bc

My Crazy Boy

book_age18+
1.4K
FOLLOW
9.4K
READ
possessive
manipulative
badboy
CEO
boss
drama
sweet
bxg
highschool
naive
like
intro-logo
Blurb

[21+. Harap bijak memilih bacaan]

Sia tidak menyangka akan berakhir tunduk kepada orang gila seperti Aska. Maksudnya orang gila yang benar-benar gila. Aska selalu mendatanginya dan tidak berhenti mengganggunya. Membuat gadis itu merasa malu di hadapan teman-teman sekolahnya. Terlebih ketika Aska menyatakan suka padanya di sekolah. Sia merasa ingin tenggelam saja saking malunya.

"Kamu pergi Aska! Jangan ganggu aku lagi!" jerit Sia yang merosot di lantai sambil menangis di depan Aska.

"Tapi Aska suka Sia. Aska juga suka ganggu Sia." jawab Aska kalem. Pria itu jongkok di depan Sia sambil menumpukan dagunya di atas kedua tangannya.

"Kamu gila aska! Kamu gila!" umpat Sia.

Aska menyeringai senang, "Sia lupa ya. Aska kan memang gila."

-Aska Raharja

-La Sia

Cover by @alvinhasby_

chap-preview
Free preview
1.
Hari ini adalah hari yang melelahkan bagi Sia. Harinya diawali dengan keterlambatannya pergi ke sekolah yang berakhir dengan hukuman 3 kali mengelilingi lapangan, dilanjut dengan ulangan dadakan dari pak Wira guru killer sekolah, di saat jam istirahat sekolah Sia baru menyadari bahwa dirinya telah melupakan bekal sekolahnya dan lalu sebelum pulang sekolah, Sia melaksanakan piket membersihkan kelas sendirian dikarenakan teman piketnya tengah absen. Dan di sinilah Sia, jalan pulang sendirian ditemani sinar mentari yang mulai meredup alias sore hari. Gadis itu ketinggalan busnya. Untung saja rumah Sia tidak begitu jauh dari sekolah. Yah nikmati saja pemandangan sunset yang akan dilihatnya sebentar lagi. Sia menyusuri pinggir jalan dengan perlahan menuju rumahnya. Toh tidak ada yang akan menanti kepulangannya. Kedua orangtuanya telah pergi setelah mengalami kecelakaan beruntun bersamanya dulu. Hanya Sia yang berhasil diselamatkan dan hal itu menjadikannya sebatang kara. Untunglah masih ada peninggalan orang tuanya yang tersisa untuk mencukupi kebutuhannya. Meski begitu, Sia harus pintar-pintar memanage keuangannya dan mencari pekerjaan selepas sekolah nanti. Ketika mengedarkan pandangan, dari kejauhan gadis itu sempat melihat sebuah tangan yang muncul dari sungai di depannya. Sia berhenti melangkah dan menajamkan penglihatannya lagi agar lebih jelas. Tidak lama tangan itu kembali muncul di permukaan air sungai beserta puncak kepala seseorang. Orang itu berusaha menggapai-gapai sesuatu untuk pegangannya. Sia terpekik kaget dan segera berlari menuruni jalan menuju tepi sungai yang membawa seseorang itu. Dengan gerak cepat gadis itu melempar tasnya dan membuka sepatu dan kaos kaki juga jaket yang dikenakannya asal. Lalu tanpa aba-aba gadis itu melompat ke sungai yang alirannya cukup deras. Untunglah Sia bisa berenang. Gadis itu menggapai tubuh seorang pria yang ditemukannya telah tertarik hampir ke dasar sungai. Sia berusaha keras menuju permukaan sambil menarik pria itu hingga ke tepi sungai. "Fuah! Hah hah! Hei kau baik-baik saja?" Sia menepuk pipi pria itu berkali-kali. Pria itu terpejam dengan wajahnya yang pucat dan bibirnya yang mulai membiru. Sia merasa cemas. Dilihatnya sekeliling terlihat sepi karena hari semakin sore. "Hei bangunlah! Kumohon jangan mati di sini! Tolong! Tolong!" Sia semakin panik ketika pria itu tidak kunjung bangun. Dengan ilmu yang sedikit dimilikinya Sia mencoba melakukan CPR. Ditekan-tekannya d**a pria itu, tidak berhasil. Sia mengangkat sedikit