Mon maaf ye kalau ad typo, kagak di edit.
**********
"Nana, bangun." Bara menepuk pelan pipi Karina yang tertidur pulas di kursi sebelahnya. Jam sudah menunjukkan hampir pukul satu pagi dan mereka baru saja sampai di depan kontrakan Karina.
"Nana," seru Bara lagi. Berkali - kali tak ada respon.
Bara melirik ke arah rumah yang lampunya menyala, itu tandanya ada orang yang sudah berada di kontrakan calon isterinya itu.
Bara keluar dari mobilnya dan berjalan mendekat ke rumah, niatnya mau membangunkan siapa saja yang berada di dalam. Sesaat ia ragu takutnya mengganggu, tapi Karina sendiri sulit sekali di bangunkan dan pula ia kasihan kalau Karina harus tidur di dalam mobil sampai pagi.
Bara celingukan melihat sekeliling dan ia terperanjat saat melihat ke kaca samping pintu, ada sesosok perempuan yang menempelkan wajahnya di kaca, tangannya membentuk bulatan seukuran wajahnya sembari tersenyum ke arah Bara yang terlihat terkejut.
Sesil buru - buru beranjak dan membuka pintu.
"Malam Pak. Ada apa Pak?" tanyanya polos. Sebenarnya ia sedang menahan tawa karena melihat respon Bara yang nampak terperanjat tadi.
"Nana ketiduran di mobil tapi susah dibangunkan."
"Oh. Siram aja Pak pakai air, bangun itu pasti," ucap Sesil sekenanya, karena ia sering kali membangunkan Karina dengan percikan air.
"Tu orang kalau kecapekan emang gitu. Tidurnya kebo, apalagi alam bawah sadarnya udah tersetel kalau besoknya libur pasti susah dibangunin," jelas Sesil lagi yang sudah amat sangat hafal dengan kebiasaan Karina.
Bara nampak ragu dan Sesil tahu akan hal itu.
"Kalau Bapak nggak tega, biar Saya aja yang siram." Sesil nampak bersemangat dan Bara langsung menggelang.
"Gak usah."
Bara berbalik kembali ke mobilnya, sementara Sesil bingung dan menunggu apa yang akan Bara lakukan.
Pria itu membuka pintu mobil dan melepas sabuk pengaman yang Karina pakai. Gadis itu masih nampak pulas tertidur bahkan tak terusik sedikitpun saat Bara dengan hati - hati mengangkat tubuhnya.
Sesil nyaris menganga melihat adegan di hadapannya. Bara dengan santainya menggendong Karina yang nampak pulas tertidur.
"Kamarnya di mana?" tanya Bara walau sebenarnya ia tahu letak kamar Karina.
Sesil yang agak tak percaya melihat adegan di hadapannya langsung bergegas menunjukkan jalan dan membuka pintu kamar yang sudab terbuka sedikit menjadi lebih lebar.
Belum Bara masuk, satu sundulan cukup keras terasa di rahang kanannya, Karina yang rupanya terbangun, kaget dan refleks menggerakkan badannya hendak turun dan alhasil kepalanya menyeruduk rahang kanan Bara.
Bara meringis namun tetap menahan tubuh Karina agar tak sampai jatuh. Sesil hanya tersenyum diam - diam melihat Karina yang dengan panik turun dari gendongan Bara dan langsung memeriksa rahang Bara.
"Maaf Pak. Bapak nggak apa - apa? Sakit nggak," paniknya lekas memeriksa rahang Bara.
Karina melirik ke arah Sesil. "Sesil ambilin batu es sama handuk buat kompres," perintah Karina dan Sesil yang masih dengan mode senyum - senyum pergi meninggalkan dua orang tersebut.
Mereka duduk di sofa dengan Karina yang dengan telaten mengompresi rahang Bara, ia takut kalau tidak cepat di kompres bisa jadi benjolan. Sementara Sesil sendiri menginyip dari balik dinding tak jauh dari ruang tamu.
"Kamu nggak ngompres kening Kamu?"
Karina yang tadinya fokus ke bagian yang ia seruduk melihat ke arah wajah Bara. Pria itu sedang menatapnya lekat. Karina mendadak grogi.
"Nggak perlu Pak. Bapakkan tahu sendiri Saya keras kepala. Jadi mau ke jedot juga nggak apa - apa," jelasnya sambil cengar - cengir menahan canggung.
"Yakin?"
Bara menyentuh kening Karina yang kemerahan dan Karina makin merasa salah tingkah begitu juga dengan Sesil yang malah manyun melihat kemesraan dua orang di hadapannya.
"Iya. Pak."
"Masa?"
