina yang tersadar apa yang Bara ingat langsung mencebik, agaknya ia malu. Saat itu ia sangat lelah dan tanpa sadar tertidur dan ia bermimpi, di dalam mimpinya dirinyalah yang bos sedangkan bara adalah kacungnya.
jadilah saat itu ia dengan kesalnya melampiaskan kekesalannya yang berujung malu. Untung saja Bara tak sampai memecatnya saat itu.
"Jangan diingat." Karina tertunduk malu, kok bisa ya dirinya dulu sebarbar itu?
Bara masih tersenyum tapi ia tak menjawab lagi dan mulai makan.
Bara memotong telur mata sapinya dengan sendok, kemudian memakannya. Ia membalik telur dadar yang ternyata bagian bawahnya kehitaman, gosong.
"Pantas agak pahit," komentarnya.
"Makan aja. Salah siapa ganggu orang masak."
Karina dengan santai melahap telur miliknya.
"Punya Kamu nggak gosong."
Karina tersenyum, memasang senyum semanis mungkin.
"Siapa tadi yang bilang mau walau gososg tetap mau di makan?" ucapnya dan Bara tak berkomentar lagi hingga makanan di piringnya habis.
**********
Hari sudah agak sore saat Bara mengantar Karina pulang. Karina masih agak was-was, setiap ada nada dering pesan ia pasti akan langsung membukanya.
Katakanlah ia agak parno kalau - kalau foto diriny dan Bara mendadak muncul dan jadi bhan gosip terhot, ia tak akan punya muka lagi datang ke kantor kalau hal itu terjadi.
"Kamu kenapa?" tanya Bara yang sejak tadi melirik Karina yang fokus pada handphonenya.
"Mas. rasya nggak akan cepukan?"
Kening Bara mengerut. "Cepu?"
"Iya, nyepuin hubungan Kita ke orang kantor."
Bara tersenyum, "Nggaklah. Aman kalau sama dia."
"Yakin?"
Bara menjawab dengan gumaman.
Tapi iya juga, sejauh ini Rasya tak pernah mengungkit soal hubungan Karina dan Bara, bahkan ia tak menyinggungnya sama sekali.
"Kamu kenapa? Apa yang jadi beban pikiran, coba cerita."
Bara masih fokus menyetir, tapi ia masih bisa mendengar kalau Karina mau bercerita. Sesaat Karina ragu, tapi apa salahnyakan Bra tahu? toh ini juga da hubungannya dengan karir Bara.
"Tomi semalam kayaknya mergokin Kita jalan berdua deh," ceritanya.
"Terus?"
"Dia ngirim ini."
Karina menunjukkan foto yang semalam Tomi kirim.
Bara melihatnya sekilas, "memangnya kenapa?"
Karina mendesah pelan, ia lupa kalau Bara ini adalah tipe manusia yang membodoh amatkan hal seperti ini.
"Kalau biang gosip tahu soal hubungan Kita, menurut Mas seisi kantor nggak akan tahu?"
Bara hanya menaikkan bahunya. "Memangnya sudah nyebar gosipnya?"
Karina menggeleng. Memang sampai sekarang tak ada kabar ataupun gosip ynag meneyebar, tapikan justru ini yang terassa aneh dan janggal.
"Sejauh ini nggak ada sih, tapi malah aneh jadinya."
"Nggak apa - apa. Memangnya kenapa kalau orang kantor tahu Kita punya hubungan? Toh sebentar lagi Kita akan menikah."
"Ya iya. Tapikan sekarang Aku masih sekretaris Pak Bara, kalau malah timbul gosip nggak penting gimana? Aku nggak mau dapat cecaran jelek."
Tangan Bara terulur dan penepuk pelan kepala Karina, ia tahu betul ketakutan Karina. Tapi ya gimana? cepat atau lambat semuanya juga akan tahu, apalagi rencananya begitu Karina resmi resign, mereka akan langsung mengdakan pernikahan, iya itulah rencana Bara.
"Semuanya akan baik - baik saja," ucap Bara menenangkan.
"Kalau besok beneran ada gosip soal Kita gimana?"
"Yah tinggal hadapi."
Karina manyun, Bara dan semua pikiran positifnya, pikir Karina.
************
Keesokan harinya Karina sengaja pergi kerja sendiri, ia tak membolehkan Bara menjemputnya demi mengurangi kecurigaan.
Sejauh ini aman, tak ada desas desus yang aneh, maupun gosip yang menyebar. Aneh ini sangat aneh.