dagu pria itu dan memberi nafas buatan dari bibirnya. Hal itu dilakukannya berkali-kali hingga akhirnya pria itu terbatuk-batuk memiringkan sedikit badannya. Beberapa cairan berhasil dikeluarkannya. Sia menepuk dan memijat pelan punggungnya hingga selesai. Pria itu terbaring lagi dengan nafasnya yang tersengal-sengal dan terlihat lemas. "Kamu baik-baik saja kan. Syukurlah. Kenapa bisa masuk ke sungai kalau tidak bisa berenang. Bagaimana jika tidak ada yang menolongmu tadi ha?" oceh Sia panjang lebar sambil melemaskan tubuhnya yang telah menegang saking paniknya tadi. Tidak menyadari pria yang ditolongnya sedang memerhatikan dirinya dengan intens. Merasa tidak ada jawaban, Sia menolehkan kepalanya lagi ke arah pria itu. "Hei, kenapa diam saja? Apa ada yang sakit? Benar juga. Kita harus ke rumah sakit sekarang." cerocos Sia lagi. Gadis itu terlihat semakin cemas karena pria yang ditolongnya tidak mengucapkan sepatah kata pun kepadanya. Sia berpikir keras untuk mencari bantuan kepada orang sekitar namun sayangnya tidak ada siapa pun yang berada di sekitar mereka. Terpaksa Sia harus meninggalkan pria ini untuk mencari bantuan atau sekedar memanggil taxi di pinggir jalan karena ponsel yang dipakainya sudah kehabisan batrei. "Tunggu sebentar, aku akan mencari bantuan di sana." ucap Sia kepada pria itu sambil menunjukkan tempat yang akan ditujunya. Sia hendak melangkah pergi ketika pria itu bergerak menahan tangannya erat. Sia menoleh dengan raut wajah bingungnya karena pria itu tetap tidak melepaskan pegangan tangannya sambil menatapnya lekat. "Ada apa?" tanya Sia. Pria itu malah menampilkan senyuman lebar ke arahnya. Sia mengernyit jijik ketika melihat dengan jelas giginya yang menguning. Jika dilihat-lihat kembali tampilan pria itu begitu berantakan. Kaos putih yang dipakainya begitu kotor dengan noda-noda yang entah dari mana, begitu juga celana kainnya yang warnanya mulai memudar. Kulit wajahnya juga begitu kusam. Jangan-jangan pria yang ditolongnya ini adalah orang gila? "Rasya hehehe." panggil pria itu semakin girang. Sia sontak menggelengkan kepalanya kuat. Sudah bisa dipastikan sekarang bahwa pria yang baru saja ditolongnya itu memang orang gila. "A-aku bukan Rasya!" cicit Sia merasa ngeri jika harus berhadapan dengan orang gila. Ditariknya lengan kanannya dari cengkraman pria itu namun gagal. Meski yang ada dihadapannya ini adalah orang gila, tapi tenaganya seperti pria normal. "Rasya!" bentak pria itu. Bibirnya masih tertawa lebar namun tangannya semakin menarik Sia untuk lebih mendekat ke arahnya. Sia semakin ketakutan dibuatnya. Gadis itu memberontak sekeras mungkin ketika pria itu semakin mendekat dan memaksa untuk memeluk tubuhnya. "Aku bukan Rasya! Aaaak tolong! Tolong aku ada orang gila!" teriak Sia sekencang mungkin. Dipukulinya tubuh pria itu dengan kencang hingga cengkramannya terlepas. Sia segera berlari menjauh namun langsung terjatuh karena pria itu sigap mencengkeram sebelah kakinya. Sia meringis kesakitan karenanya. "Hentikan! Aku bukan Rasya, aku Sia! Pergi kau!" bentak Sia. "Hihi Rasya. Ketemu Rasya yeai!" seru pria itu semakin girang. Sia panik ketika pria itu dengan cepat bergerak menindih tubuhnya dan menahan kedua bahunya agar tidak pergi. "Tidak! Pergi kamu! Tolong tolongg! Hiks!" Sia berteriak sekencang mungkin berharap seseorang datang menolongnya. Gadis itu mulai menangis mendapat perlakuan tidak senonoh seperti ini oleh orang gila sepertinya. Rok sekolahnya tersingkap ke atas karena gerakannya