"Iya." Karina mengangguk mantap.
Kemudian Bara bicara dengan nada yang lebih rendah.
"Kalau kepalanya nggak apa - apa kenapa manggilnya Bapak buka Mas?" bisiknya.
Yah gimana. Walaupun tadi setengah sadar tapikan Karina tadi melihat ada Sesil di sini dan ia merasa agak malu.
"Nggak kenapa - kenapa Mas," cicit Karina.
"Apa Mas nggak dengar," goda Bara.
Karina berdiri. "Au ah. Mending sekarang Mas pulang deh. Udah dini hari kasihan Nana sama Pochi kesepian ayahnya belum pulang juga."
Bara hanya tersenyum, ia tahu kalau Karina sedang dalam mode malu - malu kucing.
Sepulangnya Bara, Karina langsung menghembuskan napas lega.
"Cie."
Karina langsung menoleh ke sebelahnya, Sesil sudah berdiri di sampingnya sambil tersenyum mencurigakan.
"Apaan sih." Karina buru - buru menghindar, bukannya apa ini orang sebelas dua belas dengan Tomi. Ibaratnya kalau Tomi rajanya gosip nah Sesil ini ratunya.
"Kapan Gue bisa di uwuin begitu ya? Di gendong ala princess. Ngelus - ngelus rahang orang ganteng," ucapnya sembari menghayal.
"Apa kata Lo? Ngelus rahang? Lo jangan ngomong yang aneh - aneh deh. Kalau ada yang dengar nanti salah paham."
"Ye ini orang. Siapa juga yang mau dengar obrolan Kita jam segini? Maling?" ucapnya sembarang.
Karina terdiam sesaat kemudian menepuk bahu Sesil.
"Gue kayaknya lupa ngunci pintu depan deh. Tolong kunciin dong Sil, takut ada maling beneran, Gue mau ganti baju."
Sesil manyun dan berjalan ke arah pintu depan dan tak lama terdengar suara teriakan Sesil yang mengumpat Karina karena ternyata pintunya sudah terkunci dan Ia tahu kalau Karina sengaja melakukannya.
********
Keesokam harinya, weekend. Karina tak ada kegiatan apapun. Bara juga tak ada mengabari kalau mereka akan pergi bekerja atau tidak. Kalau biasanya sih Karina senang - senang saja, bahagia malahan. Tapi kenapa sekarang dia malah mau sering - sering bersama Bara? Ibaratnya mau diajak kerja dua puluh empat jam juga hayuk.
"Kenapa Lo?" tanya Sesil melihat Karina yang bengong di depan televisi.
"Bosan."
"Main sono kalau bosan. Mumpung kagak diganggu bos."
Sesil cekikikan. Sebenarnya ia tahu alasan Karina menjadi begini. Karina hanya manyun dan tak mau merespon.
"Lo kapan nginap di sini lagi?" tanya Karina karena weekend, Sesil harus pulang walau dia malas sih karena masih ada sepupunya yang menjajah rumah mereka.
"Lusa paling. Gue mau puas - puasin nginap di sini sampai Lo taken resmi."
Karina berdiri kemudian memeluk Sesil, bukannya apa. Selama ini Sesillah yang terus ada untukknya dan jadi tempatnya berkeluh kesah.
"Lo ngomong seakan Gue bakal ngilang aja abis taken."
"Yah gimana nggak mungkinkan Gue nyempil tidut bertiga sama pak Bara. Kalau Lo tawarin jelas Gue mau, banget malahan. Haha."
Karina menepuk punggung Sesil.
"Udah. Sono pulang Lo," usir Karina karena kalau diteruskan makin panjang obrolan mereka.
"Ye ni bocah satu. Tadi aja ngomong kayak gak mau kehilangan Gue. Sekarang malah ngusir," sugutnya.
Karina mengantar Sesil sampai teras dan melambai saat sahabatnya itu keluar dari pekarangan rumah.
Berjalan kembali ke dalam, Karina hendak mengecek handphone yang sudah ia charger sejak semalam. Ada beberapa pesan yang belum ia balas.
Mata Karina membulat begitu melihat satu pesan berisi gambar dari Tomi.
[Lo pacarankan sama Bos? Ngaku Lo, Gue punya bukti.]
Bersamaan dengan foto Karina dan Bara yang sedang bergandengan tangan di mall.
Ya tuhan kenapa dari semua makhluk di bumi, kenapa ia bisa bertemu dengan biang gosip? Alamat ia menjadi bulan - bulanan gosip minggu ini.
*********
#Azeeeeeeeeeekkkkkkkkkk
#Vote Komen ya gengsss.... Author padamu