Karina sengaja langsung pergi ke pantry, ia hendak mencari sang sumber kegundahannya yang sejak kemarin tak bisa di hubungi.
Benar saja, saat Karina sudah dekat ke pantry, ia melihat Tomi juga sedang berjalan ke sana sembari membawa gelasnya.
Karina berjalan cepat kemudian meraih tangan Tomi dan menyeretnya.
"weyy, ada apa ini?" kagetnya sembari terseok mengikuti Karina, untung saja gelas di tangannya tak sampai jatuh.
Karina menyeret Tomi sampai ke tangga darurat. Karina melepaskan tangannya dari lengan Tomi.
"Karina Kapur, ada apa ini? Lo mau apain Gue? Ngucap, Gue udah punya anak isteri," ucapnya sembari menyilangkan tangannya di depan d**a.
Karina mendengus jijik. "Apaan sih Lo, jangan lebay deh."
"Habis Lo nyert Gue pagi - pagi begini, kirainkan.."
"Kirain apa?" tanya Karina dengan nada sangar.
Tomi menciut, Kkarina sedang dalam mode barbar cukup membuatnya memperingatkan diri untuk tidak mengajak gadis di depannya ini bercanda.
"Lo, gue telpon nggak diangkat - angkat, di chat nggak dibalas, kagak di read. Sengaja ya?" sergahnya kesal setengah mati sejak kemarin.
Kalau saja tidak memikirkan Tomi yang sudah beristri dan punya anak serta tinggal dengan mertua sudah Karina datangi rumah Tomi sejak kemarin.
"Kalem Kar. handphone Gue kecebur bak mandi anak Gue, mana mandinya pakai air anget lagi. ya rusak jadinya."
Satu alis Karina naik, memasang wajah tak percaya.
"Jangan bohong deh."
"Kagak Karina, sumpah. Lo tanya bini Gue deh kalau kagak percaya. Ini juga Gue pakai handphone bini Gue."
"Kan biarpun hp Lo kecebur tapikan kartunya bisa di ambil, kenapa Lo kagak bisa dihubungin juga?"
Gantian Tomi yang mendesah pelan. "Nikah dah Lo, cepetan sama bos, terus punya anak , kembar tiga sekalian, biar Lo tahu gimana rusuhnya punya bayi di rumah."
Karina ingin membekap mulut Tomi, bisa - bisanya dengan santainya manusia satu ini bicara begitu di kantor, kalau ada yang dengar gimana?
"Lo gila ya? Nggak sekalian pakai toa Lo ngomongnya?"
"Boleh emang?"
Karina sangat gemas ingin menggeplak kepala Tomi, tapi pria itu sudah lebih dulu tertawa.
"Santai, sepi kok. Udah ah ayo keluar dari sini sebelum Kita yang jadi kena gosip. Amit - amit Gue di gosipin selingkuh maa Lo." Tomi bergedik, seolah itu adalah hal yang amat sangat mengerikan baginya.
"Yee ini kecoa satu, Lo pikir Gue sudi di gosipin sama Lo."
"Tapi kalau di gosipin sama bos mau?"
Karina melotot, sejak tadi nampaknya Tomi sengaja mempermainkan dirinya.
"Kalau sampai foto itu nyebar, Lo ya tersangkanya."
"Iya. Tapi Lo beneran pacaran sama bos?"
Karina mengamit Tomi agar sedikit menunduk, seolah mengajak pria itu berbisik.
"Menuru Lo Gue mau jawab?"
"Nggak Lo jawab juga Gue tahu."
Karina bersiap akan menggetok kepala Tomi.
"Woy kalem. Gue nggak setega itu kali ngancurin karir Lo. Guekan sahabat Lo, iya nggak?"
Tomi menaik turunkan alisnya, ia biar dikata dia ini biangnya gosip, tapi ia tak setega itu menggosipkan teman baiknya sendiri, belum lagi Karina punya andil dalam suksesnya hubungannya dengan Shareen isterinya yang dulu menolaknya berkali - kali.
"Gue pegang ya omongan Lo."
Tomi langsung mengangkat tangan kanannya dengan sikap sempurna memberi hormat.
"Jadi kapan Lo kawin?" tanyanya sembari tersenyum menggoda dan Karina makin punya keinginan untuk menggetok kepala tukang gosip satu ini.
*************
#Lagi krisis Kuota gengs buat update hahaa......
#Vote Komen yak...
#Typo? bodo amatlaha ya hahaa