yang semakin brutal mendorong orang gila di atasnya. "Hei, apa yang kau lakukan!" teriak seseorang yang suaranya terdengar sedikit jauh dari mereka. Diiringi derap langkah kaki yang mendekat dan akhirnya menarik tubuh pria itu dari atas tubuhnya. Sia merasa lega. Bisa dilihatnya kini beberapa orang menyeret pria gila itu dan memukulinya. Sia didekap oleh seorang wanita paruh baya yang mengelusnya lembut untuk menenangkannya. "Adek tidak apa-apa?" tanya wanita itu yang dibalas anggukan kecil dari Sia. Hari itu Sia pulang diantar wanita paruh baya itu bersama suaminya dengan aman sampai di depan rumahnya. *** Hari-hari telah berlalu seminggu lebih sejak kejadian Sia yang bertemu dengan pria gila yang ditolongnya itu. Sejak itu Sia berusaha untuk lebih tepat waktu berangkat dan pulang sekolah agar tidak tertinggal bus seperti waktu itu lagi. Tiap kali dirinya pulang dengan menaiki busnya, gadis itu akan sengaja melihat atau memperhatikan tepi sungai tempat dirinya bertemu dengan pria gila itu dan lalu dirinya akan menemukan pria itu masih berada di sana. Entah pria itu sedang asyik bermain di sekitar sungai sambil melempar batu ke arah sana atau pun hanya duduk terdiam sambil melihat ke sekitar seakan sedang menunggu sesuatu. Apakah pria itu sedang menunggu kehadiran Sia lagi atau pria itu memang terbiasa berada di tempat itu Sia tidak mau tahu lagi. Sia tidak ingin mendekati pria gila itu lagi. Pria itu terlalu bar-bar. Bahkan dia tidak segan-segan menindih tubuh Sia hanya untuk menahannya pergi. Bukankah itu sudah melewati batas. Kenapa orang-orang di sekitar tetap membiarkan pria gila bar-bar itu berkeliaran dengan tenang di sana. Bagaimana jika pria itu juga sampai melukai orang lain di sana. Sia bergidik ngeri membayangkan jika benar hal itu terjadi. Selama ini gadis itu tidak pernah memerhatikan secara detail ke sekitarnya karena selama dua tahun terakhir bersekolah di Sekolah Menengah Atas dirinya selalu memakai alat transportasi seperti bus atau Kojek. Sia tidak benar-benar memerhatikan orang-orang sekelilingnya entah dia waras atau tidaknya. Gadis itu termasuk pendatang baru di lingkungan tempat tinggalnya. Keluarganya pindah ke tempat baru sejak dia masih di bangku Sekolah Menengah Pertama kelas dua lalu tiga tahun kemudian orang tuanya mengalami kecelakaan beruntun hingga menewaskan keduanya. Meninggalkan Sia yang masih berada di umur tujuh belas tahun. Kini dirinya telah menginjak bangku kelas tiga. Sia berencana mencari pekerjaan setelah lepas dari sekolah untuk mencukupi kebutuhannya. Dan jika memungkinkan dirinya juga akan melanjutkan pendidikannya di jenjang yang lebih tinggi lagi. Bus berjalan mendekati area yang selama ini dihindari Sia namun juga akhir-akhir ini selalu diperhatikannya. Gadis itu sedikit melongok ke arah jendela seberang dan memandang sekitar tepi sungai itu. Nihil. Tidak ada siapa pun di tempat itu. Kedua matanya memicing menajamkan penglihatannya ke arah aliran sungai di sana. Takut-takut jika dirinya melihat sebuah tangan melambai seperti waktu itu lagi namun juga dirinya tidak melihat apa pun di sana. Ini sudah berjalan dua hari dan Sia sudah tidak melihat sosok pria gila itu lagi. Mungkin saja pria itu sudah berada di tempat lain. Ya, mungkin memang seperti itu. Baguslah, dengan begitu Sia tidak akan merasa takut lagi dengan keberadaan pria gila itu. Semoga dia pergi sejauh mungkin dari tempat itu. Sia kembali menyenderkan punggungnya lebih santai dan melihat ke arah lain. Sebentar lagi adalah tempat pemberhentiannya. Sementara itu di tempat lain. Di belokan gang pemukiman yang cukup sepi dari pejalan kaki tidak jauh dari sekitar sungai tempat Sia bertemu seorang pria gila. Seorang siswi yang memakai seragam mirip dengan yang dikenakan gadis itu kini terpojok di ujung gang dengan seorang pria yang menghadang jalan keluarnya. Siswi itu terduduk lemas di tempat menangis ketakutan karena seorang pria gila yang sedari tadi mengejarnya hingga terpojok seperti itu. "Hiks hiks aku tidak tahu." ucap siswi itu sambil menggelengkan kepalanya dengan kuat untuk kesekian kalinya. Berusaha mengatakan yang sejujurnya bahwa dirinya benar-benar tidak tahu dan tidak mengenal dengan siapa yang sedang dicari pria gila itu. "Dimana Rasya?" tanya sekali lagi pria itu sambil ikut berjongkok di depan siswi yang tengah menangis keras di depannya. "Hiks tolong lepaskan aku. Sudah kubilang aku tidak mengenal siapa Rasya yang kau maksud itu!" seru siswi itu sedikit keras. Sepertinya ini memang hari sialnya. Dirinya baru saja bertengkar dengan pacarnya dan dengan kurang ajarnya pacarnya menurunkan dirinya di pinggir jembatan lalu pergi begitu saja meninggalkannya. Alhasil dirinya harus menyusuri tepi jalan sambil mencari tumpangan. Dan seorang pria langsung menghadangnya dan menyeretnya begitu saja. Gadis itu berusaha melepaskan dirinya dan melarikan diri namun pria itu tetap berusaha mengejarnya hingga dirinya terpojok seperti ini. "BOHONG! Kakak pasti bohong bukan." bentak pria itu dengan keras hingga membuat gadis di depannya itu semakin memundurkan tubuhnya ke belakang menempel erat pada tembok. Pria gila itu menyentuh ujung rok seragam yang dikenakan gadis itu dan sesekali menarik-nariknya. Siswi itu menjadi panik seketika. Tangannya sibuk menepis tangan pria itu yang masih saja mencengkeram ujung rok pendeknya. "Lihat. Kakak memakai baju yang sama dengan Rasya. Mana mungkin kakak tidak mengenal Rasya kan." simpul pria itu. "Aska mau Rasya. Aska mau Rasya! Dimana Rasya? Aska mau ketemu Rasya!" rengek pria itu terlihat seperti anak kecil sembari semakin menarik ujung rok siswi itu lebih kuat lagi tidak mempedulikan kedua paha gadis itu semakin terpampang lebar. "Ta-tapi aku sungguh tidak mengenal yang namanya Rasya. Sungguh, percayalah padaku." mohon siswi itu. Pria itu melepas ujung rok gadis itu. Lalu menumpukan kedua tangannya di atas lututnya. Pria itu menghembuskan nafasnya kesal sambil memasang raut wajah berfikir. "Bagaimana ini. Aska sangat merindukan Rasya tapi kakak tidak mau memberitahu Aska dimana Rasya. Aska mau Rasya!" gerutu pria yang bernama Aska itu. Wajahnya terlihat cemberut tidak suka. Kedua matanya melihat ke arah gadis itu yang merundukkan kepalanya sambil menangis sesenggukan lalu pandangannya beralih ke sekitar tempat sempit itu. Kedua mata Aska sontak berbinar senang ketika melihat segenggam batu berukuran sedang berada tidak jauh dari tempatnya berjongkok. Pria bernama Aska itu langsung meraih batu itu dengan senyuman lebar yang terlukis di wajahnya. Diperhatikannya batu hitam tersebut lalu menoleh ke arah siswi di depannya kembali yang masih menundukkan kepalanya. Senyuman jahil terpatri di wajahnya. "Hei kakak coba lihat ini." seru Aska. Siswi itu lalu mendongakkan kepalanya melihat Aska yang tersenyum riang seperti anak kecil lalu beralih pada batu yang berada dalam genggaman pria itu. Pria itu mengangkat tangannya yang tengah menggenggam batu itu tinggi-tinggi dan gadis itu sontak membolakan kedua matanya menyadari apa yang akan dilakukan pria tinggi itu kemudian. Pria itu menghempaskan tangannya dengan kuat ke arah siswi tersebut hendak memukulnya. "Tidak! Tidak! JANGAN!" dipejamkan kedua matanya sambil menjerit keras ketika melihat pria itu akan memukulnya menggunakan batu. Tuk! Pukulan kecil dari batu itu dirasakannya kemudian pada keningnya. Perlahan siswi itu membuka kedua matanya dan langsung bertatapan dengan Aska si pria gila itu. "Hehe boo! Kakak tertipu hahahaha!" seru Aska sambil tertawa keras di depan gadis itu. Tubuh siswi itu sudah bergetar semakin ketakutan dengan air mata berderai membasahi pipinya. Pria gila itu menghentikan tawanya kemudian lalu beranjak mendekati gadis itu lagi. Dicengkramnya lengan siswi tersebut secara tiba-tiba yang langsung membuat siswi itu tersentak kaget. "Kakak dimana Rasya? Aska pengen ketemu Rasya. Rasya juga memakai baju ini, sama seperti yang kakak pakai jadi pasti kakak teman Rasya kan." rengek pria itu kembali dengan wajah memelasnya menatap siswi itu. "Hiks Hiks t-tapi aku b-benar-benar tidak mengenalnya." ucapan gadis itu langsung terpotong ketika pria itu mengangkat kembali batu dalam genggamannya membuat gadis itu berjengit kaget. "Ta-tapi mungkin kamu bisa mencarinya sendiri!" serunya kemudian. Wajah pria bernama Aska itu langsung berubah cerah. "Dimana? Dimana Aska bisa menemui Rasya kak? Katakan! Ayo cepat katakan!" seru pria itu terlihat begitu antusias. Berbanding terbalik dengan ekspresi yang ditunjukkan siswi itu. Siswi itu menelan ludahnya dengan susah payah sebelum akhirnya kembali membuka suaranya. "D-di sekolah kakak mungkin. Ra-Rasya memakai baju yang sama dengan kakak bukan? Mungkin saja kau bisa mencarinya di sana." "Wah benar. Tapi Aska tidak tahu dimana sekolah kakak." "Itu, kau bisa mengikuti jalan itu. Nanti pasti akan ketemu sekolah di sana." "Benarkah? Yeai akhirnya Aska akan bertemu dengan Rasya! Aska mau ketemu Rasya haha!" seru pria itu girang sambil mengangkat kedua tangannya. Siswi itu tersenyum getir melihat tingkah pria gila itu yang kini sibuk meloncat-loncat kegirangan. Dirinya benar-benar tidak mengenal siapa Rasya tapi dirinya berharap pria itu benar-benar menemukan Rasya di sekolahnya. Dengan begitu pria itu tidak akan menganggunya lagi. "Ka-kalau begitu aku akan pergi sekarang ya." Ucap siswi itu dengan takut-takut. Aska menoleh ke arahnya lalu menganggukkan kepalanya beberapa kali. Senyuman manis dilemparkannya ke arah siswi itu. "Ya. Hati-hati di jalan kakak!" seru pria itu sambil melambaikan tangannya dengan semangat ke arahnya. Gadis itu akhirnya bisa bernafas lega. Dengan tergesa dia mengangkat tubuhnya dan beranjak dari sana melewati tubuh tinggi Aska. Namun baru beberapa langkah di ambilnya pria itu kembali memanggilnya. "Kakak! Tunggu sebentar!" Gadis itu menolehkan kepalanya ke arah pria itu lalu, buk! Gadis itu terkapar di tanah dengan tetesan darah yang mengalir di kepalanya. Aska menghantamkan batu di tangannya dengan keras ke kepala gadis itu. "Aku lupa memberimu hadiah. Hehe." gumam Aska dengan senyuman puas. Dengan santai pria itu melangkahi tubuh siswi yang tidak sadarkan diri di tempat sambil bersenandung kecil. Batu dalam genggamannya di lempar-lemparkannya ke atas seperti mainan sebelum akhirnya pria itu melemparkan batu itu ke arah sungai. "Rasya, Rasya. Sebentar lagi Aska ketemu Rasya hihi." *** Sia memasuki rumahnya dan tidak lupa mengunci pintu lagi. Sia mengedarkan pandangan matanya menelusuri sekitar dalam rumahnya yang terlihat begitu sunyi, seperti biasa. Sia menarik nafas dalam-dalam sebelum menghembuskannya kemudian dengan perlahan. Terkadang gadis itu tiba-tiba merasa terpuruk berlebihan mengingat dirinya kini telah hidup sendiri tanpa keluarganya di usia dini, namun Sia segera menguatkan dirinya kemudian. Hidupnya masih panjang dan Sia masih harus bertahan untuk hidup. Gadis itu menyalakan lampu ruang tengah dan melangkahkan kaki menuju dapur. Membuka lemari pendingin untuk mengambil air mineral di dalamnya. Sia menenggak habis sebotol air mineral yang baru saja di ambilnya dan mendesah lega setelahnya. Gadis itu melanjutkan langkahnya menuju kamar pribadinya. Gadis itu meletakkan tasnya di sudut meja belajarnya lalu beralih membuka seragam sekolahnya. Setelah ini dirinya berniat akan merendam tubuhnya dengan air hangat lalu turun untuk membuat makan malam. Entah kenapa dirinya merasa sedikit penat. Hidupnya terasa begitu datar dan sunyi tanpa kehadiran keluarga yang di kasihinya. Sia juga merupakan seorang gadis yang cukup pendiam di antara teman-teman sekelasnya dan itu tidak membantu sama sekali untuk keadaan Sia saat ini. Malam hari gadis itu mengerjakan tugas sekolah setelah makan malam, hingga selesai lalu Sia beranjak pergi tidur. Seperti biasa, tidak ada yang spesial di hari-hari yang dijalani Sia dan waktu telah berlalu begitu saja. "Hmm~ Hmm~ Rasya, Rasya ah, ketemu!" terdengar senandung riang dari pria tinggi bernama Aska di sepanjang jalan yang di lewatinya hingga pria itu akhirnya menemukan tempat tujuannya. Hari sudah malam dan Aska akhirnya berhasil menemukan sekolah yang di maksud siswi yang ditemuinya tadi. Aska berdiri di depan sekolah Sia mengamati keadaan sekitar. Terlihat seorang penjaga yang tengah berjaga di dalam pos dekat gerbang. Seorang lagi terlihat tengah meronda di sekitar sekolah dengan memakai sebuah senter. Aska memerhatikan mereka dari seberang jalan dengan lamat-lamat tidak lupa pria itu memerhatikan sekitar sekolah juga yang terlihat cukup jarang pengunjung terlebih di saat malam hari seperti ini. Pandangannya mengarah ke sebuah gang kecil di sebelah gedung sekolah itu. Aska melangkah mendekatinya. Seperti yang dikiranya lorong itu sepi dan mengarah ke arah semak-semak belukar yang sudah jelas sangat jarang pejalan kaki yang melewatinya. Yang lebih menarik perhatian Aska adalah dinding itu cukup mudah untuk dipanjatnya karena tidak terlalu tinggi. Aska menyeringai kecil. Dengan lincah pria tinggi itu memanjatnya dengan bertumpu dinding di seberangnya. Tidak lama Aska telah menapakkan kaki jenjangnya di halaman samping sekolah Sia. Pria itu sempat melihat bayangan dari cahaya lampu yang bergerak dan dengan sigap pria itu menyembunyikan tubuhnya di celah-celah dinding. Seperti dugaannya bahwa salah satu penjaga itu datang untuk meronda di sekitar sekolahnya. Aska menunggu hingga pria paruh baya itu pergi kemudian Aska beralih keluar dan melangkah ke arah sebaliknya. Malam ini pria itu akan bermain-main di sekolah Sia yang telah di anggapnya sebagai Rasya, kekasih hatinya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Hubungan Terlarang

read
506.8K
bc

Married With My Childhood Friend

read
45.4K
bc

Partner in Bed 21+ (Indonesia)

read
2.0M
bc

Playboy Tanggung Dan Cewek Gesrek

read
466.3K
bc

Married By Accident

read
225.6K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
80.2K
bc

LIKE A VIRGIN

read
844.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook